Meow Kamu Kok Gentayangan
2. PART 2

PART 2:

EXT.: HABIS MAGHRIB, DI ATAS JEMBATAN KECIL YANG MENGHUBUNGKAN HALAMAN BELAKANG RUMAH ZEA DAN SAWAH.

Mega merah mulai menghilang.

SOUND EFFECT: Jangkrik, katak dan serangga malam.

Zea: Bapak?

SOUND EFFECT: Jangkrik, katak, serangga malam, bunyi daun bergesek diperkeras.

CUT:

EXT.: SAWAH YANG DITANAMI JAGUNG, HAMPIR ISYA'

Zea berjalan perlahan.

Zea: Bapak? Bapak?

Sesekali Zea menengok ke kanan, kiri dan belakang dengan wajah was-was.

SOUND EFFECT: Hewan malam semakin jelas.

Zea menggigil karena hawa dingin.

OFF-SCREEN: Srek...srek... Suara di belakang Zea.

Zea terkejut. Ia memberanikan diri berbalik. Sebuah pohon jagung bergerak sendiri. Zea semakin takut.

"Ngeeeng.. Nga.. Nguaw.." Delicioso dan Yummy bertengkar.

Wajah Zea lega.

Zea: Yummy! Delicioso! Jangan bertengkar!

Zea berjongkok lalu melerai dan mengelus kedua kucing.

Zea: Delicioso, Yummy lagi nggak pingin tarung. Yummy, maafin Delicioso ya.

Seseorang tiba-tiba berdiri di depan Zea. Zea melihat ke atas. Ternyata bapak.

Zea: Bapak!

CUT:

EXT.: SAWAH, HAMPIR ISYA'

Zea dan bapak berjalan satu - satu mengitari sawah. Bapak di depan. Zea mengikuti di belakang. Yummy dan Delicioso mengikuti sambil bermain-main dengan serangga malam.

Bapak: Tadi perjalananmu gimana? Apa ada masalah di jalan?

Zea: Tadi Zea naik bus. Syukurlah nggak ada masalah serius sampai Zea tiba di rumah.

Zea menoleh ke belakang memastikan kedua kucing tidak tertinggal.

Zea: Zea nggak tahu kalau Yummy dan Delicioso ngikutin Zea ke sawah.

Bapak: Lho, barusan bapak yang membawa mereka.

Zea: Eh?

Bapak: Kata ibu kamu ke sawah nyari bapak. Pas bapak keluar rumah, mereka ngikut. Jadi bapak bawa mereka ke sawah.

Zea: Bapak sudah pulang tho? Kok cepet?

Bapak: Bapak tadi niatnya ke sawah tapi nggak jadi. Di depan pagar, Pak Turah manggil bapak.

Zea: Pak Turah yang punya toko pertanian itu ya pak?

Bapak: Iya, Pak Turah cerita kalau benih jagung pesanan bapak sudah ada.

Zea: Jadi dari tadi bapak di depan rumah?

Bapak dan Zea berhenti di perempatan sawah. Seorang petani memanggul tumpukan rumput datang dari arah kiri. Bapak dan Zea menyingkir, mempersilahkan orang itu berjalan terlebih dahulu.

Petani: Permisi Pak.

Bapak: Oh silahkan.

Petani itu berjalan pergi.

Bapak: Nak, kamu pulang sekarang apa nggak ngaruh sama kuliahmu?

Zea: Enggak bapak. Pembelajarannya, absen, tugas, semua online.

Bapak: Syukurlah kalau begitu.

Zea berjalan sambil sesekali mengarahkan senter ke sekitar. Ia memandangi buah-buah jagung yang masih menempel pada pohonnya.

Zea: Bapak, kata ibu besok udah panen? Jam berapa? Zea ikut.

Bapak berhenti berjalan. Zea ikut berhenti.

Bapak: Kalau besok jangan! Kamu kan habis dari perjalanan. Istirahat saja seharian.

Zea kecewa, tapi lalu tersenyum.

Zea: Baik bapak.

Bapak: Lho kucingnya dimana?

Bapak dan Zea menoleh ke belakang.

Zea: Delicioso! Yummy!

Kedua kucing berlari. Zea dan bapak menggendong mereka dan membawanya pulang.

CUT:

EXT.: HALAMAN BELAKANG RUMAH, PAGI HARI.

Kamera shoot ke arah pepohonan yang rimbun. Lanjut hingga terlihat sawah.

Zea mengamati bapak dan buruh tani sedang memanen jagung di kejauhan.

Kamera shoot ke arah daun kelapa kering (blarak) yang tergeletak di tanah.

Zea menyobek sehelai blarak.

CUT:

EXT.: HALAMAN DEPAN RUMAH, PAGI HARI

Kamera shoot ke kalung leher Yummy, bertuliskan "YUMMY".

Yummy dan Delicioso sedang bermain.

OFF-SCREEN: Srek.. srek.. suara blarak digesek-gesek ke lantai. Suara berasal dari samping rumah.

Yummy dan Delicioso berhenti. Yummy berlari ke sumber suara sementara Delicioso hanya memperhatikan.

Kamera shoot ke jalan kecil samping rumah. Zea berdiri sambil memainkan blarak. Yummy datang menyergap blarak.

Zea: Delicioso! Pus? Sini!

Delicioso menjilati tubuhnya.

Zea: Padahal waktu kecil kamu juga suka main ini! (mengeluh)

Delicioso menjilati ekornya. Tajir (laki-laki, seumuran Zea) datang.

Tajir: Zea!

Zea: Jir!

CUT:

INT.: SORE, DI GARASI (SEPEDA MOTOR DAN SEPEDA ONTEL) YANG MERANGKAP SEBAGAI GUDANG PERTANIAN.

Delicioso dan Yummy tidur di atas tumpukan karung jagung. Di dekatnya, Zea, Tajir, Ibu dan Bapak (duduk berjarak 1 meter) mengupas kulit jagung.

Ibu: Tajir nggak usah ikut bantu. Nggak pa pa. Kalau mau omong-omongan sama Zea di ruang tamu saja.

Bapak: Ibu benar. Zea, bapak kan sudah bilang kamu istirahat saja seharian. Sana, ke ruang tamu sama Tajir.

Tajir: Nggak masalah kok om, tante. Tajir juga bisa berbincang-bincang sama Zea di sini. Malah lebih seru ada om sama tante.

Zea: Tuh kan Tajir nggak pa pa. Jadi biarin Tajir mengupas jagung. Ah, karungku* udah penuh. Jir, aku masukin ke karungmu ya?

(*Karung untuk wadah kulit dan serabut jagung, bisa pakai karung jagung yang kosong.)

Tajir: Pake' ini aja. Punyaku mau penuh.

Tajir menyodorkan karung kosong.

Zea: Ngomong-ngomong, selama Zea kuliah, di desa ada kabar apa bu?

Ibu: Apa ya? Nggak ada yang berkesan sebenarnya.

Tajir: Kemarin temen grupku ngepost, katanya kantor polisi pindah. Ada alamatnya sih, tapi aku jarang ke daerah itu.

Ibu: Iya. Ibu inget kantor polisi pindah ke daerah selatan sana. Sudah dari bulan lalu.

Zea: Terus ada apa lagi Jir?

Tajir: Apa ya? Temenmu nggak ada yang cerita?

Zea: Yang rame ya dari temen buruh tani. Minggu ini banyak tawaran manen jagung.

Tajir: Postingan di sana lowongan kerja terus ya?

Zea: Ada juga yang jualan kopi, merek baru.

Ibu: Sama saja.

Semua tertawa.

Bapak menyingkir mengambil satu karung jagung. Bagian atas karung diikat rafia. Bapak melepaskan rafia itu. Lalu menuangkan jagung ke lantai. Yummy dan Delicioso terkejut. Mereka melompat. Bapak panik lalu tumpukan jagung mengenai kakinya.

Bapak: Ah!

Zea dan ibu: Bapak!

Zea, ibu dan Tajir menghampiri bapak.

Tajir: Kaki om berdarah.

Zea: Bapak istirahat dulu saja. Ibu juga. Jagungnya biar Zea yang melanjutkan.

Tajir: Tajir juga akan bantu Zea.

Ibu: Maaf ya nak Tajir.

Tajir: Nggak masalah kok tante. Semoga om cepat sembuh.

Ibu: Terima kasih Tajir. Bapak bisa ja..? Lho bapak kok udah di sana? Bapak, tunggu biar ibu bantu jalan.

Ibu menyusul bapak.

Zea: Maafin ya ngerepotin.

Tajir: Biasalah.

Zea: Makasih banget ya. Padahal baru ketemu tadi pagi aku udah minta bantuan.

Tajir: Namanya juga temen harus saling membantu.

Zea kecewa. Tajir memperhatikan Zea.

Tajir: Zea?

Zea: Ah ya, kalau gitu aku traktir kamu deh.

Tajir: Nggak usah. Namanya membantu ya nggak minta imbalan.

Zea: Namanya ditolong ya harus berterima kasih.

Tajir: Kan tadi kamu udah bilang terima kasih.

Zea: Masa' cuma segitu? Budi baik harus dibalas setimpal dong.

Tajir: Nggak perlu itung-itungan lah sama orang dekat.

Zea: Perlu lah.

Zea Kecewa.

Tajir: Nggak perlu itung-itungan lah sama cewek cantik.

Zea tersipu, tersenyum sambil memandangi Tajir.

Tajir: Maksudku dia.

Tajir menunjuk Yummy dan Delicioso yang berebut jangkrik.

Tajir : Delicioso, kasih aja jangkriknya ke Yummy!

Zea kesal.

Tajir: Ya udah kalau kamu memaksa. Aku nggak ingin hubungan merenggang cuma karena masalah sepele.

Zea: Maaf maaf. Tapi aku emang pingin nraktir kamu.

Tajir: Oh ya sekarang tempat makan apa nggak pada tutup?

Zea: Oh iya. Corona ya. Em, gimana kalau masakanku aja.

Tajir: He? Yakin nggak gosong?

Zea: Kali ini pasti enak. Percaya dah.

Tajir: Ya ya. Makanan pasti enak kalau dimakan bareng temen. (tersenyum)

Zea murung. Tajir memperhatikan kebingungan.

Tajir: Zea? Zea?

Tajir kesal. Lalu melempar serabut jagung ke kaki Zea. Zea terkejut, lalu balas melempar serabut jagung ke kaki Tajir. Mereka saling melempar serabut jagung sambil tertawa. Serabut jagung beterbangan. Delicioso dan Yummy berusaha mengkapnya. Zea dan Tajir melihat kedua kucing lalu tertawa lagi.

CUT:

INT.: GARASI (PINTU GARASI TERBUKA), PAGI

Terlihat tumpukan karung berisi jagung bersih yang tertutup terpal. Bapak, ibu dan Zea menarik terpal lalu melipatnya. Yummy dan Delicioso menarik- narik ujung terpal.

Ibu: Zea, kucingnya masukin dulu ke kandang.

Zea: Oh baik bu.

Zea menggendong kedua kucing dan membawa mereka ke dapur.

CUT:

EXT.: HALAMAN RUMAH, PAGI

Zea dan ibu bersama-sama menggeser karung jagung dari garasi ke halaman. Ibu memegang tepi kiri, Zea memegang tepi kanan. Ayah menggeser karung jagung sendiri.

Ibu: Tajir nggak datang lagi?

Zea: Tajir ada tugas kuliah bu.

Bapak: Ibu, ditolong kok malah ngelunjak. Malu-maluin.

Ibu: Bapak jangan berprasangka buruk dulu, ibu cuma mau berterimakasih ke Tajir. Memang bapak enggak?

Bapak kesal.

Kamera shoot ke arah jendela ruang tamu. Yummy keluar tanpa diketahui.

Tak berselang lama, terdengar suara klakson. Zea, ibu dan bapak melihat banyak orang berkerumun di pinggir jalan. Ada pick-up tetapi yang terlihat hanya bagian kepalanya, itupun tertutup dua orang pengendara motor. Bagian belakang tertutup orang-orang. Zea, ibu dan bapak lalu menghampiri.

CUT:

EXT.: JALAN DEPAN RUMAH, PAGI.

OFF-SCREEN: "Ini yang punya", suara tetangga.

Orang-orang memandang Zea, bapak dan ibu. Mereka memberi ketiganya jalan.

Zea akhirnya melihat dua orang pria berdiri dikelilingi kerumunan. Satu (Sopir) berwajah kusam dan sedih mengenakan baju murah. Satunya lagi majikannya (Tuan) berwajah bersih tetapi sedih, mengenakan baju mahal berwarna hitam. Mereka berdiri di depan pick-up. Di bawah pick-up, Yummy tergeletak penuh darah. Zea terkejut.

Zea: Yummy!

Zea menghampiri Yummy sambil menangis. Zea menggendongnya dan berusaha membangunkannya tetapi Yummy tak bergerak. Ibu juga ikut menangis. Bapak bersedih, tetapi tidak menangis. Bapak dan ibu mengelus punggung Zea, berusaha menghibur.

Sopir menoleh ke Zea.

Sopir: Ma-maaf saya tidak sengaja. Tadi kucingnya tiba- tiba menyeberang.

Pengendara motor 1: Jangan alasan pak. Bapak tadi nyetirnya kenceng banget. Hampir nyerempet saya.

Tuan: Maaf juga bu. Kami terburu-buru. Kabarnya di kuburan langit sudah mendung.

Pengendara motor 2: Tapi ini jalan umum. Apapun alasannya bapak sudah melanggar peraturan dan membahayakan nyawa orang lain. Untung ini cuma kucing, bukan manusia yang jadi korban.

Seorang perempuan paruh baya (Nyonya) berbaju dan berkerudung hitam datang.

Nyonya: Kami hiks benar benar hiks memohon maaf hiks bu hiks, pak hiks, dek. (sambil melihat ke orang-orang, lalu Zea).

Zea ingin marah, tetapi setelah melihat Nyonya menangis tersedu-sedu Zea justru merasa heran.

Zea mengangguk kepada Nyonya. Nyonya lalu mengalihkan pandangan ke orang-orang. Nyonya beberapa kali mengusap air mata dengan sarung tangannya. Sopir dan Tuan berusaha menenangkan Nyonya. Sesekali Sopir dan Tuan menangis. Orang-orang mulai luluh. Mereka beranjak pergi. Zea memandang ke arah pick-up. Karena penasaran, ia berjalan perlahan ke bagian belakang pick-up. Ternyata berisi keranda jenazah. Nyonya berjalan terhuyung-huyung menuju pick-up, duduk di samping keranda. Lalu mengelus keranda dan menangis lagi. Saat kerumunan bubar, pick-up melaju. Zea berdiri mematung sambil menggendong Yummy.

CUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar