MENGEJAR BINTANG FILM
9. BAGIAN SEMBILAN
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 60# EXT – SAUNG KECIL - MALAM

Terdengar dari jarak sekitar lima meter dari tempat Bagja berdiri di sebuah pohon randu Bagja berdiri melihat, Kodir, Kunang dan Dede duduk di saung dengan menyanyikan lagu, Dede bermain gitar, Kunang dan Kodir menyanyi dengan suara fals yang mereka miliki

KODIR

Sudah beberapa hari ini, Kodrat, Kohar dan Dower menghilang, katanya ditangkap seseorang yang bukan polisi.
Serius dan agak pelan, Kunang dan Dede menghentikan menyanyinya, keduanya fokus pada apa yang dikatakan Kodir

DEDE

Aku rasa mereka diculik preman kampung sebelah, karena mereka sering maling di kampung sebelah

(Dede sok tahu)

KUNANG

 Bukan, aku rasa mereka melarikan diri, setelah mencuri motor pak lurah

KODIR

Tiga hari lalu aku melihat Bagja datang ke mesjid

KUNANG

Udah pulang dia? Ngapain?

DEDE

Ya, rumahnya kan di sini

KUNANG

Bukan, maksudnya berani dia pulang ke sini lagi?

KODIR

Aku curiga, kedatangannya ke sini buat balas dendam

KUNANG

Balas dendam?

(Tertawa mengejek)

Berani apa si Bagja balas dendam?

KODIR

Siapa tahu dia sudah punya ilmu selama menghilang

DEDE

Dia mau lihat keluarganya kali yang sudah hancur itu

KUNANG

Pokoknya dalam masalah Kania-adiknya, kita tidak ikut-ikut kan?

(Mulai khawatir)

BAGJA

 

Bagja berjalan mendekati ketiganya dan berdiri, Kunang, Kodir dan Dede kaget melihat kemunculan Bagja yang tiba-tiba, ketiganya diam menatap Bagja yang sudah berbeda penampilannya

Apa kabar?

 Kumaha…kabarna kabeh???....( Bagaimana kabarnya semua?)

Bagja menatap ketiganya dengan dingin, Kodir , Kunang dan Dede terdiam dan bersikap kaku

KUNANG

 “Eh..Bagja?...kamana wae?....( Eh..Bagja kemana saja?)…gimana di Jakarta? Ajak-ajak dong kalau kerja kalau sudah berhasil….Kami masih pada nganggur begini

Kunang berusaha tenang, walau agak canggung dan ada sedikit ketakutan melihat perubahan Bagja yang lebih kekar dan ganteng

BAGJA

 Yahh..lumayanlah…tapi enakan di sini, kalian masih bisa nyanyi-nyanyi, masih bisa berkumpul dan mungkin masih bisa main bareng seperti dulu…Kerja gak enak, capek dan melelahkan, Nang!

KUNANG

Tapi kan banyak duit,Ja….

BAGJA

Kalau duit sih bukan banyak tapi cukuplah…..Loh kamukan sekolah peternakan dulu? Kok nganggur? Katanya sekolahmu itu bisa langsung kerja, gak usah nyari kerja lagi…

KUNANG

Ah..itu dulu, pada jamanku ikatan dinas kaya begitu sudah tidak ada lagi……

BAGJA

Terus apa dong sekarang? Kasian bapakmu sudah nyekolahin kamu mahal-mahal masa jadi pengangguran begini

KUNANG

(Tersinggung dibilang pengangguran)

Ahh sudahlah, kamu mau ngapain pulang ke sini? Kangen sama bapakmu, atau kangen sama Kania?

(Menyindir)

KODIR

Yang dari tadi memerhatikan Bagja dengan was-was dan melihat gagang pistol di pinggangnya, membuat Kodir ketakutan

Saya mau pergi dulu…emak saya tadi manggil…..

Ditahan kakinya oleh Bagja untuk tidak meninggalkan saung

BAGJA

Di sini dululah…Aku masih kangen kok, tenang…kalau mau beli minum nanti saya belikan..siapa biasanya yang suka beli? Hah?.....

Tak ada yang menjawab, selain ditahan langkah Kodir oleh kaki Bagja, dadanya sedikit didorong agar kembali ke tempatnya duduk. Kodir menurut, dengan lemas dia duduk kembali. Kunang dan Dede mulai tegang

DEDE

Terus terang saja Bagja..ada apa sebenarnya ini

BAGJA

 Aku hanya ingin bercerita masa lalu pada kalian, aku hanya ingin mencurahkan isi hatiku pada kalian, aku hanya ingin kalian tahu apa yang kurasakan dan aku hanya ingin kalian mendengarkan…

DEDE

Bicaramu aneh sekarang…berbelit-belit…ada apa sebenarnya?

BAGJA

 Aku ingin mempertanyakan sampai dimana kalian menganggap aku sebagai teman?

KODIR

Ah..Bagja..gituan ditanyain, ya masihlah…cuma kan selama ini kamu pergi, jadi kami tidak tahu apakah kamu masih menganggap kami teman atau tidak?

BAGJA

Apakah kalian membela keluargaku ketika Kania diperkosa oleh kelompok Kucer? Apakah kalian juga mendiamkan kejadian Kania diperkosa oleh mereka, sama dengan kalian mendiamkan aku ketika aku juga diperkosa oleh mereka?!

Bicaranya mulai keras dan menekan, sementara Bagja menahan air matanya yang tak sanggup dia tahan

Aku datang ke sini untuk menuntut balas terhadap apa yang sudah kalian lakukan padaku dan pada keluargaku!

KUNANG

Kami tidak melakukan semua itu ke kamu atau ke Kania!

BAGJA

 Kalian memang tidak melakukan itu, tapi kehadiran kalian di depan sahabat - aku – teman kalian, yang sedang diperlakukan tidak senonoh, dan melihat teman kecil kalian kesakitan, bahkan menderita, apa yang kalian perbuat Kodir, Kunang, Dede?!

(Suaranya meninggi lalu Menangis...)

(Kodir,Kunang dan Dede- diam)

Kalian tahu bagaimana rasanya saat itu hatiku?.....Kalau saja kalian berbuat sesuatu tentu aku tidak akan menjadi korban mereka, tapi kenapa kalian diam?! Kenapa kalian tidak berbuat sesuatu?! Kenapa?!!!...Jangan-jangan memang itu yang kalian rencanakan ke aku  sebenarnya?!...Kodir, hanya karena akau salah memberi surat ke Rahma? Kunang, apa karena bapakmu tahu kamu beli arak dan aku yang mengadukan? Kalian sungguh-sungguh jahat! Bahkan jauh lebih jahat dari mereka!

DEDE

Tidak, bukan begitu…aku sendiri tidak berani melawan mereka….

Bagja mengeluarkan pistol dari pinggangnya, Bagja hanya ingin menakuti mereka. Mata ke tiga melotot, mereka langsung merangsek ke arah pojok gubuk sempit. Diarahkan laras pistol pendek ini ke arah Dede…

BAGJA

Kalau kubunuh Dede sekarang? Apakah kamu, Kodir! Dan kamu, Kunang! akan membujukku untuk tidak menembak kepalanya?! Atau kalian akan membiarkan kepala Dede hancur?!...

Dede menutup kepalanya dengan tangannya, Kodir, Kunang ketakutan

Atau bagaimana kalau kepala Kodir? Atau kepala Kunang? Apakah kalian semua akan membiarkannya juga?!!!..Hahh!!!? Kenapa kalian diam?! Kenapa kalian diam?!...kenapa kalian tidak berusaha membujukku untuk tidak menebakkan pistol itu ke kepala teman kalian? Kenapa hanya diam?..Setidaknya kalian ada usaha menyelamatkan teman kalian, setidaknya kalian masih bisa dianggap teman!?...Atau setidaknya kalian punya hati untuk tidak melihat kesakitan, penderitaan, kemalangan yang dialami oleh teman kalian…teman kecil kalian!!!….”

(Ketiganya merapat, ketiganya saling melipat kakinya. Wajah mereka pucat! Hampir mati, Bagja mengalihkan pistolnya ke arah Dede, ke arah Kunang dan ke arah Kodir)

Aku menyesal punya teman kalian sejak kecil, padahal dulu ketika si Cecep diperkosa si Endang, kalian dan Aku menyerang si Endang! Kenapa ketika aku merasakan seperti apa yang dirasakan Cecep kalian tidak melakukan itu?!...Kenapa tidak denganku?! Salah apa aku sama kalian?!...Apa karena masalah si Rahma?! Masalah bapakmu Kunang?!

(Bagja terisak bercampur menyesak)

 ..kurasa kamu Kodir yang bisa menjawab itu, kamu sengaja membiarkan aku diperlakukan itu oleh mereka, karena kesakitan hatimu padaku..Tapi tak apa-apa yang sudah terjadi adalah nasibku, apa yang menimpa keluargaku juga nasib keluargaku, kuterima semua. Aku hanya mempertanyakan keberadaan teman-temanku, aku hanya mau tahu apa empati dari teman-temanku terhadap temannya yang sedang dirundung duka, yang terkena masalah?...Kalian tidak pernah tahu apa itu sakit! Apa itu menderita! Apa itu terzolimi! Mudah-mudah apa yang kualami tidak akan terjadi pada kalian, semoga kalian semua dalam keadaan baik-baik saja semua…

(Bagja menangis, air matanya keluar dengan deras, merasakan sakit dihadapan teman-temannya jauh lebih menyakitkan)

Dan Dorr!!

(Pistol itu mengeluarkan pelurunya ke arah atas gubuk ketiganya ketakutan sekali, bahkan ketiganya gemetar)

KODIR

 Sekarang apa yang kamu ingin lakukan pada kami? Kamu akan memperlakukan kami seperti kamu memperlakukan Kodrat, Kohar dan Dower?

Kodir, merasa bahwa apa yang dilakukan Bagja hanya gertak sambal saja, Kodir berani bangkit

BAGJA

Memang kenapa dengan mereka? Kamu mendengar apa soal mereka?

 

KODIR

Kata si Gendot kamu membawa ke tiganya ke gubuk derita, setelah itu mereka menghilang entah kemana!..

BAGJA

Kalian mau tahu kemana mereka kubenamkan?

Bagja menatap tajam ke arah Kodir dengan bekas linangan air mata dan amarah

Kalau kalian mau pergi ke gua dimana si Oman mati dulu, kalian pasti bertemu dengan mereka…tapi tentunya dengan hantunya dari mereka!

Ketiganya sekarang lebih merasa ketakutan lagi, tidak menyangka bahwa Bagja telah membunuh mereka

Cukup bagiku dan bagi keluargaku tinggal di kampung ini,aku tidak mau lagi bertemu dengan kalian, mungkin ini pertemuan terakhir. Kalau aku mau, aku bisa juga menghabisi nyawa kalian juga, aku tidak takut sedikitpun akan apa yang akan terjadi padaku setelahnya, bagiku orang seperti kalian dan bajingan macam mereka lebih baik tidak ada di atas bumi ini, mereka dan kalian lebih baik mati!!

DORRR!!!

 

SCENE 62# INT – MESJID – SORE SESUDAH ASHAR

Bagja berjalan menuju mesjid, ditatap lama-lama mesjid, terkenang masa kecilnya, masa berteman dengan teman-temannya dulu, Bagja masuk ke mesjid lalu melihat ke jendela memandang suasana mesjid yang sangat pedesaan. Di sebelah mesjid terhampar hektaran sawah yang selalu menguning ketika tiba memanen padinya, lalu suara air sawah yang mengaliri setiap kotak-kotak sawah, menatap halaman mesjid.Di depan mesjid tumbuh pohon mangga dan rambutan yang berjumlah lima pohon, semuanya saling beradu dan saling melindungi mesjid, mesjid teduh nan nikmat, ditambah lantai dari ubin berwarna hitam yang menyerap cukup dingin karena udara pedesaan.

USTAD NURHASAN

Berdiri di tengah mesjid menatap ke arah Bagja yang berdiri menatap ke luar jendela

 Apakah mesjid tempat persembunyian paling aman?.....

BAGJA

Membalikkan tubuhnya, kaget melihat Ustad Nurhasan yang tiba-tiba ada di dalam mesjid hanya memakai sarung dan baju koko dengan kopiahnya, Bagja tak menjawab

USTAD NURHASAN

Ustad Nurhasan mendekat lebih dekat, ditariknya tangan kanan Bagja yang tadi mengusap-usap debu kecil yang menempel di kaca nako

 Duduklah…!

Suaranya berat, dengan janggut yang sedikit memutih ditambah, badannya yang tinggi besar kini mulai merunduk karena usia, aromanya khas, bau aroma tasbih dari biji buah zaitun. Ustad Nurhasan meminta Bagja duduk ditengah masjid

BAGJA

Berjalan dan duduk di tengah mesjid berhadapan dengan Ustad Nurahasan)

USTAD NURHASAN

Mau kemana kamu sekarang?....Bersembunyi?....

Suaranya tenang dan teduh namun mampu menelisik ke relung hati Bagja yang paling dalam

BAGJA

Bagja masih tak berani menatap wajah Ustad Nurhasan, ditundukan wajah penuh nistanya agar bisa menyembunyikan kebingungan

USTAD NURHASAN

Atau kamu puas dengan apa yang telah kamu lakukan?....

 (berhenti)

 Setiap orang punya cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya sendiri,Setiap orang punya luka untuk menyembuhkan lukanya sendiri, Setiap orang punya kesulitan sendiri untuk pergi dari kesulitannya sendiri.Dan, (Mengangkat wajah Bagja agar menatap matanya) setiap orang punya tanggung jawab sendiri terhadap apa yang telah dia lakukannya sendiri…..

BAGJA

Bagja menunduk lagi, mata Bagja ditutup rapat-rapat untuk menahan air matanya keluar, tubuhya terguncang, Bagja berkeringat, dadanya kembang-kempis menahan emosi, tenggorokannya tercekat membendung tangis yang mendorong hendak keluar

USTAD NURHASAN

Menangislah….! Air mata akan membantumu untuk menenangkan dirimu,Air mata akan mewakilli kepedihan,Air mata akan menuntunmu membuka jati dirimu sendiri,Dan (Mengangkat wajah Bagja kembali untuk menatapnya) air mata adalah salah satu ciptaan Allah paling ajaib, karena tak pernah habis, menangislah…..!

BAGJA

Bagja menangis berteriak, Jemarinya masih menutupi wajahnya sendiri. Ustad Nurhasan membiarkan Bagja menghabiskan air matanya untuk keluar, Ustad Nurhasan membiarkan Bagja memecahkan sendiri kepedihannya dengan air mata

Mengapa semua ini terjadi pada saya

USTAD NURHASAN

 Lalu pada siapa menurut kamu masalah yang kamu alami itu seharusnya ditimpahkan?....Ehm…? Kepada saya?....
Matanya kali ini menghantam ke mata Bagja yang memerah karena tangisan…
 Apa kamu pikir saya mampu mengatasinya seperti kamu? Belum tentu,  mungkin juga saya tidak bisa mengatasinya, bisa jadi saya melakukan seperti apa yang kamu lakukan…? Atau barangkali saya akan melakukan lebih dari apa yang telah kamu lakukan?….Barangkali…..

BAGJA

Sisa air mata Bagja menetes perlahan lalu bergulir dipipinya yang terhalang oleh bulu jambangnya

USTAD NURHASAN

Bagja….saya bukan orang yang mengampuni dosa, saya bukan orang yang akan menghapus dosa…Saya bukan orang yang akan menyelamatkanmu dari permasalahanmu. Saya hanya seorang penghuni mesjid yang tidak bisa mengamalkan ayat-ayat Allah untuk orang-orang di kampung ini, saya gagal memberikan petuah, memberikan amanah Al-Quran, kepada masyarakat di kampung ini…Saya telah berdosa karena saya tidak bisa mencegah orang-orang untuk tidak berbuat jahat kepadamu setidaknya,bahkan saya gagal untuk menuntun mereka ke jalan yang benar, jalan yang di ridhoi Allah,ini semua tanggung jawab saya sebagai penyebar ayat-ayat suci…Saya akan dimintai pertanggungjawaban kelak, apakah saya menghakimi orang lain untuk itu? Tidak!...atau saya menghakimi diri saya sendiri?...Tidak juga…! Saya hanya pasrahkan kepada Allah…Biarkan semuanya, Allah yang mengatasinya, karena tanggung jawab kita sebagai manusia di muka bumi ini sebagai khalifah…Setidaknya buat diri kita sendiri, menuntun diri kita sendiri menuju jalan keikhlasan Allah. Kalau pun saya gagal menyelamatkan kamu atau orang-orang di kampung ini, setidaknya saya berdoa buat kamu dan masyarakat agar diampuni segala dosa dan perbuatan maksiat mereka…Karena kalau saya pergi dan meninggalkan kampung ini, saya akan sangat merasa bersalah dan berdosa karena tidak ada yang berdoa atau tidak ada yang mengisi mesjid ini….

BAGJA

Bagja kembali menangis, hidunganya tesumbat lendir tangis yang dia hisap setiap kali lendirnya hendak keluar

USTAD NURHASAN

Jadi apapun yang telah kamu lakukan, bertanggungjawablah pada dirimu sendiri, bukan kepada orang lain, bukan untuk keluargamu, bukan untuk menebus dosamu, karena urusan dosa adalah urusan Allah, jika pun kamu bertaubat maka Allah pulalah yang akan menerima taubatmu, bukan orang lain. Pergilah mencari pertanggungjawaban dirimu sendiri. Saya tidak menyarankan kamu untuk berlari meninggalkan masalahmu…..

BAGJA

Bagja tidak tahu apakah ustad Nurhasan tahu apa yang telah dilakukan atau dia hanya menebak-nebak masalah Bagja, yang Bagja rasakan adalah pencerahan dan motivasi untuk menuju ke jalan yang benar. Frekwensi pertemuan dengan ustad Nurhasan membawa ke alam penyadaran. Bahwa apa yang telah kita lakukan adalah tanggung jawab kita sendiri, sederhana memang, bahkan basi! Tapi itulah hakekatnya, itulah titik kulminasinya sebagai imbas dari perbuatan kita. Tanggung jawab! Titik!!

 

SCENE 63# INT – RUMAH BAGJA – MALAM

Baju-baju ibu, Bugi dan Kania dijadikan satu koper yang sudah jelek, barang-barang penting lainnya hanya di masukan ke tas seadanya, Bugi dan Kania diam saja, melihat apa yang dilakukan Bagja dan Ibu yang sibuk membenahi apa saja yang harus dibawa.

BAGJA

Sebelum besok pagi aku harus kembali ke sini, ya Bu..

IBU BAGJA

(Mengangguk sambil berucuran air mata)

BAGJA

Hanya dengan meninggalkan kampung ini, mudah-mudahan Kania akan terlepas dari ketakutannya

IBU BAGJA

(Mengangguk dan menangis)

SCENE 64# EXT – DI DALAM MOBIL – MALAM HARI

Mereka manaiki mobil Bagja dan pergi dari kampung ini, menuju kogta Sukabumi kampung halaman ibu. Di perjalanan kempatnya tak ada yang bicara, diam menatap jalan gelap dengan tatapan kosong. Tiba di Sukabumi, Bagja menurunkan barang-barangnya dan langsung berpamitan

SCENE 65# INT – RUMAH BAGJA DI SUKABUMI – DINI HARI

BAGJA

Saya langsung pamit, ya Bu, ini ada uang, mudah-mudahan cukup untuk bekal ibu, Bugi dan Kania

IBU BAGJA

Bagja,(Ditatap lalu dipeluk erat, menangis dipelukan Bagja) apa pun yang terjadi padamu, ibu memaafkan semuanya, jaga dirimu...

BAGJA

(Melepas pelukan ibu, lalu mencium Kania dan kepala Bugi, lalu pergi menaiki mobilnya)


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar