MENGEJAR BINTANG FILM
2. BAGIAN DU
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 11# EXT – TANAH LAPANG – HAMPIR MAGHRIB

Sebuah tanah lapang di bawah gunung karang, mereka mendirikan tenda, Kodir, Kunang, Dede dan Oman sibuk memasang tenda, Bagja menatap atas gunung karang yang terlihat lubang gua. Kemudian hari mulai gelap, di kejauhan terlihat kelip-kelip lampu orang kemping juga, makin malam lampu kemah dari kejauhan seakan ramai, mereka senang karena banyak yang kemping.

BAGJA

Banyak juga yang kemping di sini, ya

KODIR

Sudah kubilang, aman di sini, banyak yang kemping

(Dede merebus singkong dengan Kunang di atas api yang mereka buat dari ranting, Oman hanya diam tak bersuara, duduk di dalam tenda. Lalu singkong matang, mereka makan singkong.

KODIR

Nanti jam 12 kita buat api unggun

BAGJA

Malam amat?

KODIR

Iya dong, di pramuka itu api unggun malam-malam biar berkesan

 

Sebelum jam 12 , mereka tertidur, karena kantuk. Tiba-tiba dari luar tenda ada yang membangunkan mereka, tenda di acak-acak, terdengar suara berat membangunkan mereka,seperti banyak orang, mereka terbangun dengan was-was dan ketakutan, keluar tenda dan melihat beberapa orang berpakaian serba hitam dengan mengangkat golok menyuruh mereka keluar dari tenda, anak-anak ketakutan, berlari kemana-mana, Kodir, Kunang dan Dede berlari ke arah lapangan, terpisah dengan Bagja dan Oman yang naik ke atas gunung tanpa arah, orang-orang berpakaian hitam itu mengejar sambil mengangkat golok. Bagja jongkok dan Oman berdiri di batu karang besar, berkeringat dan ketakutan, satu orang berbaju hitam itu mengangkat goloknya dan menebas leher Oman yang berdiri di depan Bagja. Tubuh Oman berguling ke bawah, Bagja Diam ketakutan luar biasa, berkeringat dan gemetar, sampai orang-orang yang tadi mengejar Oman yang jatuh berguling ke bawah, orang-orang itu hilang, lalu Bagja yang berlari menuju tubuh Oman.

SCENE 12# EXT – DI TENGAH LAPANG – MALAM

Bagja jongkok menghadap ke tubuh Oman yang kaku dan berdarah di raba Bagja Menangis. Kodir, Kunang dan Dede datang membawa senter dan melihat Bagja menangis.

KODIR

Kenapa Oman?

BAGJA

Tadi di bacok oleh orang-orang tadi

KUNANG

Apanya yang kena?

BAGJA

Lehernya

BAGAJ, KUNANG, KODIR DAN DEDE

Mereka menghadap ke tubuh Oman yang kaku, diam, Bagja menangis, Dede menangis, Kunang dan kodir diam.

Dari kejauhan lampu mobil tentara mendekat ke anak-anak, Ada Bapaknya anak-anak semua, Pak Lurah, Pak Camat, Pak Koramil, Pak Polsek

PAK LURAH

Kenapa ini?

 

SCENE 13# EXT – DI TENGAH LAPANG – PAGI MATAHARI BARU MUNCUL

Dilihatnya tenda anak-anak masih berdiri, tidak ada kerusakan, rapih seperti mereka sebelum tidur, dari kejauhan tak ada tenda-tenda lain, di belakang tenda ada sebuah lubang besar dan pohon besar yang kemarin tidak dilihat anak-anak.

SEORANG LELAKI BERBAJU HITAM

Kalian mendirikan tenda di tempat yang salah, ini bukan tempat kemping, ini tempat keramat!

Anak-anak kaget, melihat apa yang terjadi, tak ada tanda-tanda kerusakan, juga kenapa tenda mereka ada di pinggir lubang dan pohon besar? Tenda-tenda yang lain tidak, mereka saling tatap dan ketakutan

 

SCENE 14# EXT – HALAMAN RUMAH OMAN ADA WARUNG BASO – PAGI HARI

Sekampung menangisi mayat Oman yang terbujur kaku di bawa oleh mobil dari kepolisian. Semua orang-orang tua, anak-anak dan warga lain berkerumun di rumah Oman.

IBU OMAN

(Menangis meraung-raung di depan rumahnya)

Kenapa kamu ke gunung itu? Itu kan angker, kamu kenapa ikut mereka, Oman? Kenapa?

Orang orang bergumam dan di tengah kerumunan orang-orang kampung Bagja, Kunang, Kodir dan Dede yang terdiam di samping warung baso, wajah sedih, lelah dan tak mengerti akan apa yang terjadi. Mereka saling tatap dan menangis..

 

CUT TO

SCENE 15# EXT – DEPAN RUMAH RAHMA – PAGI SEBELUM BERANGKAT SEKOLAH

KODIR

Ini surat cintaku padamu, tolong dibaca dan dijawab nanti sepulang sekolah ya, aku tunggu

RAHMA

(Bingung menerima tiga surat cinta dari Kodir, surat yang sama bungkusnya lalu dimasukan ke tasnya)

 

SCENE 16# EXT – DEPAN SEKOLAH SMP – SIANG

KODIR

Rahma! Gimana surat cintaku?

(Senyum norak dan yakin)

Rahma dan Nina berjalan melihat Kodir mendekat, Bagja, Kunang dan Dede berdiri kepanasan melihat rekasi Rahma

NINA

Ini suratmu, Rahma hanya mau terima surat cinta dari Bagja, bukan kamu!

(Dua surat dilempar oleh Nina begitu saja ke arah Kodir, yang satu dia kembalikan ke Rahma yang hanya diam)

KODIR

Aku gak bicara sama kamu, Nina! Aku mau bicara sama Rahma!

NINA

Rahma gak suka sama kamu, Rahma sukanya sama Bagja!

KODIR

Kodir diam menatap Rahma dan melihat ke arah Bagja lalu berlari kencang,pergi.

 dilihat Kunang dan Dede yang saling pandang ke arah Bagja.

 

SCENE 17# EXT – DEPAN RUMAH KUNANG – SORE

KUNANG

Kenapa kamu pakai nama kamu disurat cinta itu, Bagja?

BAGJA

Aku lupa menulis nama Kodir

DEDE

Sekarang jadinya Rahma suka sama kamu kan, bukan Kodir, Kacau deh!

BAGJA

Aku lupa, sungguh aku lupa! Tapi aku gak suka sama Rahma!

KUNANG

Sudah terlanjur, Rahma lebih suka sama kamu, bukan Kodir!

BAGJA

Nanti aku bicara ke Rahma, aku jelasin, bukan aku yang bikin surat cinta tapi Kodir

DEDE

Tidak mungkin! Rahma tidak akan mengerti!

*

Bagja, Kunang, Kodir dan Dede lulus dari SMP, mereka terpisah, Bagja melanjutkan ke SMA bersama Kodir, Kunang masuk asrama sekolah kejuruan Dede putus sekolah, jadi kondektur angkutan bersama bapaknya yang menjadi sopir angkutan. Selama tiga tahun mereka tidak begitu akrab dan terpisah secara komunukasi. Akhirnya mereka lulus dari SMA, Bagja, Kodir, Kunang menjadi pengangguran.

CUT TO

SCENE 18# EXT – WARUNG ARAK – MALAM

Kunang membawa berbotol-botol arak yang akan melakukan pesta bersama kelompok Kucer. Bagja tidak termasuk di dalamnya. Bagja melihatnya dengan was-was karena Bagja melihat bapaknya Kunang di seberang jalan

KUNANG

Kamu jangan bilang-bilang ya!

Mengancam dengan wajah kasar, meninggalkan Bagja sendiri

BAGJA

Bagja Diam, matanya melirik ke arah bapaknya Kunang yang melihat Bagja, sementara Kunang tidak melihat bapaknya

BAPAKNYA KUNANG

Beli apa dia?

BAGJA

(Tak menjawab)

BAPAKNYA KUNANG

Sejak lulus sekolah Kunang belum kerja, seharusnya, dia bekerja karena sekolahnya mahal, bukan menjadi tukang mabuk dan judi seperti pemuda yang lain di kampung ini!

BAGJA

Aku tidak tahu, Pak

BAPAKNYA KUNANG

Kamu tahu pasti! Hanya kamu tidak ikut-ikutan! Dimana mereka biasa minum-minum?

(Geram dan memegang bahu Bagja)

BAGJA

Aku tidak tahu, Pak

BAPAKNYA KUNANG

Bohong kamu!!

Marah dan mengibaskan kepala Bagja dengan keras, lalu pergi

 

CUT TO

SCENE 19# EXT – SAUNG DI TENGAH SAWAH – MALAM

Berkumpul di sana, Kucer, Kohar, Kodrat, Dower, Kodir, Kunang, Dede, serta beberapa anak muda, pesta arak dengan keadaan yang kacau, bertelanjang dada. Bapaknya Kunang datang dengan tolak pinggang meraih Kunang lalu memukulnya di hadapan anak-anak yang sedang ambruk, semua diam melihat Kunang dipukuli

BAPAKNYA KUNANG

Apa gunanya kamu aku sekolahkan di asrama! Kamu membuat malu bapakmu sebagai penilik sekolah di kecamatan ini! Kenapa kamu tidak bisa seperti Bagja meski menganggur tapi tidak ikut dengan kelompok pemuda kampung macam mereka yang hanya mabuk dan bikin onar di kampung ini!

KUNANG

Muka merah, mulut bau alkohol murahan, Kunang marah dan malu ketika bapaknya membandingkan dirinya dengan Bagja

 

CUT TO

SCENE 20# EXT – JALAN MENUJU RUMAH BAGJA – MALAM

Kunang, Kodir dan Dede menghadang Bagja yang hendak pulang

 

KUNANG

Sekali ini, aku bilang bahwa kamu bukan lagi sahabat, kamu adalah bajingan tukang ngadu dan cari muka! Aku, Kodir dan Dede tak akan lagi menganggapmu sahabat, kamu telah ikut menghilangkan nyawa Oman, merebut Rahma dan mengadukan aku ke bapakku! Kamu jahat! Bagja!!

BAGJA

Aku tidak melakukan semua yang kamu tuduhkan ke aku, Kunang, aku tidak membunuh Oman, aku tidak merebut Rahma juga aku tidak mengadukan kamu ke bapakmu!

KODIR

Bohong kamu!! Dari dulu kamu selalu saja merusak persahabatan kita, Kamu selalu menjadi onak duri!!

DEDE

Kamu merasa baik karena tidak diajak gabung dengan kelompok Kucer? Kenapa coba? Karena kamu banci!! Penakut! Dan tukang ngadu!!

BAGJA

(Diam dan sedih, menunduk)

Teganya kalian menuduh aku begitu...

(Menatap Kodir, Kunang dan Dede dengan sedih)


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar