MENGEJAR BINTANG FILM
7. BAGIAN TUJUH
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 51# INT – RUMAH BAGJA – MALAM

Bagja duduk di kursi makan, ibu duduk disebelahnya, Kania di kamar menyendiri, Bugi di kamarnya duduk di pinggir ranjang dengan wajah menunduk. Sepi sekali....

 

IBUNYA BAGJA

Ini memang salah ibu, seharusnya ibu mencegah kamu pergi dari rumah ini dulu, walau ibu tidak bisa melarangmu, karena ibu tahu apa yang menimpamu saat itu. Semenjak bapak tahu apa yang terjadi atas dirimu dan Kania, bapak shock dan tak terima semua ini terjadi pada anak-anaknya, bapak marah pada dirinya sendiri, lalu bapak menumpahkan pada kelompok biang keladi itu. Pertama bapak melaporkan Kucer, Kohar, Kodrat dan Dower pada polisi, tapi yang bapak terima bukan pembelaan malah bapak dapat ancaman dari polisi dan keluarga mereka, bapak sempat diancam pakai pistol oleh bapaknya Kucer.
Bapak tak punya keberanian setelah itu, yang ada Kania menjadi korban kembali. Kania…..di..

(adegan sewaktu Kania pulang sekolah SMA, ditarik dan dipaksa naik motor Kucer, dibawa ke ladang singkong baru yang sepi, Kocer, Kodrat, Kohar dan Dower memperkosanya bergantian dengan bengis, dilihat oleh Kodir, Kunang dan Dede yang mengintip dari kejauhan)

(Dada ibu naik dan turun dengan tragis - menahan kesakitan yang luar biasa,kaki Bagja gemetar seketika, kepalan tangannya meremas ujung lututnya, giginya menahan kemarahan, kemudian air matanya mengembang)

(Adegan bapak ambruk! Sakit, karena frustasi dan tak bangun-bangun dari tempat tidur sampai bapak meninggal lima bulan lalu)

 (adegan Kania mengalami traumatik atas kejadian itu, Kania tak mau keluar rumah jika tidak dengan ibu, Kania takut bertemu dengan orang lain, Kania hanya menguntit ibu di belakang. Bahkan sekolah pun tidak mau, melihat kebun singkong Kania menjerit tempat kejadian itu, Kania akan terus menangis dan menjerit sejadi-jadinya. Semenjak bapak meninggal Kania meminta ke kuburan bapak tiap hari..)

(Diam…hidung ibu mengeluarkan lendir yang dibasuh oleh handuk yang diselendangkan sedari tadi, air matanya mengalir seperti air terjun, matanya merah rambutnya yang sedikit memutih di ikat kebelakang dengan karet gelang warna hijau)

BAGJA

(Makin gemetar mendengar semuanya, air matanya mengembang, dan amarah yang tertahan)

IBUNYA BAGJA

Lalu Bugi pergi juga, katanya mau mencari kamu, ibu tak dapat melarang, karena memang cuma kamu yang dapat menyelamatkan keluarga ini, cuma kamu Bagja!…Cuma kamu…..!!

(Ibu marah, Ibu emosi…)

BAGJA

(Teringat peristiwa di warung Bi Narsih, disodomi empat orang disaksikan teman-teman kecilnya tanpa ada pembelaan, kalian mau melakukan juga....?? kata-kata itu ditujukan pada Kodir, Kunang dan Dede yang menyaksikan Bagja di sodomi juga menyaksikan sewaktu Kania diperkosa,Bagja marah, gemetar dan air mata mengalir....)

Suara suling sunda terdengar dari radio tetangga, mengalun, menyayat, menggoreskan luka di keluarga Bagja, sunyi,sepi dan dendam yang membara. Baga berjalan melihat ke kamar, Kania tertidur membungkus badannya yang kurus, lusuh dan acak-acakan, memegang baju bapak yang sudah kumal, lalu melihat ke kamar lain Bugi tertidur tak tenang, gelisah, menggigil.

SCENE 52# EXT – DEPAN WARUNG KOPI – MALAM

Mobil jeep Bagja dberhenti di depan warung. Ada beberapa orang di luar warung, mereka berhenti menyuap makanan mie instant demi melihat Bagja turun dari mobil mewah seukuran kampung, dengan berjaket kulit warna hitam, jin ketat dan topi bertuliskan LA berwarna hitam, dengan senyum Bagja menyapa orang yang sedang makan.

 

DOWER

Rasanya kenal…..?

(Menyepelekan)

Yang lain ikut menatap. Ada Kodrat dan Kohar, tanpa Kucer. Mereka dengan segera mengerubungi Bagja dengan wajah masih melecehkan.

KOHAR

Ha..ha..ha…ngapain kamu datang ke sini?...Minta lagi?.....ha…ha..ha..

(Tertawa menyepelekan)

Semua tertawa, Bagja tahu maksudnya, Bagja tahu apa yang dimaksud dengan kata yang diucapkan Kohar ‘minta lagi’. Bagja senyum sinis buat Kohar.

KODRAT

Rupanya sudah jadi orang Jakarta kamu yah….?

Kodrat memegang-megang jaket kulit Bagja dengan mulut bau minuman murahan

BAGJA

Bagja mengibaskan tangan Kodrat dari jaketnya, tak sudi! Kodrat tersinggung, Kodrat malah menepuk-nepuk punggung Bagja dengan agak keras, kembali disingkirkan tangan laknat itu menyentuh jaket Bagja

Lepaskankan tanganmu!!

Dower kaget, Kohar kaget begitu pun Kodrat. Mereka tak menyangka Bagja akan membentaknya demikian. Ada keberanian dalam kata-katanya. Dengan wajah yang ditumbuhi bulu dewasa, rasanya Bagja mampu membangun kepercayaan diri begitu tinggi.

KOHAR

Heh..! kamu pikir kamu siapa? Jagoan?!

(Sombong)

BAGJA

Bagja berdiri tegak dikelilingi Kohar, Kodrat dan Dower

Lalu kalian pikir kalian siapa?!

KODRAT

Kurang ajar!!!

Tak ada pukulan juga tak ada gerakan, hanya bentakan

BAGJA

 (Bagja masih tenang tapi waspada)

Orang-orang yang tak dikenalnya menghentikan makanannya, mereka ikut tegang melihat drama pembuka. Pejaga warung yang bernama Mang Warma khawatir warungnya hancur dengan drama ini, dengan sigap dia segera membereskan duitnya, matanya sigap. Sedang Bagja setenang samudra yang menyimpan bencana stunami.

BAGJA

Kalau saya kurang ajar? Lalu bagaimana dengan kalian? Orang baik-baik?

Dower nyengir-jelek sekali! Kodrat juga, sama jeleknya, apalagi Kohar codet di mukanya membuat dia seperti nyengir setan.Dengan bangga Kohar yang mengeluarkan senjata belati murahan

BAGJA

Itu pisau dapur emakmu yang mati karena bapakmu kawin lagi dengan perempuan muda yang juga kamu ‘pake’ bareng-bareng dengan bapakmu?!

Bagja yakin Kohar bergolak darahnya, yakin tak ada yang berani berkata begitu pada Kohar yang codet jelek itu. Kohar menarik pisau dapurnya, memegangnya erat-erat dan siap dihunuskan. Memegangnya persis seperti orang mengiris bawang merah, tak ada seninya dan tak ada wibawanya bagi orang yang mengerti cara menggunakan senjata tajam buat membunuh atau buat bekerja. Norak! Dower berlagak sigap, wajahnya penuh ketegangan dan memerah karena arak murahan telah bekerja memoles wajahnya yang hitam menjadi kebiru-biruan, bukan menjadi merah, karena kulit Dower memang hitam pekat. Seperti kena sengatan kilat di hujan gerimis.

BAGJA

Kamu mau ngapaian Wiwi Setyani?

Itu nama asli Dower, lelaki manja, anak seorang haji yang salah gaul. Dower marah dengan nama yang diberikan oleh bapaknya yang haji kemudian dipanggil dengan cara mengejek, tak ada yang berani memanggil nama aslinya, kecuali gurunya

DOWER

Apa kamu bilang!!?

Sok berani! Padahal nyalinya tak ada, tipe seperti Dower berani hanya kalau mengeroyok.

BAGJA

Wiwi Setyani?..Bukankah itu nama aslimu?”

Dower Tambah marah, tamu-tamu yang lain senyam-senyum mendengar nama asli Dower, tapi Dower masih diam ditempatnya, tak beranjak, sama dengan Kohar hanya diam memegang pisau dapurnya

KODRAT

Cicing siah!!!..loba bacot siah!!...Rek naon siah kadieu?! –(diam lu banyak omong mau ngapain kamu ke sini?)

BAGJA

Gue?...Mau membunuh kalian!!

Wajah ke tiga musuhnya dan orang-orang yang di warung tegang, tapi di detik kemudian mereka tertawa, mereka tertawa terbahak-bahak yang dipaksakan, apalagi ketiganya, tertawanya norak, karena orang sekecil Bagja yang dulu habis mereka permainkan bahkan mereka hancurkan kehormatannya, kini sok-soknya mau membuat perhitungan dengan mereka? Bisa apa Bagja dengan mereka? Jelas mereka tertawa. Tapi ketika Bagja mengeluarkan senjata mutakhir yang dimiliki, tawa mereka langsung berhenti, bahkan mereka seketika sunyi. Sekarang Bagja yang tertawa. Senyum pahit disungggingkan. Hanya dengan menunda dua senjata mutakhir miliknya di meja rongsokan warung Barokah Mang Warma, ketiganya langsung ngeper, melongo, bahkan mampu mendiamkan mulut mereka.

Sekarang kalian bertiga kutunggu di lapangan, malam ini juga!!

Bagja berlalu mengambil senjatanya, satu pistol dan satu belati super tajam, berjalan keluar dari warung yang tak barokah ini. Sesampai di pintu keluar berbalik dan berkata

Kalau kalian tidak datang…Aku akan membunuh ibu-ibu penjudi yaitu ibu kalian!!

Ancaman yang tidak main-main, karena Bagja mengucapkan dengan amat serius, itu sudah cukup membuat mereka mengiyakan perintahnya

SCENE 53# EXT – DEPAN GUBUK TENGAH SAWAH KERING – MALAM

Lapangan persawahan yang luas, di ujung dekat jalan setapak ada gubuk semi permanen, gubuk tua itu masih bertengger, rasanya gubuk derita ini sudah banyak menyimpan cerita muram, karena di gubuk inilah hampir semua kemaksiatan terjadi. Dengan diterangi sebuah lampu bohlam lima watt gubuk itu sangat menyeramkan untuk ditempati. Bau gubuk ini bercampur bau alkohol dan pesing.

Tidak menunggu waktu lama, ketiganya datang begitu cepat. Bagja baru saja turun dari mobil dan mengambil posisi di depan mobil, ketiga bandit kampung itu sudah membekali diri dengan kekuatan masing-masing, terlihat dari gaya mereka yang siap tempur. Bagja tenang setenang samudra.

KODRAT

Maneh pikir aing sieun ka maneh?! – kamu pikir saya takut sama kamu?

Kodrat membawa golok sepanjang lengan, yang dia genggam di tangan kanannya yang kecil dan kurus. Wajahnya memang sangar dengan pipi cekung karena kebanyakan mengisap gele, Kohar sepertinya layak di sebut bandit,dengan langkah berani mereka mendekati Bagja, tanpa banyak bicara Kodrat langsung menghantamkan goloknya ke arah Bagja, Bagja tidak tinggal diam, hanya dengan sedetik berlalu, pistol silver bergagang hitam meraung mengenai lutut Kodrat. Bagja tidak ingin mereka langsung mati, mereka harus merasakan kesakitan seperti dirinya, seperti keluarganya. Kodrat mengaduh kesakitan. Dower dan Kohar melongo dengan muka takut luar biasa.

BAGJA

Kalian lari dari sini, kutembak!!...Diam di situ!!!

Kodrat mengerang kesakitan,didekati mereka dengan pistol tergenggam mantap ditangannya, seperti Jepang kalah oleh sekutu, mereka memberikan senjatanya, Kodrat masih mengaduh tak berdaya. Disuruhnya mereka bertiga menjadi satu, dengan todongan pistol, mereka menurut tanpa perlawanan, wajah mereka ketakutan

Buka pakaian kalian!!

(Mereka saling pandang)

Buka!!!!

Dengan tergesa mereka menuruti perintah, susah payah mereka membuka baju masing-masing, begitu pun Kodrat setengah mati dia melakukan apa mau Bagja dengan luka tembak yang pasti sakit luar biasa.

Semuanya!! Celana kalian juga!!..Telanjang!!!

Kodrat tahan karena takut senjata yang selalu diacung-acungkan ke arahnya)

Sekarang berbalik!!!

Bagja dikerubuti rasa dendam luar biasa, Bagja menumpahkan semua dendam Bagja menumpahkan dendam itu pada ketiga begundal yang telah menghancur-leburkan keluarganya. Diambilnya batang singkong yang menumpuk di pojok dekat tiang gubuk, lalu disodok batang itu ke arah bokong Kodrat, Kodrat menjerit sejadi-jadinya, sampai terjerembab ke depan, Dengan ganas dipaksa batang itu disodokkan terus, Kodrat berguling-guling menahan sakit, Bagja tak perduli, lalu ditembak pinggangnya, ginjalnya hancur, Kata Timoty ginjal adalah organ mematikan, jadi arahkan tembakanmu ke arah itu, maka seketika korban pasti mati! Itu benar, Kodrat menjerit dan tak bersuara. Bagja tersenym puas,Dower dan Kohar berkeringat dingin melihat kebengisan Bagja

Diam!!!...Aku tidak akan pernah memberi kalian pengampunan apa pun! Aku akan membuat perhitungan dengan kalian…kalian tahu? Betapa dulu aku dibuat sakit oleh kalian, dan betapa kalian sudah menghancurkanku, adikku! Bapakku!...Sebenarnya kalian itu manusia apa binatang!? Kalian ternyata bukan manusia juga bukan binatang! Kalian semua setan!!!...iblis kalian semua!!!”

Dorr!!

Peluru itu dilepaskan ke atas, Kohar dan Dower ketakutan. Dower terlempar sendiri ke depan dan menabrak tiang kayu Dower hampir pingsan. Bagja senang dengan ketakutan Dower. Lelaki manja sebenarnya Dower, berani kalau ada teman-temannya. Pengecut!!

Sekarang kalian berdua lakukan seperti kalian melakukan ke saya dulu…!

KOHAR

A..aku tidak bisa….

BAGJA

Lakukan!!!

DOWER

Aku tidak bisa…..

BAGJA

Dulu kalian bisa melakukannya ke aku dan adikku, sekarang kenapa kalian tidak bisa? Apa kalian mau seperti Kodrat?!

KOHAR

Tembak saja aku sekarang bangsat!!!

BAGJA

Bagja bangkit, darahnya naik seketika melihat perlawanan Kohar, tanpa menunggu lama, ditancapkan belati super tajam itu ke arah bawah perutnya. Kohar mengerang, darah dimana-mana, Kohar masih bernyawa, lalu diambil kembali batang singkong dan disodokkan kembali ke arah bokongnya dengan paksa. Bagja seperti orang kesetanan, amarah dan dendamnya kian bercampur, terakhir dihujamkan kembali belati ke arah perut Kohar, beberapa kali)

Dower pingsan, air kencingnya mengalir, Dower tidak tahu bahwa Bagja pun menghujamkan belati itu ke arah dekat kemaluannya, serta menyodokan batang singkong ke bokongnya

Bagja tak merasa bersalah sama sekali! Puas dan dengan wajah dingin dan geram dia lap belatinya dan memasukan ke balik jaketnya

SCENE 54# EXT – DEPAN GUBUK TENGAH SAWAH KERING – MALAM

Bagja mengangkut ketiga mayat bajingan ke dalam mobil CJ 7-nya. Malam buta nan gelap, digenjot jeep jantan ini menuju gunung karang, kepekatan malam dihalau dengan hati tak gentar sedikit pun. Wajahnya fokus pada jalan aspal hitam dan sempit. Bagja masih hapal kemana arah jalan menuju gunung bergoa seram yang memakan korba teman kecilnya - Oman sekian tahun lalu.

SCENE 55# EXT – DI GOA DEKAT GUNUNG KARANG – MALAM

Diturunkannya mayat ketiganya. Pertama Dower. Batang singkong masih tertancap dibokongnya, darah berceceran, disimpan dimulut gua, lalu Kohar si codet berbau busuk disimpan didekatnya, kemudian Kodrat si krempeng yang menyebalkan lahir bathin. Dengan semangat ditendang satu-satu masuk ke dalam gua gelap menyeramkan. Dipersembahkan ketiga manusia durjana ini kepada para iblis penghuni kegelapan. Suara bergulingan batu-batu kerikil yang mengiringi mayat berlarian. Kemudian sepi, sunyi dan gelap lalu.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar