MENGEJAR BINTANG FILM
6. BAGIAN ENAM
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

CUT TO

SCENE 45# INT – RUMAH MEWAH TIMOTY – SORE

Matahari sore masuk ke rumah mewah milik Timoty di kawasan elite Jakarta Selatan, Bagja berjalan di sisi kolam renang bersama Dorkas.

DORKAS

Untuk sementara waktu kamu tinggal di sini dulu, selama keadaan belum aman!

Bagja menciprat-cipratkan air kolam yang berkilau terkena sinar matahari. Daun-daun taman yang rindang, taman-taman dibuat dengan elok. Bagja tak menghiraukan kata-kata Dorkas. Bagja masih terpana oleh keindahan rumah ini beserta isinya.

BAGJA

Rumah siapa ini?

DORKAS

Kamu pikir ini rumahku?

BAGJA

Siapa tahu kamu punya harta karun yang orang lain tidak tahu, termasuk Timoty?

DORKAS

(Dorkas tertawa renyah, badannya yang makin menjadi subur karena jarang berolah raga)

Dari mana aku punya harta karun? Ini rumah utama Timoty, dan ini salah satu rumahnya, ada enam di Jakarta. Belum lagi di puncak di Bandung, bahkan di Bali dan Singapur juga dia punya

BAGJA

Bali?...Singapur?...

DORKAS

Ya…malah dia ingin punya rumah di Inggris katanya….
Dengan penghasilan dari dunia hitam dia mampu memperkaya dirinya jauh lebih kaya dari pengusaha sekalipun. Seberapa besar penghasilan jadi tukang bandit macam Timoty? Kamu tahunyakan diskotik dan lahan yang di mangga dua itu….

(Bagja mengalihkan pandangannya pada Dorkas yang akan bercerita banyak tentang sang Bos besar yang sekarang entah dimana)

DORKAS

bukan cuma lahan-lahan itu, Timoty juga punya usaha yang lebih besar di Batam, dia punya lahan perjudian di hampir seluruh kota besar di Indonesia ini…Makanya kamu jangan heran, dan jangan pernah berpikir hanya diskotik saja yang dia punya….

BAGJA

Aku tidak perduli. Timoty mau punya emas segudang, duit segudang, berlian segudang, tidak perduli, pasti dia juga jual jual narkoba!

(Ditinggalkannya Dorkas)

DORKAS

Aku pergi sebentar, nanti malam aku kembali,ingat! kamu jangan sekali-kali keluar rumah… kecuali darurat, di mobil ada bungkusan buat kamu jika sewaktu-waktu terjadi genting, kamu harus kabur dari sini!

BAGJA

Kabur ke mana?

DORKAS

Kemana saja, terserah kamu!

BAGJA

(berpikir dan menatap Dorkas tajam)

Emang kenapa harus kabur?

DORKAS

Bahaya! Kamu sedang dalam bahaya!

 

BAGJA

Ahh itu saja kata-katamu dari semalam. Bahaya! Bahaya!...Emangnya mau kiamat? Aku tak perduli aku mau mandi

 

SCENE 46# EXT – PELATARAN MALL MEWAH – SIANG

BAGJA

Bagja turun dari bis kota, berjalan melewati parkiran, melihat seorang sopir gendut sedang merokok duduk di dekat tiang parkiran kemudian berjalan menuju sebuah mal yang popular, badannya berkeringat, perutnya lapar dia masuk ke mal mewah mencari tempat makan

SCENE 47# INT – MALL – SORE

BAGJA

Bagja masuk ke mall, berjalan mencari tempat makan, Bagja melihat Rano Karna sedang berada di toko mainan anak-anak memilih mainan bersama keluarganya. Bagja diam dan melihat Rano Karno. Bagja diam terpaku, Rano Karno selesai berjalan melewati Bagja. Bagja menahan nafas melihat Rano Karno tak berkedip sampai Rano Karno masuk ke restauran.

Bagja Berdiri di depan restauran menunggu Rano Karno dan keluarganya makan, sambil mengintip melihat Rano Karno dari jauh. Rano Karno dan keluarga selesai makan, Rano Karno dan keluarga lewat di depan Bagja, Bagja terpaku.

Rano Karno masuk ke toko pakaian, memilih pakaian mengambil satu kaos warna biru lalu membayar di kasir dan Bagja mengikuti dengan membeli kaos yang sama dengan cepat membayarnya karena takut kehilangan Rano Karno. Sampai di parkiran Rano Karno memberikan kaos itu ke sopirnya. Bagja melihat dengan nelangsa.

 

SCENE 48# INT – DALAM BIS KOTA PENUH SESAK - SORE

Macet dari arah Mall menuju bunderan, panas, keringat dan berisik oleh klakson serta deru kendaraan. Bagja melihat ke depan bis tak bergerak, kesal turun dan berjalan di trotoar menuju pusat kemacetan.

Bukan lampu merah dan banyaknya volume kendaraan, ternyata yang membuat kemacetan ini karena banyaknya orang berkerumun di pinggir jalan dan menghabiskan setengah badan jalan.

Bagja mendekat ke kerumunan orang-orang

ORANG 1

Ada laki-laki..mati

BAGJA

Dilihatnya Bugi kakaknya tergeletak di tumpukan sampah, Bagja shock bergetar matanya menatap Bugi lalu di raihnya Bugi tanpa malu dan tanpa jijik di tumpukan sampah

ORANG 1

Heh! Kenapa lu!!

(Yang lain heran melihat Bagja memeluk lelaki yang terkapar di tumpukan sampa)

BAGJA

Ini abang saya, kakak saya, Bugi!!!

SCENE 49# INT – KAMAR BAGJA RUMAH TIMOTY - SIANG

Bugi masih pucat berbaring di kasur, Bagja duduk disebelahnya menunggu Bugi bangun dari tidurnya sehabis dari rumah sakit. Mata Bugi perlahan terbuka, melihat ruangan besar dan serba putih serta mewah, mukanya masih pucat, melirik Bagja yang tertunduk, mengusap lengan Bagja, Bagja tersentak melihat Bugi.

BUGI

Di...di..mana ini?

BAGJA

Tenang, ini tempat tinggalku..

BUGI

Ru..ru..mah kamu?

BAGJA

Bukan, ini rumah tuanku, ga apa-apa, kamu tidur aja dulu, istirahat

BUGI

Ka..ka..mu..su..su dah be..be kerja?

BAGJA

Sudah, aku tinggal di sini, di rumah bos-ku...

BUGI

(Diam lalu menangis....)

BAGJA

Kenapa? Ada apa? Kamu kok ke Jakarta?

BUGI

Ba...ba..pak...me..meninggal...

BAGJA

Diam, menatap Bugi, dalam...air matanya keluar, hidungnya mengembang...masih ditatap Bugi dengan tajam

 

BUGI

Ka...ka...nia...di..per....

Bugi menangis menjerit-jerit, ngamuk,ngamuk

BAGJA

Membiarkan Bugi ngamuk, air mata Bagja makin mengalir, raut wajah mendendam, giginya gemelatuk

Kapan?

(gemetar)

BUGI

Li..lima...bu..lan...la..lu

Bagja membangunkan Bugi dengan cepat, didudukan di piggir ranjang lalu dipakaikan sepatu, di angkatnya Bugi keluar kamar, lalu memasukan ke mobil jeep yang terparkir di halaman. Bagja melihat bungkusan di dekat jok. Bagja menyalahkan mobil lalu pergi dari rumah mewah Timoty)

SCENE 50# EXT – HALAMAN RUMAH BAGJA – PAGI

Rumah sepi, pintu tertutup rapat, Bagja mendudukan Bugi di kursi depan, berjalan melihat ke samping rumah, suara radio tetangga terdengar menyanyikan lagu sunda sayup-sayup. Bagja kembali ke depan rumah

BUGI

Ke...Ke,...maa..kaamm..ba...pak

BAGJA

(Mengusap wajahnya berjongkok menghadap Bugi)

Kamu tunggu di sini, aku akan ke makam bapak, makam di bawah sana kan?

 

BUGI

Mengangguk

Baru saja Bagja berdiri dan berjalan ke arah samping rumah, Ibu dan Kania berdiri mematung melihat Bagja, tangan Ibu memegang botol air bekas nyekar, Kania di belakang Ibu memegang baju Ibu dengan erat, wajahnya ketakutan tapi air matanya mengalir. Ibu terpaku melihat Bagja. Saling tatap lalu Bagja memeluk Ibu dengan air mata.

IBU BAGJA

Dari mana saja, kamu?!

BAGJA

Menatap ibu lebih dalam, lalu memeluk ibu lagi, lalu memegang bahu Kania, yang kurus, lusuh dan tak terurus, Kania menghindar dari sentuhan Bagja

IBU BAGJA

Dia tidak pernah mau mandi, takut buka baju..

BAGJA

Memegang pundak Kania erat, lalu perlahan memegang kepalanya, mengusap rambutnya yang tak pernah menyisir, Kania menghindar seolah tak mengenal Bagja, tangan Bagja terus mengusap rambutnya, sampai kemudian Kania diam dan mau dipeluk Bagja, menangis sesegukan sampai banjir air mata


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar