6. 5 (2)

Marvin menyelesaikan transaksi dengan bagian administrasi, lalu kembali duduk di dekat Fajri.

MARVIN

Gue gak tau lo sedeket itu sama Nana.

Fajri berusaha tenang, ia tampak berpikir.

MARVIN (CONT'D)

Emang apa yang kalian omongin?

FAJRI

Lo.

Marvin tampak semakin bingung.

MARVIN

Maksudnya?

Tangan Fajri menutup mulutnya, ia tampak menyesal telah berbohong.

FAJRI

(gagap)

Ya, dia nanya-nanya tentang lo. Kayak siapa aja mantan lo, cewek mana aja yang naksir lo.

Fajri mengembuskan napasnya. Ia merapalkan tangannya, mulai serius.

FAJRI (CONT'D)

Biasanya cewek kalo suka sama lo bakalan nyari tau tentang lo dari sahabat deket lo. (beat) Lo inget kan mantan gue si Arini? Dia nge-DM lo terus nanyain gue? Nah kayak gitu, deh. Tapi dia minta dirahasiain dulu karena dia takut lo nganggep dia cuma adiknya doang.

MARVIN

Maksud lo Nana suka sama gue?

FAJRI

(mengangguk)

Tapi lo pura-pura gak tau aja. Dia bisa marah kalo dia tau gue bocorin ini ke lo.

MARVIN

Lo gak ngebohongin gue, kan?

FAJRI

(gagap)

Kenapa gue harus bohong?

MARVIN

Pas kita di toko alat musik tadi lo nanya kalo ternyata Nana gak suka sama gue gimana? Dan lo juga nanya gimana kalo Nana diem-diem pacaran sama orang lain. Apa jangan-jangan yang dia curhatin bukan gue, tapi... (beat)

Fajri memalingkan wajahnya, tangannya mengepal erat.

MARVIN (CONT'D)

Cowok lain yang lo kenal? Makanya lo nanya kayak tadi karena lo takut gue disia-siain Nana.

Fajri mengembuskan napasnya, ia lega.

FAJRI

Ya enggak dong, Vin. Gila aja.

MARVIN

Gak apa-apa kalo bener juga. Gue mau tau siapa orangnya.

FAJRI

Orang yang Nana suka itu lo, Vin. Lagian kenapa juga lo pake berpikir cowok lain? (tertawa) Segala nanya mau tau siapa orangnya. Emang lo mau ngapain kalo itu bener?

Marvin masih berekspresi serius.

MARVIN

Gue hancurin lah.

Wajah Fajri berubah masam.

MARVIN (CONT'D)

Btw, Ri ... stop chatting sama Nana. Bahkan kalo kalian ngomongin gue kayak yang lo bilang. Stop.

Marvin tersenyum, tapi matanya menatap tajam Fajri. Marvin berdiri, membelakangi Fajri.

MARVIN (CONT'D)

Karena cuma gue doang yang mampu jagain dia.

Fajri tertawa kecil. Marvin membalikan badannya. Fajri menoleh dan balik menatap tajam Marvin.

FAJRI

Lo takut sama gue? (beat) Lo takut sama temen lo yang gak mampu ini?

Emosi Fajri hampir memuncak, ia berdiri dan menghadap Marvin, tangannya mengepal. Ekspresi Marvin berubah, ia sadar kalau ia sudah keterlaluan.

MARVIN

(gagap)

Ri, lo salah paham. Gue ... maksud gue tuh...,

Tiba-tiba saja suara berat laki-laki, DION (45), memecahkan perseteruan mereka.

DION

Eh, Marvin? Kamu jenguk Nana? (menengok ke Fajri) Tumben bareng temen kamu.

Fajri mendengus kecil, ia memalingkan wajahnya, bibirnya bergerak: 'Temen?'. Fajri mengambil jaketnya di kursi yang ia duduki tadi, sedikit membungkuk ke Dion, dan pergi begitu saja.

Marvin terlihat merasa bersalah, tapi ia tidak mengejar Fajri, melainkan salim dengan Dimas. Sesekali matanya mengikuti punggung Fajri dari belakang.

DION

Ayo kita ke kamar Nana.

Marvin masih memerhatikan Fajri yang sudah menjauh, lalu kembali tersenyum menanggapi Dion.

MARVIN

I-iya, Om.

CUT TO :

INT. STADION BADMINTON - AFTERNOON, NIGHT

Fajri sudah mengganti bajunya, tak lupa dia mengikat tali sepatunya dengan kencang. Fajri melihat jam yang berada di dinding, masih jam setengah lima sore. Fajri memulai pemanasan.

Dari arah pintu masuk, Laura mendekat. Laura sudah lengkap dengan baju olahraga dan tas raketnya. Laura mengikuti gerakan Fajri tepat di sampingnya. Fajri melirik Laura sekilas, tidak minat.

LAURA

Sparing yuk, sebelum anak-anak dateng.

CUT TO :

Fajri bermain dengan sangat agresif. Laura sampai kewalahan mengimbangi permainan Fajri. Mereka bermain tanpa henti selama satu jam lamanya.

LAURA

Cukup, Kak! (terengah-engah, membungkuk) Gila, rasanya mau mati.

Laura terbaring di lantai, napasnya tidak beraturan. Fajri menghampirinya dengan botol minum.

LAURA (CONT'D)

Bentar. Biarin gue napas dulu. (beat) Gak, gue gak jadi ikut latihan hari ini.

Fajri mengerutkan dahinya. Ia menunduk, lalu berjongkok. Laura berusaha duduk, mengambil botol minuman yang dibawa Fajri, dan meminumnya.

FAJRI

Lo gak asma kan, Ra?

Laura menatap Fajri bingung.

LAURA

Lo gak stres kan, Mas?

CUT TO :

Fajri sudah selesai mengajar. Murid-muridnya pergi setelah memberikan salam. Laura terduduk di pinggir lapangan, di depannya terdapat tas Fajri. Fajri pun menghampirinya, duduk di samping Laura, membuka tasnya dan mengambil botol minumnya.

Laura menatap Fajri yang sedang minum dengan tatapan lembut. Fajri menyadari tatapan Laura.

FAJRI

Kenapa, Ra? (beat) Demen lo sama gue? Sampai gak kedip. Hahaha.

Laura terkejut, ia memalingkan wajahnya. Fajri tertawa meledek.

LAURA

(ketus)

Gila kali gue suka sama lo.

Fajri masih tertawa, lalu perlahan ia teringat sesuatu yang ingin ia tanyakan pada Laura.

FAJRI

Eh, btw, Ra, gue boleh minta brosur sekolah lo?

Senyum Laura timbul.

LAURA

Adel boleh sekolah di tempat gue, Mas? (beat) Brosurnya ada di rumah gue, nanti sekalian aja ambil dulu!

FAJRI

Gue lagi usahain itu sih, Ra. (beat) Tapi lo jangan bilang dia dulu, ya. Gue takut dia terlalu berharap.

LAURA

(bingung)

Lo yang usahain? Terus kuliah lo gimana?

Fajri tersenyum, mengangkat kedua bahunya seakan mengatakan: 'Mau gimana lagi?'.

FAJRI

Lo tau sendiri kondisi keuangan keluarga gue, Ra. Nyokap gue gak mau gue kuliah, tapi dia lebih gak mau lagi kalau Adel sekolah di SMK selain jurusan perkantoran. Jadi gue bikin semacam perjanjian sama nyokap gue. Nyokap tetep pengen Adel masuk SMK Negeri jurusan perkantoran, tapi kalo dia gagal, ya gue berniat daftarin dia di sekolah lo. Soalnya cuma gue yang bisa sekolahin dia. Kalo gue maksa kuliah dan ngambil magang, gue rasa gajinya gak akan cukup. (beat) Menurut lo gimana?

LAURA

(ragu)

Yah, itu pilihan lo, Mas. (beat) Gue berharap yang terbaik aja buat kalian berdua.

FAJRI

(tersenyum)

Thank you, Ra.

Laura mengangguk kaku.

Ponsel Fajri berdering. Fajri mengambil ponselnya dari dalam tasnya, layarnya tertulis nama 'Nana'.

FAJRI (CONT'D)

Bentar ya, Ra.

Fajri berjalan sedikit menjauh dari Laura.

FAJRI (CONT'D)

Iya, Dek? Maaf ya...,

DIANA (O.S)

(memotong)

Kok gak jengukin aku? (sedikit merengek, bercanda) Sedih nih aku.

FAJRI

(tertawa)

Apa sih kamu, haha. Aku kan ngajar, Dek. Gimana keadaan kamu? Masih sakit?

DIANA (O.S)

Jantung aku atau hati aku? Kalau jantung aku udah gak apa-apa, tapi hati aku sakit banget pacar aku gak jenguk, huhuhu.

Dari kejauhan Laura melihat gelagat Fajri yang tertawa bahagia, ia pun memalingkan wajahnya.

FAJRI

Iya, tadi emang sempet ke sana sama Marvin. Sempet ketemu Mama dan Papa kamu juga, tapi aku ditelpon sama orang tua murid aku. Katanya ada yang mau kejuaraan, jadi latihannya lebih awal dari jam 5. Maaf ya.

DIANA (O.S)

Aku kira karena takut ketemu Papa aku, makanya kamu kabur.

FAJRI

Haha, ngaco aja kamu.

DIANA (O.S)

Btw, besok aku udah dibolehin pulang. Ada Kak Marvin dan orang tua aku juga, kamu mau sekalian main, gak? Kita belum kasih tau Kak Marvin tentang hubungan kita, lho.

Ekspresi Fajri berubah.

FAJRI

Dek, gimana kalau kita rahasiain sampai setidaknya UN selesai? (beat) Aku gak bermaksud ngumpetin status kita kok. Tapi kamu lagi sakit begini, pasti Marvin bakalan marah banget sama aku kalau tau aku pacaran sama kamu. (beat) Halo? Na? Kamu gak marah, kan?

DIANA (O.S)

(terdengar hembusan napas Diana)

Oke. Tapi cuma sampai UN, ya. Nggak ngaret lagi!

FAJRI

Oke.

CUT TO :

INT. RUMAH SAKIT - KAMAR DIANA - NIGHT

Marvin memasuki kamar Diana sembari membawa tas yang berisi pakaian tambahan, tapi suara Diana berbincang di telepon menghentikan langkahnya.

Kita bisa lihat Diana sedang terduduk sembari berteleponan.

DIANA

Good night, love you. Hahaha, alay ya? Pokoknya kamu hati-hati di jalan pulang. Bye.

Diana tersenyum memandangi ponselnya sebelum akhirnya menaruh ponselnya di nakas samping ranjangnya.

Marvin meremas tas yang ia bawa. Marvin melangkah mendekati Diana di ranjang. Marvin mengatur napasnya, berusaha menahan amarahnya.

MARVIN

Siapa tadi?

DIANA

Temen.

MARVIN

Temen mana yang sampe lo ucapin 'love you' gitu, Na? (beat) Siapa? Cewek atau Cowok?

Diana mengerutkan dahinya, ia enggan menjawab pertanyaan Marvin. Diana merebahkan tubuhnya dan memungguni Marvin, tak lupa ia menarik selimutnya.

MARVIN (CONT'D)

(sedikit emosi)

Na? (beat) Jawab gue.

DIANA

Gue mau tidur.

Marvin mengembuskan napasnya. Mata Marvin melirik ke ponsel Diana di nakas, ia pun mengambilnya. Marvin mencoba membuka pola ponsel Diana, tapi Diana sudah mengganti polanya.

Marvin membanting tasnya ke lantai dan langsung keluar dari kamar inap Diana.

INT. RUMAH SAKIT - KORIDOR, LOBBY - NIGHT

Marvin terus berjalan menjauh dari kamar inap Nana sembari mengambil ponselnya di saku celana belakangnya. Tangannya menyentuh ponselnya, mencari nomor telepon, dan menaruh ponselnya di telinganya.

Marvin sampai di lobby dan terus berjalan ke luar. Tepatnya ke parkiran.

EXT. RUMAH SAKIT - PARKIRAN - NIGHT.

Marvin merogoh saku jaketnya, mengambil kunci mobilnya. Marvin memencet tombol di kunci mobilnya dan mobilnya berbunyi membuka kunci.

MARVIN

Angkat, bangsat.

Marvin mencoba untuk menghubungi orang yang sama sekali lagi.

FAJRI (O.S)

Kenapa...,

MARVIN

(berteriak)

Dimana lo?!

FAJRI (O.S)

Rumahnya Laura.

MARVIN

Jangan bohong!

Terdengar suara permintaan video call dari ponsel Marvin. Marvin pun menerimanya. Dari layar ponsel Marvin, kita bisa lihat kalau Fajri memang berada di rumah Laura. Terlihat Laura memegang brosur sekolahnya sembari melambai ke arah kamera.

LAURA (O.S)

Halo, Bang Marvin.

Kamera beralih lagi ke Fajri.

FAJRI (O.S)

Gue ngajar dari jam 5 dan baru kelar setengah jam yang lalu. Gue ke rumah Laura untuk minta brosur sekolahnya. (Fajri memperlihatkan brosur ke kamera) Buat Adel. Kalo lo mau tau abis ini gue kemana, gue gak ke rumah, tapi ke restoran Om Hadi dan part-time sampai jam 11 nanti.

Marvin merasa sangat malu. Tanpa mengatakan apapun, ia memutuskan panggilan telepon.

Emosi Marvin memuncak. Ia menendang ban mobilnya berkali-kali.

MARVIN

Bego lo, Vin. Bego, bego!

Marvin menampar pelan wajahnya.

MARVIN (CONT'D)

Sadar, Vin, Fajri gak mungkin ngekhianatin lo. Dia gak mungkin ngekhianatin gue. Gak mungkin.

Marvin berteriak sekali lagi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar