4. 4

EXT. SEKOLAH - GERBANG - DAY

Fajri kembali lagi ke gerbang depan sekolahnya. Ia tidak mengenakan tas, hanya membawa makala yang sudah ia persiapkan beberapa hari lalu.

FAJRI

Pak, tolong bukain, saya mau masuk.

SATPAM

Kamu tau sekarang jam berapa?

FAJRI

Tau dong, Pak. Lima menit lagi ujian mulai, kan? Saya sebenernya udah dateng, Pak, tapi pas saya di kelas tiba-tiba aja Pak Salim minta di-print-kan makalah.

SATPAM

Kan nge-print bisa di lab komputer, kamu gak usah ngada-ngada.

FAJRI

(tersenyum)

Bapak gak tau kan printer lab kita gak ada tintanya? Toh, tas saya juga udah ada di kelas. Makanya saya gak bawa tas. (menunjuk punggungnya).

Satpam menatap Fajri menyelidik. Akhirnya sang satpam membuka gembok gerbang dan membiarkan Fajri masuk.

FAJRI

(nada berbisik)

Yes!

EXT/INT. SEKOLAH - RUANG UJIAN 1 - DAY

FAJRI TERGESA-GESA MENCARI RUANG UJIANNYA. IA MENGAMBIL KARTU PESERTA UJIAN DARI KANTUNG CELANANYA YANG MENYEBUTKAN KALAU IA BERADA DI RUANG 1. FAJRI PUN BERLARI KE RUANG 1. SESAMPAINYA, IA MELIHAT SELEBARAN YANG DITEMPEL DI JENDELA KELAS. KAMERA FOKUS KE TULISAN "RUANG 1 : X-1 DAN XII-1", LALU BERALIH KE JARI FAJRI YANG MENUNJUK PETA TEMPAT DUDUK MURID YANG TERSUSUN BERDASARKAN ABJAD NAMA SISWA KELAS X-1 DAN XII-1. IA PUN MENEMUKAN NAMANYA 'FAJRI HIRLAN' DI SALAH SATU MEJA TANPA SADAR SIAPA YANG DUDUK DI SEBELAHNYA (KARENA TERTUTUP JARINYA).

FAJRI MEMASUKI KELAS YANG MASIH CUKUP RAMAI. BEBERAPA SISWA MENARIK KURSI UNTUK BERKUMPUL DI SATU MEJA DAN BELAJAR BERSAMA, ADA YANG TERTIDUR, ADA YANG MENGOBROL. LALU MATA FAJRI TERTUJU PADA MARVIN DAN DIANA DI MEJA PALING BELAKANG DI SUDUT KELAS. DI SAAT BERSAMAAN, DIANA MENYADARI KEHADIRAN FAJRI DAN MELAMBAIKAN TANGANNYA.

DIANA

Di sini!

Fajri menghampiri mereka.

FAJRI

(ke Marvin)

Anjir, lembaran absen udah dikumpulin, ya?

MARVIN

Udah. Tapi tenang aja, gue tanda tanganin buat lo.

DIANA

(ke Marvin)

Emang lo bisa tanda tangan Kak Fajri?

MARVIN

(ke Diana)

Soal niru tanda tangan, gue jagonya.

FAJRI tertawa, ia bernapas lega.

MARVIN

(ke Fajri)

Lagian kok lo bisa-bisanya telat?

FAJRI

Kesiangan gue, Vin. Mabok rumus, haha. (pause, melirik Diana) btw, kita bertiga satu ruangan?

Diana tertawa meledek Marvin.

MARVIN

Ayah, kenapa aku di ruang 2?

DIANA

Kasian deh, lo. Nama lo dari M sih, Kak.

MARVIN MENCUBIT HIDUNG DIANA.

FAJRI

Emang lo duduk dimana, Na?

DIANA

Di sini, lah.

FAJRI

(bingung)

Maksudnya? Kita sebangku?

DIANA

(mengangguk)

Iya, hehe, inisial nama kita kan deketan.

Fajri tersenyum samar, ia senang.

DIANA

Yaudah, lo balik gih ke tempat lo, Kak. Kasian Kak Fajri mau duduk.

MARVIN

Apaan, sih? Fajri juga enggak keberatan. Ya, kan, bro?

FAJRI

(mengusir)

Dah, sana, pergi!

Marvin mencibir. Dengan berat hati ia pergi dari meja Fajri dan Diana. Tak lama kemudian guru pengawas datang dan ujian pun di mulai.

CUT TO :

PENGAWAS 1 (GURU BK)

Waktu habis. Selesai, gak selesai, harus dikumpulkan! (pause) Ujian keduanya dimulai lima belas menit lagi, kalian tetap di dalam kelas.

SEMUA SISWA

Baik, Bu!

Para siswa satu persatu berjalan ke meja guru untuk mengumpulkan lembar jawaban. Fajri berdiri, ingin mengumpulkan lembar jawabannya. Namun ia melihat Diana masih belum menyelesaikan ujiannya. Fajri ingin membantunya, tapi ia takut menyinggung perasaan Diana. Akhirnya ia nekat menanyakan soal yang belum diselesaikan Diana.

FAJRI

Dek, lo gak ngumpulin?

DIANA

Hm, duluan aja, Kak.

FAJRI

Yang mana?

Diana bingung.

FAJRI (CONT'D)

Soal yang mana? Biar gue bantuin rumusnya.

DIANA

Ah, gak usah, Kak. Gue bisa kok, hehe.

FAJRI

Oh, yaudah.

Fajri pun tidak berbasa-basi lagi, ia langsung berjalan ke meja guru. Diana terlihat menyesal. Ketika Fajri kembali ke meja, Fajri melihat Diana menyalin jawaban teman di depannya, Fajri juga dengan jelas melihat teman Diana menyembunyikan ponsel di kolong meja. Fajri terlihat bete.

Diana terkejut mengetahui Fajri melihatnya, tapi ia tidak peduli dan berlalu untuk mengumpulkan lembar jawabannya. Diana kembali ke meja, mereka canggung. Fajri membuka buku Bahasa Inggris, tapi Diana justru mengobrol dengan teman di depannya. Lima menit berlalu, akhirnya Diana membuka buku Bahasa Inggrisnya.

DIANA

Kak.

FAJRI

Iya?

DIANA

Gue gak jago ngitung-ngitung, jadi yah ... lo liat kan tadi.

Fajri tidak menjawab, ia hanya mengangguk.

DIANA (CONT'D)

Tapi lo tenang aja, gue lumayan bisa Bahasa Inggris, kok. Gue enggak akan nyontek!

Fajri tidak menjawab, ia memalsukan senyumnya.

DIANA (CONT'D)

Nih, gue belajar! (membuka bukunya)

Fajri melirik buku tulis yang ia buka, tapi hanya ada gambar pria dari samping yang hampir selesai. Diana terkejut, ia langsung menutup bukunya kembali.

DIANA (CONT'D)

Ups, salah, hehe.

FAJRI

Gambar lo bagus.

DIANA

(terkejut)

Lo liat jelas?

FAJRI

Iya (pause) Marvin, ya?

DIANA

(bete)

Hm.

Pengawas ujian kedua datang. Skip sampai selesai ujian Bahasa Inggris.

Sesuai janjinya, Diana selesai sebelum waktu ujian habis. Begitupun Fajri. Mereka termenung sambil menunggu siswa lain menyelesaikan ujiannya. Di tengah kebosanannya, Diana memulai percakapan.

DIANA

Kak

FAJRI

Iya?

DIANA

Lo bakalan coba SNM?

FAJRI

Mungkin. Kenapa?

DIANA

Semoga berhasil, ya.

FAJRI

Maksudnya?

DIANA

Iya, semoga berhasil mengejar cita-cita lo, hehe.

FAJRI

Bakalan susah, Dek. Tapi makasih, ya. (pause) Kalo cita-cita lo apa?

Diana terlihat bersemangat.

DIANA

Menikah.

Fajri terkejut mendengarnya.

DIANA (CONT'D)

Gue gak tau Kak Marvin udah cerita sama lo atau belum, tapi kata Dokter tuh umur gue gak lama. Selama ini gue lahir di keluarga yang berkecukupan, punya sahabat dan teman yang baik. Gue cuma belum ngerasain jatuh cinta, hehe.

FAJRI

Lo gak pernah jatuh cinta? (tertawa meledek)

DIANA

Gue serius, Kak. Gue belum pernah ngejalin hubungan kayak pacaran gitu.

FAJRI

Yakin?

DIANA

(mengangguk)

Yakin. (mulai kesal karena Fajri meragukannya) atau lo mau jadi yang pertama?

Fajri tertegun. Tiba-tiba bel berbunyi tanda ujian selesai.

FAJRI (V.O)

Satu hal yang bisa gue miliki, tapi Marvin nggak.

DIANA (CONT'D)

(tertawa, menggoda)

Gimana? Gue tunggu jawabannya, lho. Haha.

Diana tersenyum lebar, lalu berdiri untuk mengumpulkan lembar jawaban. Sedangkan Fajri masih membeku di tempat.

INT. SEKOLAH - RUANG UJIAN 1 - DAY

MONTAGES

Hari demi hari berlalu. Adegan Fajri, Diana, Marvin sedang bercanda, Fajri dan Diana ujian, lalu Fajri dan Diana tengah bercanda. Seiring berjalannya waktu, senyum Fajri semakin lebar. Ia mulai jatuh cinta pada Diana.

Hari terakhir ujian, Fajri dan Diana tampak sangat senang. Bel berbunyi dan mereka berdua mengumpulkan lembar jawaban, lalu kembali ke meja mereka. Suasana kelas ricuh, para siswa berbincang satu sama lain. Namun kita mendengar Fajri dan Diana dengan jelas.

FAJRI

Gue menang! Gue duluan yang selesai. Haha.

DIANA

Ya iya lah, kan lo pinter.

FAJRI

(menjulurkan lidahnya)

Berarti fix gue menang. Haha.

DIANA

Oke, oke, gue kalah.

Diana tertawa. Matanya menatap lurus ke arah Fajri. Kemudian ia tersenyum. Diana mengeluarkan buku tulisnya, merobek secarik kertas, lalu memberikannya kepada Fajri.

DIANA

Ini hadiah untuk yang menang.

Fajri mengambil kertas dari tangan Diana. Ia melihat sketsa dirinya.

FAJRI

Lo gambar gue?

Diana mengangguk perlahan. Mereka canggung.

FAJRI (CONT'D)

Dek (pause) pertanyaan lo pas hari pertama ujian (pause) masih berlaku?

Diana tersenyum malu, ia mengangguk.

FAJRI

Kalo gitu ... gue mau.

Bersamaan dengan jawaban Fajri, bel pulang sekolah berdentang. Semua siswa bersorak. Fajri dan Diana tertawa.

INT. RUMAH FAJRI - KAMAR - NIGHT

Kita bisa lihat Fajri tengah sibuk bermain dengan ponselnya, ia tersenyum bahkan tertawa sesekali. Kita juga bisa melihat pesan teks yang mereka kirimkan di layar.

FAJRI

Udah sana, mendingan kamu doa biar besok rapot kamu nilainya bagus.

DIANA (O.S)

Pacarku religius banget, sih, hahaha(beat) btw, kamu pernah kesurupan, gak?

FAJRI

Nggak. Kenapa?

DIANA (O.S)

Aku juga gak pernah. Apa jangan-jangan aku setannya?

FAJRI

Gila.

Diana mengirim stiker tertawa.

DIANA (o.s)

Berarti besok kita umumin dong kalo kita jadian? (emot tertawa)

Fajri terdiam, dia teringat Marvin. Tiba-tiba saja pesan dari Marvin masuk.

Marvin (o.s)

Ri, besok lo dateng ke sekolah gak? Abis itu kita makan bakso yuk bareng Nana juga.

Fajri tampak ragu. Ia mulai mengetikkan pesan: "Vin, gue mau jujur sama lo. Gue sama Diana jadian." namun ia menghapusnya. Ia kembali mengetikkan pesan: "Vin, gue mau minta maaf sebelumnya...," ia menghapusnya kembali. Akhirnya ia pun menjawab,

FAJRI

Oke, siap.

Fajri tampak menyesal. Ia tidak ingin membohongi Marvin, tapi ia tidak ingin menyakitinya. Ponselnya berbunyi, Fajri melihat pesan Diana di layarnya.

DIANA (O.S)

Kak?

Fajri terbaring di kasurnya sembari menatap langit-langit kamarnya.

FAJRI (V.O)

Apapun yang terjadi, Marvin harus tau. Dia sahabat gue, dia pasti ngertiin gue.

Fajri membuka pesan dari Diana dan membalasnya,

FAJRI

Oke. Besok kita umumin, Dek.

Adel masuk ke kamar, tapi Fajri tidak memerhatikannya.

adel

Cie yang lagi jatuh cinta.

Fajri terkejut. Ia langsung menyembunyikan ponselnya.

FAJRI

Ribet, lo. Sana. (mengusir)

ADEL

Dih, ini kan kamar gue juga.

Fajri mendecak dan akhirnya memilih untuk tidak memedulikan keberadaan adiknya. Hp Fajri berbunyi, tanda Diana sudah membalas pesannya.

Adel mencuri lihat ponsel kakaknya, tapi buru-buru Fajri mengomelinya. Adel pun terduduk di tepi kasur.

FAJRI

Apaan sih, kepo banget!

Adel

Tuh kan pacaran lagi! Biarin aja, nanti Dedek bilangin Bapak!

FAJRI

Nggak jelas.

Adel

Lagian gak kapok-kapok sih, Bang. Dedek aja sampe hapal siklus pacaran Abang sama temen satu sekolah. Kenal pas rolling tempat duduk, PDKT, jadian, pas kencan pertama eh diputusin atau diselingkuhin soalnya motor Abang butut. Gitu terus.

Fajri terdiam, ia tahu adiknya benar. Fajri melepas ponsel dari tangannya. Lalu ia mendekat dan mengacak rambut adiknya.

FAJRI

Emang dasar tua! (mencium bau menyengat) lo kok bau sabun antiseptik, sih?!

Adel

Iya, gue dikasih sama Kak Laura. Kan gue sering bantu di klinik atau puskesmas, makanya dikasih sabun antiseptik biar bersih bebas kuman.

FAJRI

Kok lo seneng banget sih bantu-bantu kayak gitu?

Adel

(mengembuskan napasnya)

Gue pengen kayak Kak Laura, Bang.

FAJRI

Laura? Maksud lo buka usaha fotokopi?

Adel

Ish, bukan! Maksud gue sekolah keperawatan!

Fajri mengerutkan kening dan bibirnya, tampang mengejek. Perlahan tangannya kembali mengacak rambut adiknya.

FAJRI

(sambil tertawa)

Ngayal lo!

Adel berteriak, berusaha menghentikan tangan kakaknya. Fitri masuk melihat kedua anaknya sedang berantem.

FITRI

Pada ngapain sih malem-malem?

FAJRI

Itu, Ma ...

Adel

(menutup bibir Fajri)

Shh! Diem.

Fajri tidak mengeluarkan suara, akhirnya Adel melepaskan tangannya.

Adel

Gapapa kok, Ma.

FAJRI

Adel mau sekolah swasta!

Adel memukul pelan kakaknya, Fajri berteriak seolah-olah ia kesakitan lalu tertawa.

Fitri melotot. Ia mengambil buku Detik-detik UN SMP di rak dekat kasur dan melemparnya ke arah Adel.

FITRI

Dedek. Kita udah bahas ini, ya. Kamu harus masuk SMK Negeri jurusan perkantoran! Cukup kamu gagal dapat SMP Negeri 1 tiga tahun lalu, tahun depan kamu harus masuk SMK favorit!

Adel menunduk sedih.

Adel

Iya, Ma.

FITRI

Bunuh aja Mama kalo kamu mau masuk ke SMK-nya Mbak Laura yang biaya prakteknya aja sama kayak SPP satu semester Abang! (pause) Gak, jangan mimpi!

Adel meremas celana tidurnya. Ia tidak menjawab ibunya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur, memunggungi ibu dan kakaknya, lalu pura-pura tidur.

FITRI

Denger kamu, Dek? Mama ngasih tau yang terbaik buat masa depan kamu! Perawat lulusan SMK nggak akan bisa diterima di Rumah Sakit besar. Mentok-mentok di klinik kecil. Itu juga gajinya 1-2 jutaan.

Fajri bisa melihat punggung Adel naik-turun. Adel menangis.

FAJRI

Ma, cukup, Ma.

FITRI

Ujung-ujungnya kamu bakalan ngelamar juga di Fast Mart dan sejenisnya. Gak kepake ilmunya!

Tangis Adel makin kencang. Ia menutup mulutnya dengan tangannya.

FAJRI

Cukup, Ma!

Fitri mengembuskan napasnya, melepas semua amarahnya, lalu keluar ke ruang TV. Kita bisa dengar Fitri mengadu kepada suaminya.

FITRI (O.S)

Si Dedek mulai lagi, tuh. Dia pikir orang tuanya kaya apa? Nggak ngerti-ngerti!

Fajri menggigit bibirnya. Ia sangat mengerti perasaan Adel. Hatinya hancur melihat Adel.

Fajri mengambil tasnya, mengeluarkan buku SBMPTN dan membuangnya. Fajri keluar dari kamar.

INT. RUMAH FAJRI - RUANG TAMU DAN KAMAR - NIGHT

Fajri melihat kedua orang tuanya yang terduduk menonton TV yang lagi-lagi bisa kita lihat ada berita tentang banjir.

FAJRI

Ma, Abang setuju untuk gak kuliah, tapi ...,

CUT TO :

EXT. SEKOLAH - HALAMAN/LAPANGAN - DAY

Fajri datang bersama dengan ibunya. Fajri memakai kaus lengan panjang dengan celana jeans krem, sedangkan Fitri terlihat mengenakan jilbab dan baju gamis polos.

Suasana sekolah cukup ramai. Langkah Fajri terhenti ketika ia melihat Marvin di lapangan sedang bermain basket sendirian.

FITRI

Kenapa berhenti, Bang?

Fitri melihat ke arah Marvin juga.

FITRI (CONT'D)

Marvin dateng sendiri lagi, ya?

Fajri mengangguk.

FITRI (CONT'D)

Yaudah, kamu panggil aja Marvin. Nanti Mama yang waliin dia.

FAJRI

Oke, Ma.

Fitri pun meninggalkan Fajri di lapangan. Fajri melangkah mendekati Marvin. Marvin sadar dan langsung menoleh, ia tersenyum masam ke arah Fajri.

MARVIN

Mama lo dateng?

Fajri mengangguk.

MARVIN (CONT'D)

(mengembuskan napasnya berat)

Nyokap gue gak bisa, bokap gue gak usah ditanya lagi.

FAJRI

Mungkin mereka sibuk, Vin. Jangan kayak bocah. (berusaha menghibur)

MARVIN

(menggeleng)

Mereka malu, Ri. (beat) Mereka gak pernah setuju gue sekolah di sekolah negeri kayak gini.

Marvin melemparkan bola basket ke keranjangnya, bolanya masuk, lalu Marvin kembali mengambil bolanya. Fajri tampak bingung.

FAJRI

Bukannya lo bilang kalo nyokap lo yang nyuruh lo jagain Nana?

MARVIN

Ya, nyokap gue emang mau gue jagain Diana, tapi bukan berarti gue harus sekolah di sekolah yang sama. (beat, Marvin tertawa kecil) Mereka bilang gue ngehancurin masa depan gue hanya karena gue lulusan SMA Negeri yang akreditasinya B. (beat) Gue yakin selama lo duduk sebangku sama Nana, lo tau kapasitas otaknya dia, kan? Gue sengaja ngelanjutin sekolah di sini, karena gue tau ini satu-satunya sekolah negeri yang bisa dia gapai dengan NEM pas-pasan. Begitu juga pas kami SMP.

Marvin memantulkan bola basket ke tanah sesekali.

MARVIN (CONT'D)

Orang tua gue pengen gue kuliah di luar negeri, Ri. Tapi gue gak mau. Kalo emang umur Nana cuma sampai 25, gue pengen ngabisin sisa waktunya sampai hari terakhir tanpa harus terpisah dari dia.

Bola basket itu memantul dan Marvin menangkapnya.

MARVIN (CONT'D)

Gue sayang banget sama Nana, Ri. Gue harus gimana?

Fajri memalingkan wajahnya, ia tampak merasa bersalah. Di saat bersamaan, salah seorang temannya memanggil mereka.

tEMAN SEKELAS

Ri, Vin, giliran wali kalian tuh!

INT. SEKOLAH - KELAS MARVIN & FAJRI - Day

Marvin, Fajri, dan Fitri duduk berjejeran. Di depan mereka ada wali kelas (Guru BK) yang membuka rapot Marvin di meja yang memisahkan mereka.

GURU BK

Baik, Bu, ini Marvin menempati peringkat ketiga di kelas. Nilainya selalu meningkat dari kelas 10. Marvin juga menuliskan ia ingin jadi pebisnis sukses di lembaran Rencana Karir-nya. Saya pikir Marvin bisa mencoba untuk ikut SNMPTN dan memilih jurusan Manajemen Bisnis, saya juga sudah mengumpulkan berbagai seminar dari gratis sampai berbayar tentang kewirausahaan.

Fitri dan Marvin mendengarkan dengan seksama. Hanya Fajri yang tampak tidak fokus.

Guru BK (Cont'd)

Untuk Fajri ... Ibu, anaknya menempati peringkat pertama. Sesuai peraturan sekolah, berarti sampai lulus nanti, Fajri tidak perlu membayar SPP lagi. Oh, iya, di lembaran Rencana Karir-nya Fajri mengatakan ingin menjadi guru olahraga atau membuka pelatihan bulu tangkis. Saya menyarankan Fajri untuk mengikuti SNMPTN dan berkuliah di jurusan ...,

FITRI

(memotong)

Fajri gak akan berkuliah, Bu.

Marvin terkejut. Marvin menyenggol Fajri, lalu membisik.

MARVIN

(berbisik)

Lo gak kuliah?

Fajri mengerutkan keningnya.

GURU BK

Oh, benar begitu, Fajri?

FAJRI

(terbata-bata)

Eh, itu ...,

FITRI

(memotong Fajri)

Keluarga kami memiliki kendala finansial, Bu.

GURU BK

Mungkin Fajri bisa mencoba PTN, Bu. Saya yakin bayarannya tidak semahal kuliah swasta.

FITRI

Saya juga tau sekolah negeri lebih murah ketimbang sekolah swasta. Masalahnya Fajri juga memiliki adik perempuan yang harus bersekolah. Ibu pasti juga tau jaman sekarang mau sekolah negeri atau swasta juga bayaran, kan? Sekolah ini saja SPP-nya bisa sampai Rp 300.000 untuk sekolah negeri, lho! Apalagi nanti adik Fajri yang ingin bersekolah di SMK swasta?

GURU BK

Maaf sebelumnya, tapi menurut saya, Fajri memiliki keinginan besar untuk berkuliah dan memiliki karir di bidang yang ia sebutkan. Jadi, bagaimana jika ibu dan Fajri mengikuti saran saya?

Guru BK mengambil secarik kertas dan ponsel di tasnya, ia mencari nomor seseorang di kontaknya, lalu menuliskannya.

GURU BK

Saya akan mencari-cari beasiswa PTN untuk Fajri. Setelah ia berkuliah, ia bisa memulai magang tiap akhir pekan. Kebetulan adik ipar saya memiliki usaha kantor pos yang kebanyakan karyawannya libur di akhir pekan, saya akan memberikan nomornya kepada Ibu. Dengan begitu Fajri bisa berkuliah dan membantu SPP adiknya. Bagaimana? Ibu setuju? Fajri setuju?

Guru BK memberikan secarik kertas itu kepada Fajri, Fajri tampak bersemangat dan hendak menerima kertas itu. Marvin juga tampak senang dengan usulan wali kelas mereka. Namun, Fajri menarik kembali tangannya.

FAJRI

Maaf, Bu, sepertinya saya akan langsung bekerja saja.

Mulut Marvin bergerak 'Hah?' tapi tidak bersuara. Fitri mengangguk senang.

FITRI

Ibu liat sendiri, kan? Memang sudah keputusan Fajri, kok.

Guru BK menatap Fajri kasian.

GURU BK

Baik, kalau memang begitu. (ke Fajri) Tapi kalo sewaktu-waktu kamu berubah pikiran, kamu masih bisa konsultasi ke Ibu, ya?

FAJRI

(mengangguk pasrah)

Baik, Bu. Terima kasih.

EXT/INT. SEKOLAH - KORIDOR - DAY

Fajri, Marvin, dan Fitri keluar dari ruang kelas. Kita bisa lihat ada beberapa siswa yang sedang mengobrol di koridor kelas.

MARVIN

Tante, terima kasih ya udah waliin saya lagi. Maaf ngerepotin terus.

FITRI

Ah, gak apa-apa kok, Vin. Lagian ini juga yang terakhir kali, kan? (tertawa) apa mau nambah jadi enam kali Tante waliin?

MARVIN

(tertawa)

Saya gak lulus dong, Tante.

Mereka bertiga tertawa.

FITRI

(ke Fajri)

Yaudah Mama duluan, ya. Mau langsung ke sekolahan Adel.

FAJRI

Yaudah, Ma, hati-hati ya.

Fajri dan Marvin salim ke Fitri.

MARVIN

Hati-hati ya, Tante.

FITRI

Iya, kalian juga mainnya jangan malem-malem, ya.

Fajri dan MArvin

Iya.

Mereka saling melambai. Beberapa saat setelah Fitri menjauh, Marvin menepuk pundak Fajri.

MARVIN

Kenapa nolak saran beasiswa?

FAJRI

Gue gak bisa kuliah, Vin. (beat) Semalem Adel nangis kejer, dia bilang dia pengen kayak Laura gitu.

MARVIN

Buka usaha fotokopi?

FAJRI

Sekolah Keperawatan.

Marvin mengangguk paham.

FAJRI (CONT'D)

Yah, sebenernya masih 50:50, sih. Nyokap tetep bersikeras Adel harus masuk SMK Negeri jurusan perkantoran, tapi kalo sampai Adel gak berhasil, gue inisiatif untuk nyekolahin dia di sekolahnya Laura. Misalkan gue kuliah dan gue magang, uangnya gak akan cukup untuk biayain SPP dia. Belum lagi kalo ada ujian praktek. Lo tau sendiri bokap gue jadi ojol juga suka-suka dia mau narik kapan. Gue gak tega ngeliat dia nangis gitu.

MARVIN

Rumit juga ya, Ri.

Di saat mereka berbincang, guru olahraga mereka lewat.

GURU OR

Marvin, kok perwakilan Nana gak ada yang dateng ya? Padahal tadi pagi udah saya bilang, kalo Nana gak bisa dateng ya gak apa-apa, yang penting perwakilannya aja.

MARVIN

Maksudnya, Pak? Dia semalem bilang kalo hari ini bakalan dateng kok sama Ibunya.

GURU OR

Lho, kamu gak tau? Nana asmanya kambuh lagi. Sekarang dia lagi di rumah sakit.

Marvin dan Fajri tampak terkejut.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar