13. 12

INT. RUMAH MARVIN - KAMAR - DAY

Terlihat kalender yang menujukan tanggal 24 Juni 2019, hari pembagian ijazah mereka sekaligus hari ulang tahun Fajri. Fajri dan Marvin merayakannya berdua. Mereka memegang soda dan bersulang.

MARVIN

Cheers!

Fajri menyenggol botol soda Marvin.

FAJRI

Cheers!

Mereka tertawa.

MARVIN

Gila, akhirnya kelar juga! Kalo mobil gue gak lagi di bengkel, kita udah jalan-jalan, nih.

FAJRI

Jangan kesenengan dulu. Inget, lo masih ada tes TOEFL dan lain-lain.

MARVIN

Anjir, kenapa harus diingetin, sih? Btw, tadi pagi udah di share kan yang keterima beasiswa? Selamat ya, hahaha. Pas banget di hari ulang tahun lo. Lo jangan lupa untuk akting terharu pas upacara penerimaan beasiswa.

Fajri tertawa.

FAJRI

Thanks ya, Vin. Gue bakalan lulus dan jadi orang sukses. Gue harus mengangkat ekonomi keluarga gue.

MARVIN

Kapapun, Ri.

Mereka bersulang lagi.

MARVIN

Kapan sih upacara lo?

FAJRI

Besok dong, kan gue ada orang dalem.

MARVIN

(tertawa)

Gokil.

FAJRI

Kalo lo kapan tes-nya?

MARVIN

Hari Sabtu, tanggal berapa, ya? Oh iya, tanggal 29.

FAJRI

Belajar yang bener deh lo.

MARVIN

Lo tau gak, kalo Nana tuh pinter Bahasa Inggris? Biasanya gue minta dia ngajarin gue. Sayangnya dia lagi nginep di rumah Om Dion.

FAJRI

Di Bogor?

MARVIN

Iya. Katanya dia mau pulang ke rumah lebih cepet, sih. Paling dia nginep dulu di rumah gue sampai nyokapnya balik.

FAJRI

Dia udah ngabarin lo?

MARVIN

Nggak. Dia gak pernah ngabarin gue kalo dia udah sampai rumah. Biasanya Tante Dian yang ngasih tau kalo dia udah sampai rumahnya.

Fajri mengangguk, ia menenggak sodanya.

MARVIN

Dan gue mau nyatain perasaan gue ke dia, Ri.

Fajri tersedak.

FAJRI

Hah?! Gak kecepetan?

MARVIN

Gue nunggu udah bertahun-tahun, anjir. Gimana? Nanti lo dateng, ya.

Fajri mengangguk ragu, ia kembali memijat pelipisnya.

EXT. RUMAH DIANA - TERAS - NIGHT

Fajri berdiri tepat di depan pintu rumah Diana. Ia menelpon ponsel Diana berkali-kali. Di luar hujan, Fajri kebasahan.

Fajri membuka room chat ia dan Diana. Terlihat Diana mengabarinya kalau ia sudah sampai di rumah jam 3 sore tadi. Fajri pun mengirimi Diana pesan: 'Aku di depan'. Tak lama kemudian, Diana membukakan pintu.

INT. RUMAH DIANA - RUANG TAMU - NIGHT

Diana terkejut melihat Fajri basah kuyup. Suasana rumah Diana sepi, tidak ada orang tuanya.

Tanpa berbasa-basi, Fajri memeluk Diana. Ia mendorong Diana masuk, lalu menutup pintu dengan kakinya.

FAJRI

Aku sayang banget sama kamu, please jangan tinggalin aku. Dengerin aku. Aku udah sejauh ini demi keluarga aku dan kamu, tolong jangan tinggalin aku. Aku...,

Diana membalas pelukan Fajri.

DIANA

Jadi, kita kasih tau Kak Marvin sekarang juga?

FAJRI

Sekarang juga?

Terdengar suara langkah kaki Marvin menuruni tangga.

MARVIN (O.S)

Pesen taxi online-nya sekarang, Na.

Fajri bisa dengan jelas melihat Marvin yang sedang membawa tas berisi pakaian Diana. Marvin sangat terkejut melihat Fajri yang memeluk Diana.

MARVIN

Fajri? (beat) BANGSAT! NGAPAIN LO?! LEPASIN NANA!

Marvin membanting tas yang ia bawa, ia berlari ke arah Fajri. Marvin memisahkan Fajri dan Diana, ia melayangkan tinjunya ke wajah Fajri berkali-kali. Diana mematung, tidak bisa bergerak.

MARVIN (CONT'D)

Setan lo! Brengsek! Ngapain lo meluk Nana?! Bangsat lo!

Fajri pun menepis pukulan Marvin. Hidung dan ujung bibirnya berdarah.

FAJRI

(menantang)

Kenapa? Gue meluk pacar gue.

MARVIN

Lo halu, Njing?!

Fajri menarik Diana ke sisinya.

MARVIN

Lepasin Nana!

Marvin berusaha menarik tangan Diana, tapi Diana menepisnya. Marvin kembali menarik tangan Diana.

MARVIN

Na? Sini!

Air mata Diana menetes.

DIANA

Kak Fajri bener, Kak.

MARVIN

Jangan ngaco deh lo!

DIANA

Gue pacaran sama Kak Fajri.

Ekspresi Marvin berubah, ia sulit memercayainya.

MARVIN

Gak, gue gak mau percaya.

Fajri dan Diana bergenggaman tangan.

MARVIN

Kalian...? Tapi, kapan?

FAJRI

Desember. Setelah UAS. Keluarga Nana pun udah tau kalau kita berdua pacaran.

Marvin menggeleng, matanya berkaca-kaca.

MARVIN

(ke Fajri)

Gak mungkin. Jelas-jelas Laura bilang ke gue kalau kalian pacaran.

FAJRI

Laura berbohong demi gue.

MARVIN

Untuk apa dia berbohong demi lo?

DIANA

Laura suka sama Kak Fajri, karena itu dia berbohong.

Marvin menjenggut rambutnya.

MARVIN

(ke Diana)

Gue yang selalu ada di samping lo dari dulu, Na. Gue. Gue cinta mati sama lo, Na.

(ke Fajri)

Dan lo. Kok lo tega sama gue, Ri? Gue tulus sayang sama lo sebagai sahabat gue.

Fajri tidak ingin menatap mata Marvin.

MARVIN

(ke Diana)

Lo diem di sini!

Marvin menarik tangan Fajri ke luar rumah. Diana terduduk lemas di sofa, ia cemas.

EXT. RUMAH DIANA - TERAS - NIGHT

Marvin menutup pintu rumahnya. Ia melepaskan tangan Fajri dengan kasar.

Di luar, hujan semakin deras. Sesekali gemuruh terdengar lantang.

FAJRI

Kalo lo sahabat gue, harusnya lo ngerti...,

MARVIN

(memotong, berteriak)

INI BUKAN MASALAH SAHABAT, RI! (suaranya merendah) Lo tau perasaan gue ke Nana gimana. Lo tau perjuangan gue untuk dia gimana. Bisa-bisanya lo...? (beat) Setidaknya kalo lo emang mau nusuk gue dari belakang, kenapa harus nunggu berbulan-bulan? Kenapa lo gak langsung ngomong dari awal aja?!

FAJRI

GUE UDAH NIAT NGASIH TAU LO SAAT PEMBAGIAN RAPOT, VIN! (suaranya merendah) Tapi tiba-tiba Nana ngedrop dan tanpa sengaja gue liat semua pengorbanan lo untuk dia. Gue..., gue gak tega. Gue berniat untuk ngasih tau lo setelah UN selesai, tapi...,

Fajri menutup mulutnya kembali.

MARVIN

Tapi apa?!

Marvin terdiam, dia teringat sesuatu. Beasiswa. Marvin tertawa sinis.

MARVIN

Beasiswa. Pantas aja. Alasan asli kenapa lo baru kasih tau gue sekarang adalah beasiswa! Lo butuh koneksi gue. BANGSAT LO, RI!

Satu tinju melayang di pipi Fajri.

FAJRI

Urusan kita berdua selesai sekarang. Gue udah gak butuh lo lagi.

MARVIN

Emang bajingan lo, Ri.

Marvin mendekati Fajri, ia mencengkram kerah jaket Fajri.

MARVIN (CONT'D)

Lo pikir setelah menerima beasiswa, lo bisa hidup bahagia gitu aja? (beat) Gak. Ini awal mimpi buruk lo.

Marvin pun melepaskan cengkramannya, lalu ia pergi dari rumah Diana hujan-hujanan. Fajri ambruk di teras, ia menangisi kepergian Marvin.

FAJRI

Maaf, Vin. Gue minta maaf.

Fajri menangis.

INT. RUMAH MARVIN - RUANG TAMU - NIGHT

Pakaian Marvin basah. Ia tidak berminat untuk berbincang dengan kedua orang tuanya yang tampak menunggunya di sofa ruang tamu.

Mia berdiri, ia mengkhawatirnya anaknya.

MIA

(ke Marvin)

Kamu kenapa, Vin?

(ke Rico)

Kita bahas masalah ini besok aja.

Mia menutup paket kardus cokelat yang berada di atas meja. Namun Rico menggeleng.

RICO

Marvin, kemari!

Marvin mengabaikan panggilan ayahnya, ia terus melangkah ke tangga menuju kamarnya.

RICO

Marvin! Beraninya kamu menipu Papa dengan replika gitar?!

Marvin berhenti, ia membalikan badan. Rico murka, ia mengeluarkan dua buah gitar dari dalam kardus paket dan membantingnya.

RICO

Jelasin apa maksudnya?!

Marvin menuruni anak tangga, ia menghampiri ayahnya, lalu memeluk kaki Rico.

MARVIN

Pa...,

Rico dan Mia saling menatap, bingung.

MIA

Kenapa, Sayang? Jelasin semuanya ke Mama dan Papa.

Marvin mendengak, menatap lurus mata Rico.

MARVIN

Fajri, Pa.

RICO

Apa maksud kamu?

MARVIN

Dia nipu aku. Selama ini aku kira dia mereparasi gitar aku agar dapat uang tambahan, ternyata ia menjualnya dan menggantinya dengan replika.

Marvin melepaskan pelukannya di kaki Rico. Ia berlutut.

MARVIN (CONT'D)

Aku bego banget. Kenapa aku percaya sama dia? Gak cuma dua gitar ini, tapi semuanya, Pa!

Rico melunak, ia ikut berlutut.

RICO

Kamu yakin?

Marvin mengangguk mantap.

MARVIN

Kalau papa gak percaya, aku tau tempat reparasinya. Papa bisa lihat pembukuan mereka atas nama siapa.

Mia memeluk anaknya, ia menangis. Marvin menangis kejer.

MARVIN (CONT'D)

Aku juga gak tau, Ma, Pa. Bahkan dia meminta aku agar bisa mendapatkan beasiswa. Ia mau semua yang aku punya, Ma, Pa. Bahkan Nana.

Marvin menoleh ke ibunya.

MARVIN (CONT'D)

Mama tau kan perasaan aku ke Nana?

Mia mengangguk.

MARVIN (CONT'D)

Tapi dia merebut Nana dari aku, Ma. Padahal dia tau semua pengorbanan aku untuk Nana dan keluarganya. Mama tau itu kan? Sialnya lagi, keluarganya Nana udah tau tentang hubungan mereka, Ma.

Mia menutup mulutnya, ia sangat terkejut.

MIA

Tikus sialan! Mama udah tau harusnya kamu gak bersekolah di sana! Mereka hanya akan memanfaatkan kamu, Marvin!

MARVINSelama ini aku selalu membantu mereka. Aku tulus membantu mereka. Tapi, kenapa? Kenapa mereka tega mengkhianati aku, Ma, Pa?

(ke Rico)

Jadi, Pa, aku mau minta satu hal lagi ke Papa.

Rico mendengarkan mengangguk.

MARVIN (CONT'D)

Tolong batalkan beasiswa Fajri. Blacklist dia di semua yayasan beasiswa manapun dan pastikan dia gak pernah bisa masuk PTN lagi.

INT. AUDITORIOM - DAY

Keesokan harinya.

Aula besar, terdapat panggung di depan kursi-kursi yang diduduki para penerima beasiswa. Fajri menghadiri upacara penyerahan beasiswa seorang diri. Matanya sembab, ia menangis semalaman.

Sang pembawa acara mengulur waktu untuk memanggil nama penerima beasiswa, karena Rico selaku Kepala Asosiasi belum datang juga.

PEMBAWA ACARA

Baik, semuanya. Saya akan membacakan beberapa hal yang bisa membatalkan beasiswa. Pertama, tindak kriminal. Seperti contohnya: mencuri, menipu, pelaku pelecehan seksual. Kedua (suaranya makin lama makin samar)

Fajri tidak berminat mendengarkan ocehan Pembawa Acara. Matanya melirik ke semua sisi ruangan, kemudian berhenti di pintu masuk. Di saat yang bersamaan, beberapa orang penting terlihat memasuki aula. Mereka sangat tergesa-gesa. Salah satu di antara mereka adalah Rico.

Sang pembawa acara menyadari kedatangan Rico.

PEMBAWA ACARA

Baik, kita mulai penyerahan sertifikatnya. Fajri Hirlan, dimohon untuk naik ke panggung.

Rico berdiri di panggung. Salah satu sekretaris Rico membisiki Pembawa Acara di panggung. Sang pembawa acara mengangguk.

Fajri berdiri, ia hendak menaiki podium.

PEMBAWA ACARA

Mohon maaf, sebelumnya. Atas nama Fajri Hirlan, kami baru saja mendapatkan info kalau anda didiskualifikasi.

Fajri menggeleng. Rico tersenyum sinis ke arah Fajri.

FAJRI

(berteriak)

Atas dasar apa saya didiskualifikasi?! Saya tidak melakukan kesalahan apapun!

Petugas keamanan menarik Fajri ke luar aula.

INT. KORIDOR - DAY

Para petugas mengeluarkan Fajri secara paksa, tak lama kemudian sekretaris Rico ikut keluar.

FAJRI

Apa maksudnya saya didiskualifikasi? Saya tidak melakukan apapun yang bisa membatalkan beasiswa.

SEKRETARIS

Kamu yakin?

Sekretaris itu mengeluarkan beberapa lembaran bill dan salinan sertifikat gitar milik Marvin.

SEKRETARIS

Hal pertama yang bisa membatalkan beasiswa: Tindak Kriminal.

Fajri menggeleng, ia tidak mengerti.

FAJRI

Ini tidak ada hubungannya dengan saya!

SEKRETARIS

Mencuri dan menipu. Kamu mencuri gitar Marvin dan menjualnya. Kamu menipu Marvin. Tanda tangan kalian pun sama.

FAJRI

Marvin menjual gitar itu untuk biaya pengobatan Nana. Dia bisa meniru tanda tangan saya. Saya tidak pernah membawa gitarnya sama sekali!

SEKRETARIS

Sudah jelas-jelas nama kamu tertera di sana. Bahkan para pekerja di sana pernah melihat kamu datang ke sana.

FAJRI

Saya datang juga karena Marvin!

SEKRETARIS

Jangan berbicara omong kosong! Semua bukti mengarah ke kamu! Lebih baik kamu pergi dari sini sejauh mungkin, sebelum Pak Rico berubah pikiran dan justru menuntut kamu!

Sekretaris dan semua penjaga keamanan kembali masuk ke aula. Fajri menjambak rambutnya, ia berteriak kesal. Fajri pun berlari menuju lift.

EXT. DEPAN RUMAH MARVIN - DAY

Fajri menghentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Marvin. Terlihat garasinya terbuka dan Marvin baru saja keluar dari rumahnya.

Fajri menghampiri Marvin.

FAJRI

Bangsat lo, Vin!

Satu tinju mendarat di pipi Marvin. Ujung bibir Marvin mengeluarkan darah. Fajri menarik kerah baju Marvin.

FAJRI

Gue tau lo benci sama gue, tapi gak gini juga, Njing! Bisa-bisanya lo fitnah gue, Bangsat!

Marvin tertawa merendahkan.

MARVIN

Kenapa? Lo shock? Ini baru awalan, Ri.

Marvin melepaskan cengkraman Fajri dari kerahnya.

MARVIN

Lo gak akan pernah bisa kuliah dan sukses. Dan keluarga lo... akan tetap miskin.

Fajri meninju Marvin sekali lagi. Marvin tersungkur. Di saat bersamaan, Mia datang dari dalam rumah. Ia menjerit, kaget melihat darah bercucuran dari hidung dan bibir anaknya.

MIA

Marvin? Ya ampun, kamu berdarah!

Mia menghampiri anaknya yang tersungkur. Kemudian ia berdiri. Matanya melirik tajam Fajri.

MIA

Keluar kamu dari rumah saya! Dasar tikus kotor, gak tau diuntung kamu! Selama ini anak saya memperlakukan kamu seperti saudara! Keluar kamu!

Fajri pun melangkah keluar dari rumah Marvin, tapi kemudian langkahnya berhenti. Ia membalikkan badannya, lalu tersenyum sinis.

FAJRI

Tiga tahun. Dalam tiga tahun, lo bakalan balik ke Indonesia. Dan dalam dua tahun itu, gue akan sukses. Jadi, jangan lupa untuk datang ke pernikahan gue dengan Nana.

MARVIN

Bangsat.

FAJRI

Gue pamit dulu.

MIA

Dasar orang-orang gak tau malu.

Mia mengambil ponselnya, lalu menelpon seseorang.

MIA

(telepon)

Dimana kamu?!

INT. RUMAH DIANA - RUANG TAMU - DAY

Mia datang ke rumah Diana. Ia berteriak memanggil Dian.

DIAN

Kenapa, Mba?

MIA

Kamu pakai segala nanya 'Kenapa?'. Keluarga kami sudah membantu keluarga kalian selama bertahun-tahun, bisa-bisanya kalian mengkhianati anak saya dengan musuhnya?

DIAN

Maaf, saya kurang paham.

MIA

Fajri! Kamu pasti tau kalau Marvin menyukai Nana dari lama, tapi bisa-bisanya kalian menyembunyikan hubungan Nana dan Fajri di saat Marvin masih sering membantu Nana!

Diana turun dari anak tangga, ia bisa lihat ibunya kesulitan menjawab Mia.

DIAN

Itu...,

MIA

Anak saya selalu membantu Nana!

DIANA

Apa keluarga saya pernah meminta keluarga Anda?!

Diana menghampiri ibunya.

DIANA

Sedikitpun saya tidak pernah meminta uang kepada Marvin. Ia selalu bersikeras membantu keluarga kami dengan atau tanpa sepengetahuan saya. Kalau saya tau dari dulu Marvin diam-diam membantu biaya pengobatan saya, sudah pasti saya tidak akan berteman sejak lama!

MIA

Hah? Sombong sekali kamu!

DIANA

(menujuk ke arah pintu)

Keluarga kami masih punya harga diri. Jadi sebaiknya Tante keluar dari rumah kami!

Mia tertawa.

MIA

Harga diri? Harga diri keluarga kalian katamu? Supaya kamu sadar saja, selama keluarga kamu menerima bantuan Marvin untuk pengobatan kamu, mereka sudah menjilat harga dirinya. Dan nantinya, kamu pun begitu. Karena apa? Hanya keluarga kami satu-satunya yang mau membantu keluarga kalian. Tapi itu dulu. Sekarang, semua gak akan sama lagi. Jangan pernah berpikir Marvin akan kembali lagi ke kamu!

DIANA

Keluar sekarang!

Mia berjalan keluar. Sebelum ia benar-benar pergi, ia membalikkan badan.

MIA

Jika keluarga kalian memang masih memiliki harga diri, coba bayarkan semua uang yang Marvin keluarkan untuk pengobatanmu.

Diana tidak menjawab, matanya sudah berlinang air mata. Mia pun pergi dari rumah mereka.

Baik Dian dan Diana tumbang. Mereka menangis dan saling memeluk.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar