8. 7

INT. STADION BADMINTON - AFTERNOON TO NIGHT

Fajri berjalan memasuki lapangan stadion. Ia menaruh ponsel di telinga kirinya.

FAJRI

Kamu jadi dateng, kan?

(mendengarkan)

Oh, udah di jalan? Yaudah hati-hati. Nanti kalau udah sampai, langsung samperin aku aja, ya. Soalnya anak-anak udah dateng.

(mendengarkan, tertawa)

Iya-iya, maaf ya, ngajakin kamu malming di stadion. Haha. Pokoknya kamu dateng aja dulu.

(mendengarkan)

Oke, love you, Na.

Langkah Fajri terhenti ketika ia melihat Laura keluar dari ruang ganti.

FAJRI

Lho, lo dateng juga? (beat) Eh, bagus, deh. Ada orang yang mau gue kenalin sama lo.

LAURA

Hm.

Laura tampak tidak berminat, ia berlalu begitu saja. Fajri mengangkat kedua bahunya, ia tidak mengerti jalan pikiran Laura.

CUT TO :

Fajri sibuk menyuruh anak muridnya untuk berbaris di sisi lain lapangan.

FAJRI

Ayo semuanya, baris dulu.

Para muridnya berbaris. Fajri melakukan servis forehand rendah. Murid-muridnya bergantian membalas pukulan kok Fajri. Laura terlihat terduduk di pinggir lapangan, ia tersenyum melihat Fajri. Di tengah-tengah momen itu, Diana datang. Fajri melambaikan tangan ke arah Diana.

FAJRI

Kamu duduk dulu samping Laura.

Fajri menunjuk Laura yang terduduk di pinggir lapangan, Diana mengangguk mengerti dan menghampiri Laura. Laura memutar kedua bola matanya.

DIANA

(ke Laura)

Hai.

LAURA

(memaksa senyumnya)

Hm.

Sesekali Fajri menoleh ke arah Diana, Diana tersenyum tiap kali Fajri melihatnya. Laura tampak sangat bete.

Diana dan Laura sama-sama merasa canggung. Diana berusaha mencairkan suasana.

DIANA

Kayaknya kita belum kenalan. Nama gue...,

LAURA

(memotong)

Diana. Gue udah tau. Nama gue Laura.

DIANA

Gue juga udah tau nama lo dari Kak Marvin, hehe.

LAURA

Kak Marvin?

DIANA

(mengangguk)

Iya. Dia bilang lo temen deket Kak Fajri dan adeknya. (beat) Gue juga tau lo sekolah di SMK Keperawatan dan keluarga lo punya usaha fotokopi.

LAURA

Banyak juga yang lo tau tentang gue.

DIANA

(malu-malu)

Lo tau kan pertemuan pertama kita di sini gak berjalan baik, hehe. Gue dijemput paksa sama Kak Marvin. Tapi sebelum itu, gue sempet ngeliat lo main badminton bareng Kak Fajri. Sumpah, lo keren banget! Dari dulu gue pengen banget jadi atlet badminton, tapi gak bisa. Gue kagum banget sama lo, makanya gue nanyain lo ke Kak Marvin.

Laura mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti maksud pembicaraan Diana. Apa gadis ini benar-benar sepolos itu? Tapi Laura berusaha menutupi keheranannya.

LAURA

Pas pertama kali gue ngeliat lo, terutama ketika Kak Marvin dateng ngejemput lo, gue pikir kalian pacaran.

DIANA

(menggeleng)

Ah, nggak. (beat) Emang kadang kedeketan seseorang sama temen lawan jenisnya gak bisa jadi tolak ukur orang itu beneran pacaran atau nggak, hehe. Kak Marvin juga pernah bilang kalo lo pacaran sama Kak Fajri...,

Laura tersipu.

DIANA (CONT'D)

Tapi ternyata nggak, kan? Hehe.

Laura kembali bete.

DIANA (CONT'D)

Kita emang udah deket banget dari kecil. Gue udah menganggap dia kayak abang gue sendiri. Hehe.

LAURA

Lo nganggep dia abang lo, tapi dia ke lo gimana?

Senyuman riang Diana pudar, berganti menjadi senyuman datar.

Fokus beralih ke Fajri yang menyudahi kelasnya. Para muridnya berhamburan keluar dari stadion. Lalu salah seorang perwakilan orang tua menghampiri Fajri, memberinya amplop cokelat yang berisi gajinya selama sebulan terakhir.

ORANG TUA

Saya perhatikan cara mengajar kamu bagus. Gimana kalau kamu ngajar di tempat yang lebih dari ini? Semacam akademi untuk atlet junior.

FAJRI

Wah, serius, Pak?

ORANG TUA

(mengangguk)

Iya. Nanti saya kabari. Nomor kamu masih sama, kan?

FAJRI

Masih, Pak.

Fajri membungkuk sedikit ke orang tua itu, ia pun menghampiri Diana dan Laura di pinggir lapangan.

Fokus kembali ke Diana dan Laura.

DIANA

Mungkin kayak lo ke Kak Fajri.

Ekspresi Laura berubah menjadi marah. Laura meraih tas raketnya, tapi Diana menahan tangannya.

DIANA (CONT'D)

Kalau gue boleh kasih saran ... jangan terlalu berjuang, lo bakalan berakhir di jurang.

Laura menarik paksa tangannya, ia memilih untuk segera pulang. Laura dan Fajri berpapasan, Laura berdiri tepat di depan Fajri.

LAURA

(suaranya dibesarkan agar Diana bisa dengar)

Kalau gue boleh kasih saran ...

(suaranya dikecilkan agar Diana tidak bisa dengar)

Kak Marvin nyuruh gue mata-matain kalian. Tunggu lima belas menit setelah gue keluar, baru kalian keluar. Kalau nggak, di depan bakalan rame.

Wajah Fajri pucat. Diana penasaran karena ia tidak bisa mendengar sisa ucapan Laura. Laura melirik sinis ke arah Diana, lalu pergi ke luar dari stadion.

Kita bisa melihat tangan Fajri mengepal, ia sangat emosi.

DIANA

Kak?

Fajri tersadar. Ia tersenyum kaku ke arah Diana. Lalu ia menoleh ke arah Laura, kemudian ke arah jam yang menunjukkan pukul 7.15 malam.

EXT. RUMAH LAURA - TOKO FOTOCOPY LAURA - NIGHT

Marvin terduduk di balai depan toko Laura. Laura datang setelah ganti baju, ia juga membawakan Marvin teh botol dalam kemasan untuknya.

MARVIN

(meminum teh botol)

Thank you, Ra.

Laura mengangguk. Ia pun duduk tepat di samping Marvin.

MARVIN

Menurut lo gimana? Apa mereka beneran ... pacaran?

Laura terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengalihkan pembicaraan.

LAURA

Lo janji untuk jelasin kenapa lo minta gue mata-matain mereka. Sekarang jelasin dulu.

MARVIN

(mengembuskan napasnya)

Nana, maksud gue Diana, dia itu sahabat gue dari kecil. Gue sayang banget sama dia, Ra. Ini bukan rasa sayang ke adek perempuan, tapi emang gue jatuh cinta sama dia, Ra. (beat) Singkatnya, gue cerita sama Fajri semua tentang Nana. Bahkan gue minta saran dia biar Nana peka sama perasaan gue. Tapi gue kaget banget pas denger mereka chattan di belakang gue. Entah kenapa menurut gue Fajri bohong banget soal mereka chattan tentang gue, tapi gue gak ada bukti untuk nyalahin dia. (beat) It's okay kalo emang Nana duluan yang suka sama dia, gue bisa bikin Nana ngeliat gue lagi. Tapi kalo sampai Nana suka sama dia dan dia ngerespon kan parah banget, Ra. (beat, emosi) Dia tau pengorbanan gue buat Nana, Ra. Bisa-bisanya dia pacarin cewek yang dia tau sahabatnya bakalan ngelakuin apa aja untuk cewek itu!

LAURA (V.O)

Jadi Mas Fajri yang salah di sini.

MARVIN (CONT'D)

Makanya gue minta lo untuk ngeliatin mereka tadi. Gue berharap feeling gue salah, tapi gue perlu bukti biar pikiran gue tenang.

Laura terdiam sesaat, ia mengembuskan napasnya pelan.

LAURA

Semua yang lo pikirin itu (beat) salah, Kak.

Marvin tampak tidak percaya.

LAURA (CONT'D)

Gue gak bohong. Mas Fajri lagi deket sama gue, kok.

MARVIN

Lo pasti bohongin gue, kan?

Laura menggeleng, ia mengeluarkan ponselnya. Secara cepat ia men-scroll room chat ia dan Fajri.

LAURA

Gue emang makin deket karena masalah sekolah Adel itu.

MARVIN

Gue tau lo bohong, Ra. Please, jujur sama gue. Please. Gue udah gak bisa percaya siapa-siapa lagi.

LAURA

Untuk apa gue bohong sama lo, Kak? Gue juga suka sama Mas Fajri. Kalau emang yang lo omongin bener, seharusnya gue ikut jatohin mereka aja karena perasaan gue gak berbalas.

MARVIN

Terus kenapa Nana ke sana? Pasti dia mau ketemu Fajri!

LAURA

Ketemu gue, lah.

Marvin tampak bingung.

LAURA (CONT'D)

Sebenernya pas pertama kali Nana dateng ke stadion, Nana kagum sama permainan gue. Kalo gak salah cita-cita dia mau jadi atlet badminton, kan? Makanya dia langsung nanya-nanya tentang gue ke lo.

Marvin terdiam, ia membenarkan perkataan Laura. Kebohongan Laura sangat rapi.

LAURA (CONT'D)

Terserah lo mau percaya gue atau nggak, yang jelas gue udah kasih tau yang gue tau.

MARVIN

Gue bisa percaya sama lo kan, Ra?

Laura tidak mau menatap Marvin. Ia hanya mengangguk pelan.

MARVIN

Oke, thank you, Ra.

Marvin berdiri, ia beranjak ke motor gedenya. Namun Laura menahan tangannya.

LAURA

Kalau gue boleh kasih saran ... jangan terlalu berjuang (beat) lo bakalan berakhir di jurang.

Marvin melepas tangan Laura dari lengannya.

MARVIN

Meskipun gue berakhir di jurang, setidaknya gue harus tetap memperjuangkan orang yang gue sayang, kan?

Lalu Marvin pun tersenyum dan pergi meninggalkan Laura yang tersadar kalau ia tidak akan menyerah.

EXT. STADION BADMINTON - KANTIN- NIGHT

Fajri memijat pelipisnya pelan. Ia masih berada di stadion bersama Diana. Mereka duduk di kantin yang berada di luar stadion.

FAJRI

Kenapa kamu harus datang sama Marvin? Kenapa gak bilang dulu sama aku?

DIANA

(minum sebotol air putih)

Emangnya kenapa sama Kak Marvin? Dia juga gak masalah, kok.

Fajri mengembuskan napasnya, menahan emosinya.

FAJRI

Kamu kan tau aku mau ngerahasiain hubungan kita sampai aku UN dulu. Paling tinggal beberapa bulan lagi.

DIANA

Aku pikir konyol aja. Dia kan sahabat aku dan sahabat kamu juga, kenapa kita harus ngerahasiain hal ini dari Kak Marvin? Harusnya kamu bisa lebih terbuka sama sahabat kamu.

Fajri mengepalkan tangannya. Matanya menatap tajam Diana.

FAJRI

Na. Selama kita berhubungan, pernah gak aku minta sesuatu ke kamu? Nggak, kan? Aku nggak pernah sekalipun minta ini-itu ke kamu. Aku cuma minta kamu ngerahasiain hubungan kita sampai aku UN. Udah itu aja. Aku cuma butuh beberapa bulan. Tolong dengerin aku.

Diana tampak kesal.

DIANA

Ya, terserah. Gak usah ngakuin aku selamanya juga terserah.

Fajri makin pusing.

FAJRI

Na, please, satu kali ini aja.

Diana memalingkan wajahnya.

Fajri menyentuh dagu Diana dengan jemarinya, mengarahkannya perlahan untuk menatapnya lagi.

FAJRI (CONT'D)

Liat aku dong, Na. Jangan ngambek gini.

DIANA

Oke, aku akan menuruti kemauan kamu, tapi dengan satu syarat. Eh, nggak, dua syarat.

FAJRI

Oke, apa?

Senyum Diana mengembang lagi.

DIANA

Yang pertama (malu-malu) sini, kuping kamu. Aku bisikin aja.

Fajri mendekatkan salah satu telinganya ke bibir Diana. Fajri tertawa kecil.

DIANA (CONT'D)

Itu syarat yang pertama.

FAJRI

(masih tertawa)

Oke, sayang.

Diana menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tawanya.

DIANA

Yang kedua, (beat) jaga jarak dengan Laura.

Berbeda dengan reaksi yang pertama, Fajri terlihat tidak setuju.

FAJRI

Kok gitu, Na? Maksud aku, sayang.

DIANA

Dia suka sama kamu.

FAJRI

(tertawa)

Mana ada!

DIANA

(kesal)

Dia itu suka sama kamu.

FAJRI

(tertawa)

Aku kenal dia dari dia SD, sayang. Dari mukanya masih cemong karena dibedakin bapaknya, main barbie sama Adel. Gak mungkin aku sama dia. Ada-ada aja kamu.

DIANA

Yaudah aku bakalan kasih tau Kak Marvin.

FAJRI

Iya, iya. Terserah kamu deh. Tapi aku kasih tau kamu, ya, aku lagi minta tolong dia untuk info pendaftaran SMK Adel nantinya. Aku mungkin bakalan chattan atau telponan soal beasiswa Adel.

DIANA

Oke, itu boleh-boleh aja. Yang penting jangan ngobrol berduaan atau nongkrong gak jelas!

FAJRI

Mana ada aku begitu. Buang-buang uang kalo nongkrong sama dia. Mendingan sama kamu atau gak keluarga aku.

DIANA

(mengacungkan jempolnya)

Bagus!

FAJRI

(mengacungkan kelingkingnya)

Jadi kita deal, ya?

DIANA

(mengaitkan kelingkingnya)

Deal.

FAJRI dan DIANA pun tertawa.

EXT. SEKOLAH - HALAMAN/LAPANGAN - MORNING

Terlihat Marvin sedang bermain basket dengan teman-temannya yang lain. Marvin menoleh ke arah gerbang, ia bisa melihat Fajri sudah datang dan berjalan langsung ke kelas mereka. Tak lama setelahnya, bel masuk pun berbunyi.

INT. SEKOLAH - KELAS MARVIN & FAJRI - morning

Marvin masuk ke kelasnya, tapi ia melihat kalau bangku di sebelahnya kosong. Fajri memilih untuk pindah tempat duduk di bangku pojok paling belakang kelas.

Marvin merasa tidak enak ketika Fajri menjauhinya, tapi ia berusaha mengabaikannya.

Wali kelas mereka, Guru BK, datang.

GURU BK

Ayo, semuanya bersiap.

Para murid duduk di tempatnya masing-masing.

Fajri berdiri.

FAJRI

Greetings to our teacher.

SEMUA SISWA

Good morning, Miss.

GURU BK

Good morning, all. Baik, pagi ini saya ingin kalian membentuk kelompok. Total kelas kita ada 35 siswa, jadi satu kelompok terdiri dari 5 siswa. Kelompok ini nantinya akan menjadi kelompok untuk ujian akhir praktek. Jadi, tentuin kelompok kalian dan ketua kelas tolong kirim ke saya datanya.

FAJRI

Baik, Bu.

Guru BK terduduk di kursi meja guru.

Kita bisa mendengar para siswa saling berkumpul untuk menentukan kelompoknya.

Marvin menoleh ke arah Fajri, berharap mereka akan satu tim lagi. Namun, Fajri sudah memutuskan kelompoknya bersama 4 temannya yang duduk di depannya.

SISWA 1

Vin, gabung, gak?

MARVIN

(terbata-bata)

Ah, iya.

Marvin pun menghampiri teman-teman sekelompoknya yang baru, sesekali ia menoleh ke arah Fajri yang terlihat nyaman dengan kelompoknya yang baru.

CUT TO :

EXT. SEKOLAH - PARKIRAN - DAY

Marvin berjalan sembari menunduk, ia menyesali kecurigaannya kepada Fajri. Di saat bersamaan, Fajri lewat di sampingnya. Fajri tidak menyapanya sama sekali, ia terus berjalan lurus ke parkiran.

Tangan Marvin ingin menggapai Fajri, tapi kemudian ia mendengar Diana memanggilnya. Diana berada di parkiran, lebih tepatnya ia sedang duduk di motor Marvin. Kita bisa lihat Diana sudah mengganti bajunya menjadi sweater hijau tua dengan hiasan bunga daisy di kedua lengannya.

DIANA

(melambaikan tangannya)

Kak Marvin! (beat) Ayo!

Marvin mengangguk ke arah Diana, tapi Fajri sudah tidak ada lagi di depannya. Fajri berada tepat di samping motor barunya, ia sedang mengenakan helm. Fajri melirik ke arah Diana, ia tersenyum tipis.

SISWA 2

Asik, motor baru, tuh.

FAJRI

Nyicil, hahaha.

Marvin terus melangkah ke arah motornya diparkirkan, tapi matanya terus memerhatikan Fajri.

DIANA

Hey, liatin apa sih?

MARVIN

(tersadar)

Ah, nggak.

Fajri pun pergi begitu saja. Diana menyadari ada konflik yang terjadi di antara Fajri dan Marvin.

DIANA

Berantem mulu, udah kayak anak SMP aja lo, Kak.

Marvin tertawa kecil, tangannya mengacak rambut Diana.

MARVIN

Apaan sih. Gak jelas lo, Na.

DIANA

Ish, jangan diacak-acak!

Marvin mengambil helm untuk Diana dan memakaikannya ke kepala Diana.

DIANA (CONT'D)

Kita jadi piknik ke taman, kan?

MARVIN

Iya, bawel. Lo bawa makanannya, kan?

Diana menunjukkan tasnya.

DIANA

Bawa, dong.

MARVIN

Pinter!

Marvin dan Diana pun menaiki motor Marvin dan mereka pergi ke taman.

ext. restoran 'all you can eat' - parkiran - afternoon

Fajri memarkirkan motornya di parkiran khusus karyawan. Ia membuka jok motornya, mengambil jaket hijau tua dari bagasinya. Jaket hijau tua yang sepasang dengan Diana, di bagian dada kirinya terdapat bunga daisy. Fajri mengenakannya.

Fajri berjalan masuk ke restoran sembari memainkan ponselnya. Terdapat beberapa pesan dari Diana. Diana mengirimkan fotonya mengenakan baju yang diberikan Fajri untuknya. Kita bisa melihat chat mereka berdua.

DIANA (O.S)

Kata Kak Marvin bajunya cantik, haha. Dia gak mau ngaku kalo sebenernya yang pake yang cantik. Tapi emang sih bajunya bagus banget. Makasih ya, Sayang!

Fajri membuka kamera depannya, lalu memotret dirinya sedang mengenakan sweater couple miliknya.

FAJRI

Sama-sama, Sayang. Aku juga pakai sweaternya, haha. Yaudah kamu have fun sama Marvin, ya. Kabarin aku kalau udah pulang.

Selang beberapa detik, Diana langsung membalas pesan Fajri.

DIANA (O.S)

Btw, kenapa kamu nyuruh aku ngajak Kak Marvin piknik? Kenapa gak nunggu kamu libur aja baru kita bertiga main? Kalian lagi berantem, ya? Hahaha.

FAJRI

Iya, ada masalah dikit. Gak apa-apa, kalian main aja. Nanti kalau Marvin tau kita pacaran, kalian bakalan jarang main. Haha. Yaudah, aku kerja dulu. Bye.

Fajri menaruh kembali ponselnya ke dalam kantung celananya.

EXT. TAMAN SPATHODEA - AFTERNOON

Suasana taman lumayan ramai. Kita bisa lihat ada banyak anak-anak berlarian, pasangan muda, kumpulan gadis muda, dan kumpulan anak laki-laki yang bermain skateboard.

Marvin menggelar tikar yang sudah ia sewa. Sedangkan di belakangnya, Diana sibuk bermain ponselnya.

MARVIN

Terus ya, Na, gue dicuekin.

DIANA

Iya, iya.

Diana menaruh ponselnya kembali ke tas nya. Marvin duduk di atas tikar, begitupun dengan Diana. Diana terlihat sangat gembira, ia tersenyum melihat anak-anak berlarian ke sana kemari.

MARVIN

Sini bekelnya.

DIANA

Ah, iya.

Diana melepaskan tas punggungnya, membuka ritseletingnya, lalu mengeluarkan dua boks kotak makan.

MARVIN

(terlihat sangat semangat)

Woah, mantab banget Tante Dian kalo masakin gue!

DIANA

Gue pengen banget nyobain daging sapi, Kak.

Marvin meraih sendok, lalu memukul pelan sendoknya ke dahi Diana.

MARVIN

Jangan ngayal!

Diana cemberut.

Tak lama kemudian, kita bisa mendengar ponsel Marvin berdering. Marvin mengeluarkan ponselnya dari tasnya.

DIANA

Siapa?

Marvin melihat notifikasi di layarnya.

MARVIN

Oh, si Laura.

DIANA

Ngapain dia?

MARVIN

Ngirim foto. Gak penting.

DIANA

Ngapain dia ngirimin foto? Foto apa?

MARVIN

Gak, tadi gue nanya dia lagi di mana.

DIANA

Ngapain lo nanyain keberadaan dia?

MARVIN

Tiap Fajri ada masalah, pasti dia selalu ke Laura.

DIANA

Maksudnya?

MARVIN

Setau gue, Fajri itu selalu curhat sama Laura. Lo sadar kan kalo gue lagi ada masalah sama Fajri, jadi gue pikir dia bakalan curhat ke Laura. Ternyata bener kan, Laura lagi di restoran tempat Fajri kerja.

DIANA

Ngapain banget Laura dateng ke tempat Fajri kerja?

MARVIN

Gue belum cerita, ya? Manajer di tempat Fajri kerja itu Om-nya Laura.

Diana tampak jengkel.

DIANA

Padahal kemarin gue main sama mereka, kok mereka gak cerita, ya? (beat) Gimana kalo kita ke sana juga?

MARVIN

Gak penting juga kali, Na. Lagian ngapain juga ke sana? Ganggu mereka yang lagi pdkt-an.

DIANA

Mana ada.

MARVIN

Laura sendiri kok yang bilang sama gue.

DIANA

(mendecih)

Sok cantik banget dia.

MARVIN

Laura cantik, kok. Sayang aja mulutnya suka bocor. Gue udah bilang ke Fajri kalo Laura tuh bocor, tapi ya mereka kenal dari kecil, jadi Fajri tetep aja curhat ke dia. Kayak pas gue jemput lo ke stadion, padahal Fajri udah bilang jangan ngasih tau adeknya. Takutnya orang tuanya mikir Fajri sama gue berantem soal cewek, padahal kan cuma salah paham aja. Pokoknya kalo lo bilang ke dia, 'Jangan bilang si A ya, Ra', pasti bakalan dibilangin. Eh...?

Marvin teringat sesuatu. Laura, pasti Laura yang membocorkan tentang investigasinya itu.

Marvin menepuk jidatnya pelan, menyesali kebodohannya.

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar