7. 6

EXT/INT. RUMAH LAURA - TOKO FOTOCOPY LAURA - NIGHT

Fajri menyunggingkan senyumnya ketika Marvin mematikan sambungan teleponnya. Laura menggelengkan kepala, ia tahu ia sudah dimanfaatkan oleh Fajri.

Laura berdehem, Fajri pun menoleh ke arahnya.

LAURA

Di sekolah gue ada beasiswa untuk peringkat pertama juga, kok. Tapi satu sekolah, bukan perkelas. Kalau misalkan Adel berhasil jadi peringkat satu selama tiga tahun berturut-turut, gue yakin lo gak akan terlalu pusing sama SPP-nya.

FAJRI

(mengangguk)

Dari SD kelas 4, Adel selalu peringkat pertama di kelasnya. Semoga aja dia bisa mempertahankan nilainya dan jadi nomor satu di sekolahnya.

LAURA

Ya, semoga aja.

FAJRI

Biaya pendaftarannya berapa, Ra? Sekalian sama seragam, buku, dan segala macamnya.

LAURA

Hm, mungkin kurang lebih 13 juta.

Fajri tampak tidak percaya.

LAURA (CONT'D)

Karena di sekolah gue itu biasanya biaya ujian praktek tuh dibayar di awal semester. Bisa dicicil, kok.

FAJRI

(memijat pelipisnya)

Mahal banget ya, Ra. Gaji gue sebulan kerja di tempat Om lo aja cuma 2,4 juta. Masih ada dari ngajar badminton, sih, tapi ya ampun ... 7 juta, Ra. Mana tabungan gue habis untuk DP motor. Kenapa bisa mahal banget, sih?

LAURA

Di kelas 10 itu kita bakalan dikasih alat-alat medis. Kayak stetoskop, alat untuk tensi manual, dan keperluan lab khusus kelas masing-masing.

FAJRI

(tampak pusing)

Oh, oke.

Laura menatap wajah Fajri, lalu ia tertawa kecil.

FAJRI (CONT'D)

Kenapa, Ra?

Laura menggeleng, ia menahan tawanya.

LAURA

Sebenernya ada juga sih beasiswa untuk murid kelas 10. Kalau NEM Adel bagus, sekitar 34 keatas, itu bisa dapet beasiswa parsial.

FAJRI

Kalau NEM Adel bagus pasti dia dimasukin ke SMK Negeri, Ra.

LAURA

Makanya itu. (beat) Nanti gue coba tanya TU dulu, deh.

FAJRI

(bergumam)

Gue nyari duit ke mana ya bisa dapet segitu?

Laura tersenyum samar.

LAURA

Yaudah fokus aja sama UN, Mas. Nanti gue pasti cari cara, kok.

FAJRI

Thanks ya, Ra. Update terus ke gue, ya. Yaudah, gue balik dulu.

Fajri dan Laura berdiri. Fajri menaiki motornya, Laura berhenti di teras depan tokonya.

FAJRI

Btw, Ra, jangan kasih tau Adel, ya. Gue takut dia terlalu berharap.

LAURA

(membuat simbol 'OK' dengan jarinya)

Tenang.

Fajri memakai helmnya, menyalakan mesin motornya.

FAJRI

Oke, gue pulang dulu, ya. Bye, Ra!

Laura melambaikan tangannya, melihat Fajri yang semakin menjauh. Setelah Fajri benar-benar pergi, Laura masuk ke dalam rumahnya.

INT. RUMAH LAURA - KAMAR LAURA - NIGHT

Laura masuk ke kamarnya, menutup pintu kamarnya. Kita bisa lihat ada lemari yang cukup tinggi di samping kasurnya. Laura membuka pintu lemari itu, ia menarik kursi dari meja belajarnya, dan menaikinya. Laura mengambil sekotak kaleng celengannya.

Laura turun dari kursi dan terduduk di pinggir ranjangnya. Ia membuka kaleng itu. Kita bisa lihat uang tabungannya yang cukup banyak. Laura menyentuh uang itu, lalu ia tersenyum samar.

EXT. ANCOL - GERBANG - DAY

Kita bisa melihat Fajri berdiri di depan gerbang masuk Ancol dengan menggendong tas. Ia menunggu Diana di depan gerbang masuk barat Ancol. Di ponselnya terlihat kalau taksi online yang ia pesan sudah sangat dekat. Tak lama kemudian, mobil hitam yang membawa Diana tiba. Diana turun dari mobil, Fajri menghampiri Diana. Fajri memberikan isyarat agar sang supir menurunkan jendelanya.

FAJRI

Pembayarannya sudah pakai e-wallet ya, Pak. (memberikan lembaran 10.000) Tapi ini buat bapak.

SUPIR

Terima kasih, ya.

Fajri tersenyum. Taksi online itu pun pergi.

DIANA

Aku jadi gak enak kamu bayarin ongkos aku.

FAJRI

Tenang aja. Aku udah ngumpulin uang untuk hari ini.

Diana tertawa.

FAJRI (CONT'D)

Btw, kamu bawa baju salin, kan?

Diana mengangguk dan menunjuk tas yang ia bawa.

DIANA

Bawa, dong.

FAJRI

(mengelus lembut kepala Diana)

Pinter!

DIANA

Yaudah kita beli tiketnya dulu, yuk.

Fajri mengeluarkan 2 tiket masuk dari saku jaketnya.

FAJRI

Maksud kamu ini? (beat) Khusus hari ini, kamu serahin semuanya ke aku. (Fajri mencolek hidung Diana)

Diana tersenyum, ia tersanjung sampai tidak bisa berkata-kata lagi. Diana memegang tangan Fajri ragu-ragu, ia takut Fajri menolaknya. Namun Fajri justru melepaskan genggaman tangannya dan merangkul pundaknya. Diana semakin tersipu. Mereka pun memasuki ancol bersama.

INT. ANCOL - SEAWORLD - DAY

Kita bisa lihat Fajri dan Diana menuju kasir.

FAJRI

Paket bundling ya, Mbak.

Kasir mengangguk dan memberikan mereka dua tiket.

Fajri dan Diana berkeliling SEAWORLD.

EXT. ANCOL - OCEAN DREAM SAMUDRA - DAY

Fajri menuntun Diana ke barisan paling depan. Terdapat bacaan 'Cautions: If you can read this sign, you are in the splash zone.'

Fajri dan Diana terduduk sembari menunggu pertunjukan lumba-lumba dimulai. Diana mengeluarkan ponselnya dan memotret kedua tangan mereka yang memiliki cap lumba-lumba. Tiba-tiba saja jari telunjuk dan jempol Fajri membentuk lambang cinta ala Korea yang membuat Diana tertawa.

Tak lupa Diana pun mengambil potret kebersamaan mereka. Fajri terlihat ragu-ragu, tapi ia tetap tersenyum ke arah kamera karena tidak ingin mengecewakan Diana.

FAJRI

Dek, fotonya jangan...,

DIANA

(memotong)

Eh, udah mau mulai!

Fajri bisa lihat mata Diana berbinar ketika melihat video intro sebelum lumba-lumbanya keluar.

DIANA (CONT'D)

Ah, ternyata baru videonya doang. Tadi kamu mau ngomong apa?

Fajri menggeleng.

FAJRI

Nggak. (menyelipkan rambut Diana ke belakang telinganya) Kamu cantik.

Diana menutupi wajahnya, ia tersipu.

DIANA

Duh, aku jadi malu.

Fajri menyingkirkan tangan Diana dari wajahnya.

FAJRI

Tuh, lumba-lumbanya udah keluar.

Fajri dan Diana menyaksikan atraksi lumba-lumba. Mereka pun terkena cipratan air kolam. Ketika lumba-lumba itu mendekati tepi, Fajri langsung menarik tangan Diana agar Diana bisa menyentuh lumba-lumba itu. Diana sangat senang karena ia akhirnya bisa menyentuh lumba-lumba. Di akhir acara, Fajri dan Diana berfoto dengan lumba-lumba.

EXT. ANCOL - PANTAI - AFTERNOON TO NIGHT

Matahari sudah hampir terbenam, Fajri dan Diana berjalan di jembatan yang menuju pesisir pantai. Angin berembus mengacak rambut panjang Diana. Diana berinisiatif untuk mengucir rambutnya, tapi kemudian Fajri mengambil karet rambut dari tangan Diana dan mengikatkannya.

Sesampainya di pesisir pantai, Fajri dan Diana terduduk di bangku taman. Fajri mengeluarkan dua kotak tempat makan dan menaruhnya di tengah-tengah ia dan Diana.

FAJRI

Bukannya pelit, tapi aku udah searching apa aja pantangan kamu. Karena aku takut kesalahan, akhirnya aku nyiapin ini untuk kamu.

Fajri membuka kotak makan untuk Diana. Terdapat sayur bayam dan ikan tuna. Diana menatap Fajri yang sibuk menjelaskan bekal yang ia masakkan, ia terharu.

FAJRI (CONT'D)

Kamu suka, gak? Tadinya aku mau bawain sawi gitu-gitu, tapi takutnya kamu gak suka.

DIANA

Kayaknya pacar aku berusaha keras banget, ya.

FAJRI

Iya, dong. Sebagai ganti aku gak ngejenguk kamu.

Diana menghela napasnya. Ada hal yang ingin ia katakan, tapi ia mengurungkannya.

DIANA

(ragu-ragu)

Kamu sayang sama aku?

Fajri tampak bingung, lalu mendecak.

FAJRI

Sayang banget, dong. Kalo aku gak salah nebak, pasti pertanyaan berikutnya: 'Kenapa kamu bisa sayang sama aku?', kan?

DIANA

Kok kamu tau? (beat) Ah, jelas aja, sih. Kata temen-temen aku kamu pas kelas 10 dan 11 banyak banget mantannya.

FAJRI

Itu masa lalu, Dek, gak usah dibahas deh. Kenapa sih cewek demen banget nyari masalah sama masa lalu cowok?

Diana mengulang kalimat Fajri dengan nada mencibir.

FAJRI (CONT'D)

Kalo kamu sendiri, kenapa kamu bisa suka sama aku?

DIANA

Karena kamu ganteng.

FAJRI

Hah?

DIANA

Iya, serius. Dari pertama aku liat kamu ngobrol sama Kak Marvin, aku langsung kayak, 'Wah, ganteng banget temennya Kak Marvin'.

FAJRI

Terus, kenapa kamu nembak aku?

DIANA

Karena untuk ukuran orang yang masih asing sama aku, kamu keliatan khawatir banget. Selama ini cuma ada dua laki-laki yang khawatir sama aku: Papa dan Kak Marvin. Aku sering mikir kalo nanti Kak Marvin punya pacar, pasti akan ada jarak antara aku dan dia. Mikirin itu aja aku udah sedih.

Papa udah gak ada, sedangkan Kak Marvin udah aku anggap kayak kakak aku sendiri. Aku penasaran siapa yang akan menggantikan posisi mereka? Sampai akhirnya aku lihat kamu lari ngos-ngosan ke UKS dengan inhaler untuk aku. (beat) Padahal bisa aja kamu cuma kasian sama aku, tapi akunya keburu baper.

Fajri meraih tangan Diana.

FAJRI

Na. Aku pengen terang-terangan aja sama kamu. Aku pikir kata 'menggantikan' itu terlalu berat untuk aku. Aku beda dari Marvin, jauh banget malah. Aku bukan dari keluarga mampu yang bisa ngasih kamu kehidupan yang wah. Bahkan jika emang jodoh, aku gak yakin aku mampu membiayai semua pengobatan kamu. (beat) Tapi, Na, aku gak akan melepaskan kamu. Aku akan cari cara untuk ngasih kamu kehidupan yang nyaman. Aku akan muter otak dan banting tulang untuk membiayai semua pengobatan kamu nantinya. Aku janji akan mengabulkan cita-cita kamu.

DIANA

Cita-cita aku? Maksud kamu menikah? (menggeleng) Aku bahkan gak tau apa aku masih di sini seminggu ke depan, Kak.

FAJRI

Kamu gak akan kemana-mana selama aku di sisi kamu, Na. Selama kita masih saling menggenggam tangan satu sama lain.

Diana melihat genggaman tangan mereka, lalu beralih ke mata Fajri. Mereka saling menatap untuk beberapa detik, kemudian tawa mereka pecah.

FAJRI (CONT'D)

Drama banget, ya? Haha. Geli sendiri gue.

DIANA

(mengangguk)

Iya, alay banget lo, Kak.

Mereka tertawa lagi. Fajri melepaskan genggaman tangan mereka, lalu ia mengambil sendok dan menyuapi Diana.

FAJRI

Yaudah sekarang kamu makan dulu, ya. Ayo mangap, pesawatnya mau masuk.

Mereka pun saling bercanda. Setelah makan, mereka memutuskan untuk jalan-jalan dan bermain di pesisir pantai sebentar.

EXT. ANCOL - PARKIRAN - NIGHT

Fajri dan Diana berjalan menuju motor Fajri. Suasana parkiran tidak begitu ramai.

FAJRI

Dek, nanti aku pesenin kamu taksi online lagi di depan gerbang, ya.

DIANA

Emang kenapa gak kamu aja yang anterin aku?

FAJRI

(ragu)

Itu ... Motor aku ... Pokoknya kamu pasti gak nyaman.

Diana melongok, mencari yang mana motor Fajri. Kemudian Diana menunjuk motor putih yang terlihat sedikit lebih buruk ketimbang motor-motor di sampingnya. Diana melewati Fajri dan berjalan menuju motor ini.

DIANA

Ayo.

FAJRI

Kok kamu tau?

Fajri langsung mengerti kenapa Diana langsung mengetahui motornya. Di samping kiri dan kanan motor Fajri merupakan motor besar semua.

FAJRI (CONT'D)

Tapi aku cuma bawa satu helm.

DIANA

Aku bisa beli helm di luar nanti.

Fajri berjalan mendekat ke motornya.

FAJRI

Kamu yakin? Motornya gembel, lho. Kamu emang gak malu?

DIANA

Masa pacar aku mau muter otak dan banting tulang buat aku, tapi aku nya gak mau dianterin pake motor kamu.

Fajri teringat tiga mantannya yang menolak menaiki motornya. Kemudian ia tersenyum.

FAJRI

Oke.

EXT. PINGGIR JALAN - PENJUAL HELM - NIGHT

Kita bisa melihat Diana mencoba berbagai helm, lalu Fajri mengambil satu helm berwarna putih dan memakaikannya ke kepala Diana.

DIANA

(ke penjual)

Saya mau yang ini, Pak.

CUT TO :

EXT. PERJALANAN - NIGHT

Kita bisa melihat Fajri dan Diana berboncengan. Kita tidak mendengar apa yang yang mereka, tapi kita bisa lihat mereka sedang membicarakan sesuatu dan tertawa.

EXT. PERUMAHAN DIANA - GERBANG BLOK - NIGHT

Fajri memberhentikan motornya tepat di gerbang blok rumah Diana. Diana turun dari motor, Fajri membantu Diana melepaskan helmnya.

DIANA

Kenapa sih gak mau anterin sampai rumah? Kan biar Mama kenal sama kamu.

FAJRI

Kan kita udah janji, tunggu sampai aku selesai UN dulu.

Diana tampak bete.

FAJRI (CONT'D)

Aku janji, setelah UN aku pasti anterin kamu sampai rumah dan ketemu orang tua kamu.

DIANATapi setidaknya kita bisa kasih tau Kak Marvin.

FAJRI

Gak. Dia orang terakhir yang perlu tau hubungan kita.

DIANA

Maksudnya? Dia orang yang paling penting untuk aku.

FAJRI

Paling penting, ya? (tersenyum tipis) Kita bahas ini lain kali.

Diana menggigit bibir bawahnya, ia menyesali pemilihan kata yang ia lontarkan.

DIANA

Aku...,

FAJRI

(memotong)

Gak apa-apa. Aku paham hubungan kalian. Aku gak marah, kok. (beat) Yaudah, kamu pulang dan istirahat. Aku liatin dari sini sampai kamu masuk rumah.

Diana mengangguk lemah. Ia berbalik dan berjalan ke rumahnya, sesekali Fajri tersenyum dan melambai ke arahnya.

Saat Diana sudah masuk ke dalam rumahnya, ekspresi senyum Fajri berubah menjadi marah.

INT. RESTORAN ALL YOU CAN EAT - MORNING, NOON, AFTERNOON

MONTAGES

Suasana restoran cukup ramai. Kita bisa melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10 pagi. Fajri terlihat mondar-mandir. Sesekali ia membawa gas kaleng untuk kompor portable, tak jarang juga ia clear up bekas piring pembeli. Kita bisa lihat Fajri mengisi ulang daging yang sudah tinggal sedikit. Kita terus melihat kegiatan Fajri dari Senin sampai Jumat (5 hari).

Di penghujung hari (tepatnya hari Jum'at), Fajri menerima uang dari Om Hadi. Mereka berdiri di depan jendela, di belakang mereka terlihat suasana sore hari. Fajri menerima Rp 500.000, ia tersenyum senang.

HADI

Ri, kalo emang nanti kamu gak kuliah, bilang ke Om ya. Mungkin Om bisa bantu masukin kamu ke tempat dengan gaji yang lebih baik. Tapi kalo emang kamu mau kuliah, kamu bisa tetep part-time di sini. Saya niatnya mau buka 24 jam, nantinya akan ada sistem shift. Kamu juga akan dapet gaji full dan semua tunjangannya. Jadi, kamu gak perlu khawatir kalo emang kamu mau kuliah.

Senyum Fajri menipis.

FAJRI

Iya, Om. Makasih, ya.

CUT TO :

INT. RUMAH FAJRI - RUANG TAMU DAN KAMAR - morning

Keesokan harinya.

Terlihat Fitri sedang memarahi Adel yang pasrah terduduk dengan kepala menunduk. Tangan Fitri memegang lembaran kertas yang menunjukan hasil Try Out milik Adel.

FITRI

Ini anak belajar gak, sih? Mau jadi apa kamu nilai jelek semua?! Kamu itu peringkat satu di kelas semester kemarin!

Adel tidak membalas, ia tetap terdiam dan menunduk.

FITRI (CONT'D)

Jangan-jangan selama ini kamu bilang belajar kelompok itu malah pergi ke klinik?! Bener, kan?! Jawab Mama!

Adel mengangguk pelan.

Di tengah-tengah situasi mencekam ini, Fajri keluar dengan wajah mengantuknya. Ia bersender sembari memerhatikan perdebatan antara ibu dan adiknya.

FITRI (CONT'D)

Ya Tuhan, Adel! Kamu itu harus fokus masuk SMK Negeri, ngerti?! Gak usah lah ikut-ikutan si Laura. Dia emang bukan dari keluarga kaya, tapi orang tua dia sanggup biayain kuliahnya. Mama itu ngelarang kamu karena Mama tau konsekuensi dari pilihan kamu!

ADEL

Tapi Adel nggak mau sekolah perkantoran, Ma. Cita-cita Adel mau jadi bidan, atau setidaknya jadi perawat.

FITRI

Hah? Jadi bidan? Ya Tuhan, Adel, mana ada orang mau lahiran sama orang yang cuma lulusan SMK!

ADEL

(mulai emosi)

Ma, Adel dan Mas Fajri itu selalu dapet beasiswa dari kami SD. Temennya Mbak Laura aja yang cuma masuk 10 besar bisa dapet beasiswa untuk kuliah. Aku yakin aku juga bisa!

Fajri bisa melihat Adel mengepalkan tangannya, Adel sedang menahan tangis dan amarahnya.

FITRI

(melempar kertas ke wajah Adel)

Oke, kamu bisa kuliah secara gratis. Terus siapa yang mau ngasih kamu ongkos? Kami lagi?! Siapa yang mau ngasih kamu makan? Kamu gak lihat kedua orang tua kamu udah tua semua. (beat, suaranya bergetar) Punggung Mama udah gak kuat lagi bungkuk untuk nyuci dan nyetrika baju orang, apalagi bapak kalian! (beat) Sadar, Adel, CITA-CITA KAMU ITU CITA-CITA ORANG KAYA!

Adel berdiri, menatap lurus Fitri dengan penuh emosi. Bibirnya terbuka, lalu tertutup kembali. Seakan-akan ia masih mengurungkan kalimat kurang ajarnya. Akhirnya Adel berteriak. Teriakan putus asa. Bahkan ia menjambak rambutnya sendiri.

Fajri maju, menghentikan tangan Adel yang terus menjambak rambutnya sendiri.

FAJRI

(ke Adel)

Dek? Udah, stop!

Fajri memeluk adiknya. Adel masih melempar tatapan sinis ke arah Fitri.

Fitri terlihat sangat terkejut, ia tidak pernah melihat Adel mengamuk sebelumnya. Adel sangat dekat dengan ibunya, ia hampir tidak pernah membantah satupun perkataan ibunya. Namun kali ini ia sudah tidak bisa lagi menahannya.

FITRI (CONT'D)

(suaranya bergetar)

Kenapa? Kenapa kamu teriak sama Mama?

Fitri lemas. Ia menarik langkahnya, mundur sampai punggungnya mengenai tembok. Ia masih tidak percaya anak bungsunya mulai memberontak, bahkan Fajri saja tidak pernah membentaknya.

Adel melunak, ia terlihat menyesal sudah membentak ibunya. Adel melepaskan pelukan kakaknya.

ADEL

Ma, aku...,

FITRI

(memotong)

Bisa-bisanya kamu ngebentak Mama? (Fitri menggeleng) Dasar anak kuang ajar!

Adel tampak tidak percaya atas apa yang ia dengar barusan. Ia memutar kedua matanya, lalu pergi dari rumahnya.

EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - MORNING

Adel terus berjalan menjauh dari rumah. Fitri dan Fajri keluar dari rumah.

FITRI (CONT'D)

Adel, balik sini! Cepet!

Adel tidak menggubris perintah ibunya. Perlahan para tetangga melihat ke arah mereka.

FITRI (CONT'D)

Adel!

FAJRI

Udah, Ma, dia mau sendiri. Kita masuk aja, gak enak dilihatin sama tetangga.

Fajri merangkul ibunya, menuntunnya kembali ke dalam rumah.

FITRI

Pasti karena bergaul sama Laura!

FAJRI

Jangan halu deh, Ma.

FITRI

Pasti itu, Mama yakin. Adel gak pernah berontak sebelumnya.

FAJRI

Udah, kecilin suaranya, gak enak didenger tetangga.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar