5. 5 (1)

EXT. RUMAH MARVIN - TERAS - DAY

Marvin memarkirkan motornya di depan rumahnya. Ia dan Fajri berjalan ke arah pintu utama. Tangan Marvin siap untuk membuka pintu, tapi kemudian dia berbalik ke arah Fajri.

MARVIN

Ri, gue tau lo gak jago akting, tapi tolong berbohong sekali ini aja.

Fajri tampak kebingungan.

INT. RUMAH MARVIN - RUANG TAMU - DAY

Marvin turun dari tangga sembari membawa gitar di dalam tasnya. Terlihat Fajri yang tadinya duduk cemas, langsung berdiri ketika melihat Marvin.

MARVIN

Yuk.

Marvin dan Fajri berjalan ke pintu keluar, tapi tiba-tiba terdengar suara berat laki-laki (RICO, 45) yang menghentikan mereka.

RICO

Mau kemana bawa-bawa gitar, Vin?

Marvin terkejut, menghentikan langkahnya. Pelan-pelan ia membalikan badannya.

MARVIN

Papa? (pause) Papa ada di rumah?

Rico tersenyum tipis. Matanya melirik ke Fajri.

RICO

(ke Fajri)

Kamu temannya Marvin, kan? Kalau gak salah namamu Fajri, bener?

FAJRI

Be-bener, Om.

RICO

(tersenyum ramah)

Oh, jadi kamu yang selalu ngebenerin gitar anak saya? Kamu hebat ya. Si Marvin bisanya mainin doang soalnya. Haha.

Fajri tampak bingung, ia melirik Marvin yang sudah memberinya isyarat untuk berbohong.

FAJRI

Eh, iya, Om. Emang dari dulu kita sering belajar main gitar bareng. Hehe.

RICO

(tertawa)

Yaudah, puas-puasin main deh kalian sebelum Marvin kuliah di luar negeri.

Ekspresi Marvin berubah. Ia menepuk pundak Fajri dan membelakangi ayahnya.

MARVIN

(ke Fajri)

Kita pergi sekarang.

Fajri mengangguk. Sebelum pergi, ia berpamitan dulu.

FAJRI

(membungkuk)

Om, kami pamit dulu, ya.

RICO

(menggangguk, melambaikan tangan)

Iya, hati-hati, ya.

INT. TOKO ALAT MUSIK & REPARASI - DAY

Terlihat Fajri membuka tas gitarnya dan terlihatlah gitar listrik yang cukup mahal dan masih sangat bagus. Seorang teknisi memerhatikan setiap detail gitar itu dengan seksama. Di belakang mereka, Fajri terduduk di sofa yang ada di pojok ruangan.

MARVIN

Berapa hari?

TEKNISI #1

Dua bulan.

MARVIN

Gak bisa lebih cepet lagi?

TEKNISI #1

Hm, lima hari.

MARVIN

Oke. (memberikan uang seratus ribu) Ini DP-nya.

TEKNISI #1

Oke. Sini, gue catet dulu item detailnya. Atas nama Fajri Hirlan, kan? Kayak biasanya.

Marvin menengok ke belakang. Fajri terduduk sembari memainkan ponselnya, ia tidak mendengar apapun.

MARVIN

(ragu-ragu)

I-iya.

Marvin memberikan gitarnya kepada teknisi itu.

Di sofa belakang, Fajri tengah membalas pesan dari Diana. Kita bisa melihat pesan mereka di layar.

DIANA (O.S)

Aku udah mendingan, Kak. Kamu dimana?

FAJRI

Aku lagi nemenin Marvin ganti baju di rumahnya. Nanti kita berdua sekalian ngejenguk kamu.

DIANA (O.S)

Asik dong, kita bisa sekalian kasih tau Kak Marvin juga.

Fajri mematung, tangannya tidak mengetikkan apapun. Fajri melihat Marvin yang masih berbincang dengan teknisi. Hatinya tidak tega kalau memberitahukan hubungannya kepada Marvin, terlebih ketika Fajri melihat sendiri pengorbanan Marvin untuk Diana. Yah, meskipun Fajri juga sebal karena Marvin menggunakan namanya. Fajri berdecak kesal, ia memijat pelipisnya pelan.

Kita bisa lihat Marvin mendekat. Fajri buru-buru mengantongi ponselnya lagi. Marvin duduk tepat di samping Fajri.

MARVIN

Sorry ya.

FAJRI

(kesal)

Jadi, selama ini lo ngegunain nama gue untuk berbohong ke orang tua lo?

MARVIN

Sorry, orang tua gue cuma percaya kalo gue nyebut nama lo. Tapi tenang aja, ini satu-satunya kebohongan gue yang mention nama lo dan cuma sama orang tua gue doang, kok!

Fajri mendengus.

MARVIN (CONT'D)

Mau gimana lagi, Ri? Keluarga Nana lagi bener-bener kesulitan banget.

FAJRI

Emang seberapa sulit sih, Vin?

MARVIN

Kayaknya gue belum kasih tau lo kalau ayahnya Diana udah meninggal satu tahun yang lalu, ya?

Fajri terkejut.

MARVIN (CONT'D)

Setelah Om Dimas meninggal, semua biaya pengobatan Nana ditanggung sama pamannya, Om Dion. Tapi akhir Oktober kemarin, Om Dion pensiun. Jadi keluarga Nana lagi berjuang banget untuk ngumpulin uang buat Nana.

FAJRI

Oke, sekarang gue paham. Tapi, kalo boleh tau, emang biaya pengobatan Nana itu berapa, Vin?

MARVIN

Kalo cuma visit dokter tanpa obat sih sekitar 500 ribu, tapi kalo lagi visit tiba-tiba harus tindakan bisa 1 sampai 4 juta. Kalau dia sampai pingsan dan dirawat, obat dan segala treatment-nya bisa 5 sampai 10 juta.

Fajri melongo mendengar harga yang disebutkan Marvin.

FAJRI

Kenapa gak daftar BPJS-Kes, Vin?

MARVIN

Hm, pelayanannya beda.

FAJRI

Tapi setidaknya lebih murah, kan?

MARVIN

Yah, iya, sih. Tapi gimana ya, pokoknya beda deh.

FAJRI

Dasar orang kaya (beat) Udah berapa kali lo ngelakuin ini?

MARVIN

Sama sekarang jadi lima kali. (beat) Tapi lo tenang aja. Orang tadi bakalan bikin replika gitar gue, abis itu gue bakal jual gitar asli gue.

FAJRI

Orang tua lo gak ada yang sadar?

MARVIN

Yah, spare-part yang dia gunain gak begitu murahan. Gitar gue kan laku tujuh juta, nah harga replikanya kurang lebih satu juta.

Marvin melihat ke arah gitarnya yang sedang dilihat oleh teknisi #1, kini gitar itu dipindahtangankan ke teknisi #2.

MARVIN (CONT'D)

Itu gitar kesayangan gue. Bokap gue ngebeliin pas ultah ke-17 tahun. (beat) tapi gue jauh lebih sayang sama Nana.

Fajri mengepalkan tangannya, ia kesal.

FAJRI

Lo ngelakuin ini semua untuk Nana, kalau ternyata Nana nggak suka sama lo gimana?

MARVIN

Gue bakalan bikin dia suka sama gue.

FAJRI

Kalau dia ternyata diem-diem pacaran sama orang lain gimana?

MARVIN

(berpikir)

Gue pasti akan ngerebut dia, Ri. She's belong to me to the last breath of hers.

Fajri menggeleng tidak percaya.

MARVIN (CONT'D)

Ah, jangan nanya kayak gitu lagi, Ri. Ngebayangin dia suka sama cowok lain aja gue jadi kesel. Haha.

FAJRI

Oh, oke.

Tak lama kemudian teknisi #1 datang dengan amplop cokelat besar yang tebal.

TEKNISI #1

Harga replikanya 1,3 Juta, ini sisanya.

Teknisi itu memberikan kuitansi kepada Marvin. Marvin sedikit memajukan tubuhnya, menghalangi pandangan Fajri ketika Marvin ingin menandatangani kuitansi itu.

MARVIN

Oke, thank you, bro!

Teknisi itu memberikan amplopnya kepada Marvin. Fokus kamera ke arah amplop, lalu bergantian dengan Fajri yang berada di belakangnya.

Tiba-tiba saja teknisi #2 berteriak untuk bertanya kepada teknisi #1.

TEKNISI #2

Bang, ini atas nama siapa tadi?

TEKNISI #1

Fajri Hirlan, Bang.

Fajri melotot. Marvin menengok perlahan ke arah Fajri.

MARVIN

(canggung)

Gue bisa jelasin, Ri.

INT. RUMAH SAKIT - LOBBY - AFTERNOON

Fajri dan Marvin sampai di rumah sakit. Di sana terlihat Dian sedang berbincang dengan bagian administrasi. Dian membawa amplop cokelat di tangannya. Fajri dan Marvin mendekat ke arah Dian, kita bisa mendengar percakapan Dian dengan kasir RS.

DIAN

Apa bisa bayar setengahnya dulu?

KASIR

Maaf, Bu. Harus full.

Dian terlihat sedih, ia berbalik dan terkejut melihat Marvin.

CUT TO :

Kita bisa lihat Marvin dan Dian duduk berdekatan di kursi tunggu RS, di depan mereka Fajri mendengarkan percakapan mereka.

DIAN

(sedih)

Tante pusing banget, Vin. Perusahaan udah ngebatasin biaya pengobatan Nana jadi 30% dan limitnya cuma lima juta.

MARVIN

Tante tenang aja, biar Marvin bantu sisanya.

DIAN

Jangan. Tante mau menggadaikan sertifikat rumah di Bogor aja.

MARVIN

Bukannya rumah itu untuk Nana? Udah, Tante, Marvin bisa bantu kok. Asalkan Tante rahasiain ini dari Nana dan orang tua Marvin.

Dian mulai menangis.

MARVIN (CONT'D)

Sekarang tante temenin Nana aja, nanti Marvin dan Fajri nyusul.

Dian menoleh ke Fajri yang duduk di sebrangnya. Fajri dengan canggung memperkenalkan dirinya.

FAJRI

Fajri, Tante.

DIAN

Oh, kamu temen baru Nana, ya? Yang sering kirim pesan akhir-akhir ini?

Marvin melirik Fajri, ia bingung. Fajri gagap.

FAJRI

(gagap)

Iya, Tante. Kebetulan saya dan Nana sebangku pas ulangan kemarin.

Fajri memaksakan senyumnya. Namun Marvin mengerutkan dahinya, ragu.

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar