Lebih Dari Egoku
18. Hari ke-10

MAIN TITLE

HARI KE-10

FADE IN

Hari berganti, malam menjelang, kemudian perlahan langit kembali lagi terang.

SCENE 39 INT, KOST KANZA, PAGI

Kanza terlihat sedang duduk di depan tivi yang menyala. Mendengar siaran berita di salah satu salurannya.

Suara Tivi (SO) : "Akhirnya, dalang dari menghilangnya seorang wanita cantik beberapa hari yang lalu, telah berhasil di ringkus oleh polisi. Pria berinisia AN, 25 tahun berhasil di amankan di kediamannya saat hendak melarikan diri."

BCU

Di layar tivi di tampakkan pelaku yang ternyata bukan Gio.

Perlahan, terlihat Putri datang menghampiri Kanza dan turut duduk di sofa. Putri masih mengenakan pakaian santai.

Putri : "Kita nanti jadi jengukin Gio?"

Kanza : "Jadi dong, Lo ikut kan?" Menoleh ke arah Putri. "Lo tumben belum rapih, enggak ke kantor?" Lanjut bertanya.

Putri : Tersenyum. "Iya, gue ikut, gue juga mau liat keadaan dia." Tersenyum lembut, kemudian Wajahnya mendadak sedikit murung. "Gue ... sengaja cuti hari ini, karena gue masih syok aja soal kejadian kemarin."

Kanza : Mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi Lo enggak dendam kan sama Gio?"

Putri : Menggeleng seraya tersenyum. Kanza turut tersenyum dan mengelus pundak Putri pelan. "Btw... Gimana misi Lo nahlukkin pak Rega? Lo enggak jatuh cinta beneran kan sama tuh orang?" Lanjutnya menyelidik. Mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Kanza : Menghela nafas pasrah. "Enggak lah, mana mungkin gue jatuh cinta beneran sama orang yang masih cinta sama orang lain..."

Putri : Menatap bingung. "Maksudnya?"

Kanza : "Ya... Gue ngerasa aja kalo Rega sama Fira masih saling cinta. Jadi gue berencana setelah nanti sepulang jenguk Gio, gue mau ke kantor Fira, gue mau bilang ke dia, kalo gue nyerah, gue enggak mau terusin lagi projek ini. Dan hari ini deadline'nya. Gue rasa gue emang ... gagal." Tersenyum kecut.

Putri : "Lo enggak mau perjuangin pak Rega ... gitu?"

Kanza : Terhenyak, kaget mendapati pertanyaan Putri. Kemudian pura-pura terkekeh. "Buat apa gue perjuangin cowok. Lo tahu sendiri kan, gue itu ego maniak, gue enggak mau cinta sama orang lain melebihi diri gue sendiri." Padahal dadanya terasa sesak saat mengatakannya. Hatinya sedih.

Putri : "Lo yakin?" Menatap penuh perhatian.

Kanza : Mengangguk kuat-kuat. Sekuat tenaga menahan air mata.

Putri : Tersenyum tipis. "Selama ini, Lo udah terlalu keras sama diri Lo sendiri, Kanza, sampai-sampai Lo enggak peka, ada hati yang pingin singgah juga di hati Lo. Bahkan, gue ngerasa iri, saat Gio segitu Ego-nya sayang sama Lo mati-matian." Kembali tersenyum seolah mengejek dirinya sendiri.

Kanza : Menatap Putri dengan perasaan bersalah. "Gue...."

Putri : Memotong kalimat Kanza dengan menggeleng dan menyentuh tangan Kanza. "Tapi bukan itu intinya, ya... Mungkin sama Gio Lo enggak ada rasa. Tapi gue bisa lihat, cara Lo natap mata pak Rega, itu beda. Gue yakin Lo ada rasa sama dia. Lo enggak boleh nahan perasaan Lo sendiri buat jatuh cinta, Kanza." Menatap Kanza dengan seksama.

Kanza : "Jadi menurut Lo gue harus bertindak egois kayak Gio, ya enggak perlu mikirin perasaan orang lain dan hanya pingin menangin ego gue sendiri aja gitu?" Mulai sedikit emosional.

Putri : "Ya... Ya... Enggak gitu juga... Tapi...." Kesulitan menjelaskan.

Kanza : "Udahlah Put, gue enggak mau memupuk harapan sama orang yang hatinya jelas-jelas bukan buat gue. Gue enggak mau main hati lagi, makanya gue mau berhenti dari proyek ini. Misi gue sekarang adalah, gimana caranya gue bisa bikin Rega balikan sama Fira. Walaupun itu bertentangan dengan Ego gue sendiri." Berkata sambil menahan air mata sekuat tenaga.

Putri : Menatap Kanza mengangguk-anggukkan kepalanya sendiri mencoba memahami, sekaligus bisa merasakan kesedihan yang coba Kanza tutupi darinya. "Sabar ya, Kanza." Menarik Kanza ke dalam pelukannya.

Mereka berdua terlihat berpelukan. Putri mengusap punggung Kanza menguatkan.

BCU WAJAH KANZA : Ekspresinya terlihat sedih. Beberapa kilasan kejadian membayang di kepalanya.

FLASH BACK

Kilasan kejadian saat di kantor Rega, pria itu masih memajang foto kebersamaannya bersama Fira.

Kemudian kilasan kejadian saat Rega panik ketika Fira menelponnya.

Terakhir kilasan kejadian saat di kantor Fira, wanita itu menjadikan fotonya bersama Rega wallpaper di layar laptopnya.

Kanza (VO) : "Gue harus bisa bikin mereka bersatu kembali, harus." Seolah memberi keyakinan pada diri sendiri.

CUT TO

SCENE 40 INT, RUMAH SAKIT JIWA, SIANG

Mula-mula terpampang plang besar bertuliskan "Rumah Sakit Jiwa." Di atap sebuah gedung rumah sakit.

Kanza dan Putri tampak sudah ada di sebuah ruangan tunggu .

Kanza (VO) : "Andai saja dunia ini enggak ada Ego, pasti semua perasaan bisa di sampaikan dengan mudah tanpa kata tapi. Enggak ada yang perlu menahan perasaan mati-matian demi menjaga sebuah hati yang lainnya. Dan enggak perlu ada yang tersakiti juga susah payah menyembuhkan luka, ketika perasaan itu enggak terbalas.

Suara Kanza menggema, mengiringi Gio yang di tuntun menuju ruang tunggu oleh seorang petugas rumah sakit.

Perlahan Gio duduk disana dengan pakaian serba putih.

Gio terlihat berusaha mengulas senyum pada Kanza dan Putri.

FLASH BACK

Kronologis Putri selamat dari cengkraman Gio, dan Kenapa Gio sekarang ada di rumah sakit jiwa dan bukan di kantor polisi.

Saat itu, beberapa polisi datang dan mendobrak pintu apartement Gio dengan paksa. Dan Putri berhasil di selamatkan. Namun ternyata keadaan Gio malah sedang pingsan. Putri sebelumnya memukul kepala belakang Gio dengan spatula.

Polisi menggeledah isi apartement Gio untuk mencari bukti lain. Karena Gio sempat di curigai sebagai dalang menghilangnya seorang wanita cantik beberapa hari yang lalu. Namun yang di temukan hanyalah potongan tangan yang ternyata hanya sebuah manekin.

Tak lama seorang wanita mengaku sebagai pskiater yang biasa menangani Gio datang. Lalu menjelaskan keadaan Gio pada polisi, Kanza, Putri dan Rega.

Pskiater : "Mas Gio adalah pasien saya beberapa tahun ini, dan beberapa bulan terakhir skinzofrenia yang di deritanya kembali parah." Kanza dan Putri sontak menutup mulut mereka sendiri dan mata mereka terlihat syok. "Dia jadi lebih sering mengalami halunasi bahkan delusi. Kadang dia tidak ingat apa yang baru saja dia lakukan, kondisinya seperti meningkat menjadi seperti kepribadian ganda. Tapi saya bisa jamin, dia belum pernah membunuh orang sekalipun. Meskipun kadang ia berlagak seperti pshycopat. Contohnya potongan tangan menekin ini." Mengangkat tinggi-tinggi benda tersebut.

Psikiater : "Ini hanya teman imajinasinya saja." Dia tersenyum. "Kalo bapak-bapak polisi masih belum percaya dengan alibi saya, boleh ke kantor saya, agar bisa melihat benda-benda lain yang biasa di gunakan oleh pasien saya untuk berimajinasi." Jelasnya sembari tersenyum tenang.

FLASH BACH CUT TO

Kanza, Putri tampak bercakap-cakap santai dengan Gio.

Kanza : "Aku mau nelpon sebentar ya, kalian ngobrol aja." Kanza segera beranjak, sengaja menghindar untuk membiarkan putri dan Gio bicara.

Putri dan Gio tampak sedikit canggung. Mereka saling terdiam untuk beberapa detik.

Gio : "Makasih yach, Lo masih mau baik sama gue, masih mau peduli sama gue, padahal gue cuma cowok sakit jiwa."

Putri : "Ssttt nggak boleh ngomong gitu. Gue masih mau kok temenan sama Lo."

Gio : "Tapi gue kan udah buat salah sama Lo. Dan..."

Putri : Buru-buru meraih tangan Gio di atas meja seraya menggeleng. "Gue udah lupain kok." Tersenyum. "Lagian gue udah tahu kondisi Lo yang sebenernya, Lo kadang bukan jadi diri Lo sendiri. Dan gue, mau kok jadi temen lo, sampai Lo bisa lewatin ini semua dan Lo bisa normal kembali. Lo bisa percaya sama gue." Menatap dengan tatapan meyakinkan.

Gio : Balas menatap Putri dalam. "Makasih ya?" Tersenyum.

Putri : "Yaudah... Sekarang Lo makan ya." Putri tersenyum dan mulai membuka kotak makan yang sudah di bawanya dari rumah. "Gue suapin." Menyendok nasi untuk Gio dan menyuapkannya.

Gio menurut dan membuka mulutnya.

Dari kejauhan Kanza melihat pemandangan itu lalu tersenyum.

CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar