Kuingin Dilamarmu
2. Episode 2

6. EXT. HALAMAN KANTOR AT PRESS - PAGI HARI

Cast : Wardah, Sahrial

Zoom in

Wardah memarkirkan motor tepat di depan sebuah ruko berlantai dua. (Angel kamera menyorot papan nama bertuliskan "AT Press : Penerbit Indie dan semi mayor") di samping pintu ruko berdiri tegak seorang lelaki berkemeja lengan panjang berwarna merah marun motif garis-garis.

(Wardah menghela napas berat)

VO (Wardah) :

Cowok yang mirip Ojan Sketsa di samping pintu kantor AT Press itu namanya Sahrial Pratama Harahap. Posisinya sebagai pemimpin redaksi. Orangnya ngegasannya subhanallah banget. Telat kirim hasil editan aja bisa ngamuk satu jam. Ya gue maklum sih, orang Batak.

Dengan agak malas Wardah menghampiri pemrednya itu.

Wardah :

Pagi, Pak Sahrial. Makin ganteng aja deh. Mirip pemain sinetron.

Sahrial :

(Menatap sinis Wardah) nggak osah lah kau muji-muji aku. Jam berapa ini? Kenapa baru datang sekarang?

Wardah :

(Menundukkan kepala). Maaf Pak, bisalah Mama Muda rempong ngurus anak dan rumah dulu.

Sahrial :

(Membuang napas kesal). Untung aku ini penyayang wanita terlebih Mamak-mamak. Makanya kau berulang kali aku maafkan. Ya sudah sana kerja. Saya sudah kirim banyak kerjaan baru ke email.

Wardah :

Terima kasih, Pak.

Wardah melangkah masuk ke kantor AT Press.

VO (Wardah) :

Kantor AT didirikan oleh Nazneen Faiha. Desain sangat sederhana. Dari luar nampak seperti ruko biasa dengan dua lantai. Namun, bagian dalamnya dia bikin selayaknya rumah yang nyaman ditinggali. Biar semua karyawan AT menjadikan kantor sederhana ini sebagai rumah kedua meŕeka.

Akan gue jelaskan bagian-bagian kantor AT. Di lantai satu ada ruang tamu, terdapat sofa model sudut jati. (Angel kamera menyorot ruang tamu) Konon kata internet, model yang seperti ini lagi ngetrend. Selain ada sofa, terdapat pula 3 rak buku dengan isi lengkap novel-novel loka koleksi pribadi. Tujuan agar semua karyawan saat waktu senggang, meluangkan untuk baca buku. Masa kerja di penerbitan tapi gak pernah baca buku? Masih lantai satu, ada pula dua ruang kerja karyawan. Karyawan cowok dan karyawan cewek dipisah biar mereka fokus kerja tanpa ada tatap-tatapan mata atau saling modusin rekan kerjanya yang lain. Di sebelah ruang kerja karyawan, ruang pribadi CEO.

Lanjut lantai dua. Ada dua kamar istirahat. Kamar istirahat cewek, perabotannya ada kasur, serta meja rias yang lengkap berbagai peralatan make up. Aku sendiri selain bisnis penerbitan, terlebih dahulu bisnis make up. Sedangkan kamar istirahat cowok, selain kasur dan televisi, ada PS buat main game. Ada yang bilang, cowok itu butuh main game terlebih dahulu agar melahirkan ide-ide segar dalam bekerja. Sebelah kamar istirahat ada musala dan kantin mini. Di kantin mini ini ada meja makan besar bisa untuk 6 orang bersama. Lalu, ada pula rak besar special menyimpan bahan makanan serta berbagai cemilan. Jadi mereka jika lapar tinggal mengambil sesuka hati. Aku tak mau karyawanku kelaparan saat bekerja.

Kok tak ada toilet atau kamar mandi? Setiap kamar sudah ada kamar mandi sekalian toiletnya.

CUT TO

7. INT. RUANG KERJA - SIANG HARI

Cast : Wardah dan Ranti

CU : Menampilkan layar komputer buka gmail. Wardah menggerakkan kursor mendownload satu per satu email Sahrial.

Ranti :

Mbak, editan naskah Eternal Sunshine udah selesai? Pakpim udah minta saya harus layout dan bikin cover hari ini juga.

Wardah :

Tenang aja, udah kok.

Wardah membuka tasnya untuk mencari flashdisk.

CU : Menyorot isi tas Wardah. Ada power bank, HP, dompet, lipstik, bedak, parfum, sampai tiket karcis.

Wardah :

Loh, kok nggak ada sih?

Ranti :

Ketinggalan di rumah kali.

Wardah

(Menepuk jidat) oh iya gue baru inget tadi malam gue ngantuk berat sampe lupa copot Flashdisk dari laptop.

Ranti :

Aduh, gimana dong? Pakpim udah minta kudu dilayout hari ini juga.

Wardah :

Ya udah gue pulang dulu ambil FD. Kalau Pakpim nanya bilang aja ambil FD.

Ranti :

Oke deh.

CUT TO

8. EXT. TERAS KONTRAKAN -SIANG HARI.

Cast : Wardah, Arianto, Luthfi, dan Nazieb

Terperanjat melihat suami yang menghilang selama 4 tahun ada di teras kontrakannya. Wardah menatap sinis Arianto.

Wardah :

Ngapain lu ke sini? Masih inget pulang lu?

Arianto :

Wardah, maafin aku karena nggak pernah pulang dan nggak ngabarin kamu selama 4 tahun.

Wardah :

Maaf lu sudah telat.

(Arianto berlutut di samping Wardah.) Wardah cuek dan terus melangkah lalu membuka pintu. Ketika Wardah mau masuk ke rumah, Arianto mengikuti, tiba-tiba berbalik badan.

Wardah :

Stop. Lu nggak osah ngikutin gue. Lu tunggu di teras aja.

CUT BACK TO :

Wardah ke kamar untuk mengambil flashdisk, amplop cokelat besar dan beberapa lembar foto. Wardah kembali ke teras kontrakan.

Wardah :

Gue nggak punya hanyak waktu. Gue balik ke rumah cuma buat ambil flashdisk doang, berhubung ada lu nih gue kasih surat penting. Sekalian tolong ditandatanganin.

Wardah memberikan amplop cokelat besar di tangan kanannya ke Arianto. Arianto membuka amplop tersebut dengan raut wajah bingung.

CU : menyorot kertas bertuliskan "surat gugatan cerai."

Arianto

Whats? Surat gugatan cerai? Nggak bisa gitu dong. Ini namanya keputusan sepihak. Gue nggak setuju.

Wardah

(Melotot) Kenapa nggak bisa? Lu menghilang tanpa jejak selama 4 tahun. Secara agama, ketika suami nggak memberikan nafkah lahir batin selama 3 bulan maka sudah jatuh talak.

Arianto

Tapi gue bisa jelasin kenapa nggak ngabarin lu selama 4 tahun.

Wardah

Mau jelasin ini? (Wardah mengangkat tangan kirinya)

CU : menyorot foto Arianto bermesraan dengan wanita seksi.

Wardah

Alasannya karena lu di Kalimantan nikah lagi sama cewek seksi.

Arianto

E ... anu ... (Arianto tergagap bingung jawab apa. Ia menggaruk kepala. Camera moving menyorot rambutnya yang botak.)

Nazieb

Mama, kenapa ribut-ribut? Om ini siapa?

(Wardah membalikkan badan. Terkejut melihat Nazieb datang secara tiba-tiba.)

Nazieb :

(Ekspresi bingung sambil memandang ke arah Arianto.) Ma, Om ini siapa? Kenapa Mama marah-marah sama Om ini?

VO (Wardah) :

Mampus, kenapa Nazieb mesti pulang jam segini? Gue mesti jawab apa? Nggak mungkin kan gue bilang cowok di depannya itu bapak kandungnya? Nggak. Nazieb nggak boleh tau soal bapak kandungnya.

Wardah berpikir keras menjawab pertanyaan Nazieb. Sesaat muncul ide. Ia tersenyum.

Wardah :

Om, ini cuma sales produk kecantikan. Dia ngotot jual barangnya, tapi Mama nggak mau beli. Akhirnya Mama marah deh. Kamu masuk ke rumah duluan sama Om Luthfi ya. Nanti Mama nyusul. Mama mau ngomong sama Om ini dulu.

(Camera menyorot Nazieb masuk ke rumah bersama Luthfi.) Wardah menarik tangan Arianto dan membawanya ke belakang rumah.

Cut to

9. EXT. TANAH KOSONG BELAKANG KONTRAKAN - SIANG HARI PUKUL 14. 20.

CAST : WARDAH DAN ARIANTO

Arianto :

Tolong jelasin ke aku, anak kecil tadi siapa? Anak kita?

Wardah :

(Mamandang sinis) lu nggak perlu tau dia siapa.

Arianto :

Ya jelas aku harus tau dia siapa. Kalau anak kita, aku mau ketemu dia. Aku kangen sama dia.

Wardah :

(Melotot tajam) lu bilang kangen setelah meninggalkan gue pas Nazieb masih bayi umur 1 tahu, terus di sana malah enak-enak nikah lagi sama cewek lain.

Arianto :

Soal itu aku minta maaf. Makanya aku pulang untuk memperbaiki semuanya. Aku ingin membahagiakan kamu dan anak kita lagi.

Wardah :

Buat apa lu hadir lagi dalam hidup gue, sedang gue nggak membutuhkan lu lagi. Kami sudah bahagia tanpa lu. Mending sekarang lu pulang! Gue enek liat muka lu!

Arianto :

Nggak. Gue mau ketemu anak gue dulu.

Wardah :

(Menahan tangan Arianto) pergi sekarang atau gue telepon satpam komplex. (Wardah dengan nada tinggi)

Kebetulan satpam lewat depan rumahnya.

Wardah :

Pak. (Teriak Wardah sambil melambaikan tangannya)

(Camera menyorot ke satpam)

Satpam :

(Merasa ada yang memanggil, dia mendekati Wardah). Bu Wardah memanggil saya? Ada apa ya?

Wardah :

Ini cowok daritadi ganggu saya terus. Tolong bawa dia ke kantor polisi.

Satpam :

Siap. (Menarik tangan Arianto, tapi Arianto menepis dengan kasar."

Arianto :

Nggak osah pegang-pegang. Gue bisa pergi sendiri.

(Pandangan Arianto tertuju ke Wardah) Oke, kali ini gue pulang dulu. Entar gue balik lagi. Terus gitu sampai lu mau kembali sama gue.

Wardah bernapas lega akhirnya Arianto pulang. Ia kembali masuk ke rumah.

Luthfi :

Berhubung udah ada mamamu dan Mbak, Om pulang dulu ya. Mau balik kerja.

Nazieb :

Hati-hati di jalan ya, Om. Besok kita makam ice cream lagi ke mall.

Wardah bernapas lega Nazieb nggak kepo aneh-aneh soal Arianto.

Cut to.

10. INT. RUMAH LUTHFI -SORE HARI 15.00.

CAST : LUTHFI DAN ARIANTO

(Camera menyorot ruang tamu rumah Luthfi. Ada sofa, lemari kaca, televisi, beberapa lukisan)

Arianto :

(Membanting tubuh ke sofa). Kezel banget gue sama Wardah. Gue mau ketemu anak gue aja, malah dipanggil satpam.

Luthfi :

(Menutup pintu) Mbak Wardah pasti butuh waktu lah buat mempertemukan lu sama Nazieb. Nazieb dari lahir nggak tau bapaknya masa tau-tau lu nongol ngaku sebagai bapaknya?

CU :

Arianto menatap curiga Luthfi.

Arianto :

Kok lu belain dia sih? Gue curiga, jangan-jangan selama gue pergi, lu pacaran sama Wardah ya?

CU :

Luthfi berhadapan dengan Arianto. Ekspresi Luthfi marah.

Luthfi :

Lu nggak osah ngadi-ngadi ngefitnah gue ya. Gue tuh deket sama Mbak Wardah sebatas bantuin dia gedein Nazieb juga. Itu gegara ulah lu menghilang tanpa jejak selama 4 tahun lebih. Ah, udah lah, gue capek ngomong sama lu. Gue mau balik kerja aja.

Luthfi keluar rumah sambil membanting pintu.

CUT TO.

11. INT. RUMAH KONTRAKAN - MALAM HARI PUKUL 21.00.

CAST : WARDAH DAN NAZIEB

Wardah berbaring di sebelah Nazieb. (Camera menyorot Wardah dan Nazieb di tempat tidur mengenakan piyama yang sama.)

Wardah :

Nazieb sebelum bobo, mau cerita dulu nggak? Bisa cerita soal hal seru di sekolah atau pas lagi diajak Om Luthfi ke mall.

Nazieb :

Oh iya, Ma. Lusa di sekolah ada acara pentas seni spesial Hari Ayah. Semua murid harus mempertunjukkan bakatnya untuk Ayah. Aku bingung, Ma. Nggak tau harus pentas apa buat Ayah, kan aku selama ini nggak punya Ayah.

CU :

Nazieb ekspresi wajah sedih.

VO :

Aduh, gimana ya? Gue nggak mungkin minta Arianto yang datang ke sekolah Nazieb.

(Otaknya berpikir keras. Akhirnya ingat Luthfi.)

Wardah :

(Mengusap wajah Nazieb). Kamu jangan sedih ya. Nanti Mama minta Om Luthfi buat pura-pura jadi ayahmu. Kamu bisa menujukkan bakat nyanyimu, Sayang. Kamu nyanyi buat Om Luthfi. Gimana?

Nazieb :

(Tatapan matanya berbinar) serius, Ma. Om Luthfi datang ke sekolahku jadi papaku.

Wardah :

Sekarang kamu tidur ya.

Cut to.

12. INT. RUANG TAMU RUMAH KONTRAKAN - MALAM HARI 21.15.

Wardah menutup pintu kamar Nazieb. Lalu ia melangkah dan duduk di sofa.

CU :

(Camera menyorot HP di meja) Wardah mengambil HP itu untuk menelepon Luthfi.

Intercut :

Wardah :

Hallo, Luth. Maaf nih, Mbak nelepon malam-malam.

Luthfi :

Iya, nggak apa. Ada apa, Mbak? Nazieb nggak sakit kan?

Wardah :

Nggak kok. Dia baik-baik aja. Udah tidur pules malah.

Luthfi :

Syukurlah. Terus ada apa menelepon?

Wardah :

Lusa ada acara nggak?

Luthfi :

Lusa itu hari Sabtu ya? Nggak ada acara sih. Apalagi kantor libur. Kenapa?

Wardah :

Tadi Nazieb bilang lusa ada acara pentas seni spesial Hari Ayah. Kamu mau nggak datang ke sana pura-pura jadi ayahnya?

Luthfi :

Loh, kenapa harus aku, Mbak? Kan Mas Arianto udah pulang, kenapa Mbak nggak minta dia aja yang datang ke sekolah Nazieb.

Wardah :

Aku nggak bisa semudah itu bilang ke Nazieb ayahnya sudah pulang. 4 tahun meninggalkan dia terus tau-tau nongol, gimana rèaksi Nazieb coba?

Luthfi :

Bener juga sih. Ya udah, aku mau datang ke sekolah Nazieb pura-pura jadi ayahnya. Lagipula aku udah anggep Nazieb sebagai anakku sendiri. Itung-itung belajar jadi ayah.

Wardah :

Makasih, Luthfi. Kamu baik banget sih. Mbak beruntung punya adik ipar kayak kamu ya walau buntung punya suami kek Arianto.

Luthfi :

Hehehe ... Mbak bisa aja. Ya udah aku tutup dulu ya teleponnya. Ngantuk soalnya.

CUT TO.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tega banget, sih, udah 4 tahun nggak ada kabar, tiba-tiba nongol lagi 🤭
3 tahun 1 bulan lalu