Jangan Pilih Saya
9. Bagian #9
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

65. INT. GEDUNG KAMPUS - PAGI

Hartono (35) berjalan di lorong. Ia tergesa-gesa dan selalu memastikan bahwa ia tidak diikuti. Ia masuk ke dalam salah satu kelas.

66. INT. KELAS - PAGI

Hartono bertemu dengan Jaya (19) dan Rian (19).

HARTONO

Ini denah jalan mana saja yang dijaga polisi.

Ia memberikan berkas kepada Jaya.

HARTONO (CONT)

Kalian lewat jalan yang saya kasih warna biru kalau mau demo. Katanya disitu nggak dijaga sama polisi.

Jaya menerima berkas itu.

JAYA

Terimakasih pak.

HARTONO

Iya. Kalian harus hati-hati.

Jaya dan Rian keluar kelas.

67. EXT. JALAN RAYA - SIANG

Rian dan Jaya berdemonstrasi bersama Asep (19), Yudi (17), Budi (19) dan juga mahasiswa lainnya. Jaya yang berjalan paling depan membentangkan kain bertuliskan REFORMASI HARGA MATI.

Mereka diikuti oleh mahasiswa dari berbagai universitas di belakangnya.

Hasan (19) berbaris di brigade polisi. Terlihat bahwa dia masih siswa polisi dan bertugas menghadang mahasiswa yang datang.

JAYA

Reformasi!

MAHASISWA

Harga mati!

JAYA

Turunkan Soeharto!

(beat)

Reformasi!

MAHASISWA

Harga mati!

Tiba-tiba sebuah peluru melesat mengenai dada kiri Jaya. Jaya langsung terkapar berdarah-darah.

Suara tembakkan bersahut-sahutan. Mahasiswa menjadi ricuh dan menyelamatkan diri masing-masing. Mereka berlari tak tentu arah.

Brigade polisi, termasuk Hasan mulai mengejar para mahasiswa

Asep, Rian, Yudi, dan Budi juga berlari menyelamatkan diri. Mereka bersembunyi di sebuah ruko.

Rian melihat Jaya yang sudah meninggal terkapar di jalan.

RIAN

Jaya!

Rian berusaha berlari ke arah jaya tapi ditahan Asep.

ASEP

Jangan yan! Tunggu kondusif!

Rian mencengkram jas almamater Asep.

RIAN

Lu tega liat temen lu mati begitu aja?!

(beat)

Kalo bukan kita siapa yang mau nyelametin dia!

ASEP

Tapi nggak sekarang!

Hasan menghampiri jasad Jaya. Hasan menyeret jasad Jaya dan meletakkannya di pinggir jalan.

BUDI

Liat! Jaya dibawa polisi!

Hasan melihat ke arah Rian bersembunyi. Rian melihat Hasan, pandangan mereka bertemu.

Banyak mahasiswa yang tertangkap dan dibawa polisi.

CUT TO

68. EXT. JALAN RAYA - MALAM

Rian, Budi, Yudi, dan Asep keluar dari tempat persembunyian. Suasana sudah kondusif dan sudah tidak ada polisi yang berkeliaran.

Mereka berjalan menuju jasad Jaya.

Mereka berkaca-kaca.

YUDI

Mas Jaya…

RIAN

Kita bawa aja jenazahnya. Kita kembalikan ke orang tuanya malam ini.

Mereka mengangkat tubuh Jaya. Kini Budi menggendong Jaya.

Hasan datang, ia masih menggunakan pakaian pasukan anti huru hara.

Mereka terkejut dengan kedatangan Hasan.

ASEP

Mau apa lu kesini?

Hasan melihat Budi yang menggendong Jaya.

HASAN

Saya tau jalan yang nggak dijaga. Ikut saya nanti kalian bisa aman dan antar dia ke orang tuanya.

RIAN

Kenapa kita harus percaya sama kamu?!

HASAN

Karena saya juga udah muak sama keadaan seperti ini.

FLASHBACK END

69. INT. RUMAH RIAN - RUANG TAMU - pagi

Matahari belum terbit sempurna. Rian masih tertidur di sofa dan masih memakai pakaian yang sama di SCENE 64.

Rian membuka matanya sambil terkejut.

Rian duduk sambil berpikir.

70. INT. RUMAH RIAN - RUANG TAMU - MOMENT LATER

Matahari sudah terbit sempurna.

Rian masih di posisi yang sama.

Rian mengambil handphonennya. Ia menelpon Budi.

Tuuuuut... tuuuut.... Telepon diangkat.

BUDI (O.S)

(setengah tidur)

Halo.

RIAN

Bud, panggil Amin sama Tono ke rumah lu.

BUDI (O.S)

Buat apa?

RIAN

Buat Partai Seroja kalah sebelum bertarung.

BUDI (O.S)

(Semangat)

Beneran? Oke gue panggil mereka!

71. INT. RUMAH BUDI - SIANG

Rumah Budi sudah ramai dengan bapak-bapak berumur 40an. Mereka datang dan mengobrol dengan serius.

Rian masuk ke rumah itu. Budi mendatanginya.

BUDI

Oh, Yan.

Rian menangguk. Budi menahan Rian.

BUDI (CONT)

(bicara pelan)

Kenapa nggak di basecamp aja sih?

RIAN

Dijaga CCTV

(beat)

24 jam.

BUDI

(kesal)

Sialan, ngeselin juga itu orang.

Rian meninggalkan Budi.

Rian duduk dekat Tono dan Amin yang sedang mengobrol dengan Yudi.

RIAN

Ton, Min.

Tono dan Amin melihat Rian.

RIAN (CONT)

Makasih udah mau dateng.

TONO

Santai Yan.

AMIN

Jadi lu butuh bantuan apa?

72. INT. KANTOR MENTERI SUMBER ENERGI TERBARUKAN - SIANG

Hartono sedang menandatangani berkas.

Nancy mengetuk pintu.

HARTONO

Masuk.

Nancy masuk.

HARTONO (CONT)

Ada apa Nan?

NANCY

Saya ijin mau keluar sebentar pak.

Hartono menahan pulpennya di atas berkas yang ia tanda tangani.

Hartono melanjutkan menandatangani berkas.

HARTONO

Yaudah sana keluar.

NANCY

Baik terimakasih pak.

73. EXT. KANTOR MENTERI SUMBR ENERGI TERBARUKAN - SIANG

Nancy mengentikan taxi.

Taxi datang. Nancy naik taksi dengan buru-buru.

74. INT. RUMAH BUDI - SIANG

Amin

Ntar dulu, gue nggak salah denger?

RIAN

Nggak, kalian nggak salah denger.

(beat)

Kita bongkar korupsinya Hartono.

Tono

Yan, kita bukan mahasiswa kayak taun 98 Yan. Lu mau kita demo di depan kantornya Hartono?

Amin

Trus emang lu punya caranya?

Suara pintu diketuk.

Budi ke pintu.

Budi

(Ke sumber suara)

Siapa?

Budi membuka pintu dan melihat Nancy.

Nancy

Boleh saya masuk?

Budi

(bingung)

Oh, silahkan

Nancy masuk ke rumah.

Rian dan yang lainnya melihat Nancy.

RIan

Kenalin, Nancy.

(beat)

Sekretarisnya Hartono. Adeknya Jaya.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar