Imperfect Family
13. 13. Kobaran Api

73. INT. RUANGAN - MALAM

(SFX) Suara deras hujan dan gemuruh petir

Kita melihat Devan kecil tampak ketakutan karena melihat sesuatu di hadapannya.

DEVAN

(ketakutan)

A-ayah?

CUT TO:


74. INT. RUMAH LUSI YANG TERBENGKALAI - MALAM

Kita melihat suasana ruangan yang temaram, dicahayai oleh lilin yang menyala di atas meja usang. Di atas sofa lusuh, Devan tidur dengan gelisah di balik selimutnya. Kita melihat keringat yang mengucur di kening, napasnya juga terdengar bergemuruh hebat.


DISSOLVE TO:

75. INT. RUMAH BAGAS - RUANGAN - MALAM

Bagas berdiri di pojok ruangan yang gelap. Tubuh Bagas dipenuhi oleh darah dan sebuah gunting menancap di perutnya. Wajah Bagas terlihat pucat pasi.

Perlahan Bagas berjalan maju menghampiri Devan. Sementara, Devan berjalan mundur ke belakang.


BAGAS

Kenapa kamu cuma diam aja di sana?
Seharusnya kamu menyelamatkan ayah, Devan!


DEVAN

(menggeleng)

Enggak! Jangan mendekat!
Ayah udah mati!


Bagas CLOSE — Wajah Bagas tersenyum mengerikan.

Devan menangis. Dia menggeleng lemah saat tubuh mungilnya harus terperangkap di dinding. Tubuh Devan tampak kian bergetar takut saat melihat Bagas kian mendekat, ditambah tangan Bagas mencabut gunting yang menancap di perut. Lalu, mengarahkan gunting itu ke Devan. 


BAGAS

Seharusnya kamu yang pantas mati!
Dasar pembunuh!


Kita melihat Devan yang berteriak kencang ketakutan sambil melindungi tubuh dengan kedua tangannya.


DEVAN

JANGAAAN!


CUT BACK TO:


76. INT. RUMAH LUSI YANG TERBENGKALAI - MALAM

DEVAN

JANGAAAAN!


Devan membuka mata dan langsung terduduk di atas sofa. Sayangnya, tangan kiri Devan tak sengaja menyenggol lilin hingga terjatuh dan membakar ujung selimut usang yang menjuntai ke lantai. 


INSERT: Suasana ruangan yang gelap. Devan duduk di sofa lusuh, lalu menyalakan lilin di atas meja. Seketika, ruangan berubah menjadi terang oleh cahaya lilin. 


DEVAN Pov: Devan melihat ruang tamu yang terang dan bersih. Lusi tampak duduk di sampingnya dengan khawatir.


LUSI

Sekarang, kamu istirahat, ya.
Supaya pikiran kamu bisa tenang.


Devan mengangguk, lalu merebahkan tubuh ringkihnya di atas sofa. Menaikkan selimut hingga sampai ke dada sebelum menutup matanya.

FLASHBACK END


Devan panik bukan main. Dia berusaha untuk memadamkan api yang menyala dengan menginjaknya. Sayangnya, semakin lama api itu kian membesar, bahkan berhasil melahap sofa dan sebagian dinding.


LUSI

Dimas!


Devan menoleh dan terkejut saat menemukan Lusi, Yoyok, dan Dara yang telah terjebak di dalam kobaran api. Kita melihat Dara dan Yoyok yang saling berpelukan.


DARA

(menangis)

Gimana cara kite keluar dari sini, Yok?


YOYOK

(sesenggukan)

Aku yo ndak tahu.
Kenapa sampean tanya aku.


DEVAN

(cemas)

Lusi! 
Kamu tunggu di situ, aku akan cari cara buat selamatin kamu!


Devan dengan susah payah berjalan ke arah Lusi. Dia terbatuk. Sayangnya, Devan terjatuh dan terkejut saat sebuah kayu panas terjatuh tepat di depannya. Membuat kobaran api semakin membesar. 


LUSI

(menangis sambil menggeleng lemah)

Mas, kamu enggak perlu selamatin kita-kita.
Lebih baik, kamu sekarang pergi dari sini! 
Selamatin diri kamu, Mas!
Hidup kamu masih panjang, kamu bisa jalani hidup kamu dengan baik.
(beat)
Tanpa aku.


YOYOK

(mengangguk pilu)

Bener kata Lusi.
Aku seneng bisa kenal sama sampean, Mas.
Berkat sampean, aku jadi tahu kalau dunia ini indah.

(mengelap air mata)

Makasih ea.


DARA

(menempeleng kepala Yoyok)

Kayak tukul lo.


YOYOK

(tertawa getir)

Ea.


DARA

(sesenggukkan)

Coboy Junior.


YOYOK

(menangis)

Ea ea ea


Kita melihat Dara dan Yoyok kembali saling berpelukan dan menangis. Suaranya terdengar begitu menyayat hati.

Devan menggeleng.


DEVAN

(sedih sekaligus panik)

Enggak!
Aku enggak akan ninggalin kalian!
Aku akan menyelamatkan kalian!


Devan bangkit dan berniat untuk menorobos kobaran api untuk menyelamatkan mereka. Namun, baru akan menerobos, Aruna dengan sigap menarik kuat tangan Devan hingga sampai tubuh Devan kembali terjatuh di lantai.


ARUNA

(memekik)

LO UDAH GILA, YA?
LO MAU MATI?


Devan kembali bangkit dan berniat menerobos kobaran api.

Devan POV — Melihat Lusi, Dara, dan Yoyok yang tampak sedih.


DEVAN

Jangan halangin gue!
GUE MAU MENYELAMATKAN MEREKA!


Aruna kembali mendorong tubuh Devan ke belakang.


ARUNA

Buka mata lo, Van!
Semua yang lo liat itu cuma halusinasi.

(more)


Aruna POV — Kita tidak melihat adanya Lusi, Dara, dan Yoyok. Yang ada hanyalah kobaran api yang semakin membesar.


ARUNA (CONT’D)

(suaranya sudah merendah)

Gue mohon…
Lo harus bisa terima semua kenyataan ini, Van.


Aruna tampak menitikkan air mata saat melihat Devan yang frustrasi.


ARUN

Lusi udah enggak ada, Van!


Mendengar itu, Devan berteriak histeris. Dia kembali bangkit dan berniat menerobos kobaran api lagi.

Aruna menahan Devan, lalu menampar cowok itu. 


ARUNA

Sadar, Van!
Lo harus sadar!


SLOW MOTION ON:

Kita melihat Devan menjerit, menangis, dan berontak saat Aruna menarik paksa Devan keluar rumah. 


Devan POV — Terlihat Lusi, Dara, dan Yoyok yang sedih dan melambaikan tangan ke arahnya. Yang kemudian api besar melahap mereka.

CUT TO:


77. EXT. RUMAH LUSI - PEKARANGAN RUMAH - MALAM

Terlihat banyak warga yang menyaksikan kebakaran itu dari luar rumah. Ada juga beberapa pemadam kebakaran yang berlalu-lalang berusaha memadamkan api.

Devan menangis pilu dan jatuh berlutut melihat rumah Lusi yang telah terbakar habis. 


DEVAN

(menjerit histeris)

LUSIII!


Devan terus menjerit, hingga tak lama setelahnya dia merasakan sakit pada kepalanya. Devan terjatuh ke atas tanah sambil merintih dan memegangi kepalanya. 


POV Devan : Samar-samar, kita melihat dan mendengar Aruna yang panik sambil mengguncang tubuh dan memanggil nama Devan. Setelahnya, Devan tak sadarkan diri.

CUT TO BLACK SCREEN


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar