Imperfect Family
6. 6. Rumah Kosong

ACT 2


31. INT. RUMAH EYANG - RUANG TENGAH - PAGI

Ayu tampak menyapu ruang tengah. Cinta keluar kamar dengan menggendong tas ransel dan laporan tugas di tangan.


CINTA

Tante, Cinta berangkat dulu, ya.


Cinta mencium tangan kanan Ayu.


AYU

(heran)

Loh, emangnya profesor Dito udah pulang ke Jakarta?
Bukannya kamu bilang beliau lagi ke luar kota selama seminggu.
Ini, kan, baru tiga hari?


CINTA

Udah, Tan.
Profesor Dito mah memang gitu.
Enggak bisa di tebak.
Plus …

(berbisik)

Aneh.


AYU

Hus, enggak boleh ngomong gitu.


Cinta langsung terkekeh. Kita melihat Dimas keluar kamar memakai jaket biru kesayangannya, lalu menutup pintu kembali. 

Cinta CLOSE: Cinta tersenyum senang melihat Dimas.


CINTA

Mas, gue berangkat, ya.


Dimas duduk di kursi dan menyalakan TV.


DIMAS

(tanpa menatap Cinta)

Hmm … 


CINTA

(ke Ayu)

Titip Dimas, ya, Tan.


Ayu mengangguk sambil tersenyum.


AYU

Iya, Cinta.


Maka Cinta berjalan, tapi balik lagi.


CINTA

Tan, good luck, ya.


Ayu tersenyum sambil geleng-geleng kepala.


AYU

Iya.
Udah sana nanti kamu dimarahi Profesor Dito kalau terlamabat.


Maka Cinta pun mengacungkan jempol sambil berlalu.


CUT TO :


ESTABLISH : Tampak sebuah rumah sederhana yang catnya sudah pudar dan tak terawat.

32. EXT. DEPAN RUMAH KOSONG - SIANG

Ayu dan Dimas berada di depan pagar sebuah rumah yang tampak kosong. Sebuah papan bertuliskan ‘DIJUAL’ tertempel di sana.


DIMAS

(bingung)

Ini rumah Devan?
Kenapa rumahnya kosong?


Ayu mengangguk.


AYU

Iya, ini rumah Devan, Mas.
Devan itu anaknya teman mamah.
Mamah juga nggak tahu kenapa rumah ini dijual.
Udah 15 tahun mamah Enggak ketemu sama dia. Udah lama banget, kan?


Ayu menoleh ke Dimas yang masih celingukan memperhatikan rumah tersebut.

CUT TO:


33. INT. RUMAH SAKIT JIWA HARAPAN - RUANGAN - SIANG

Cinta duduk di depan dr. Dito yang sedang memeriksa laporan tugasnya dengan fokus. Sebuah papan nama bertuliskan ‘Prof. Dr. dr. Dito, Spkj’ di atas meja.

Dokter mengangguk-angguk sambil membenarkan letak kaca matanya yang sedikit melorot.


DOKTER DITO

Bagus. Bagus.
Ada kemajuan.


Cinta tersenyum senang.


CINTA

Makasih, Prof.


DOKTER DITO

Pastikan jangan sampai mengalami kemunduran lagi.


Tampak dokter Dito menanda tangani laporan milik Cinta.


CINTA

Baik, Prof.

CUT BACK TO:


34. EXT. DEPAN RUMAH KOSONG - SIANG

Ayu dan Dimas masih berada di depan pagar rumah kosong.


AYU

Ayo, Mas.
Kita pulang aja.


Bukannya menjawab, Dimas malah melompati pagar yang membuat Ayu terkejut.


AYU

Mas, kamu mau ke mana?


Lagi-lagi Dimas tak menjawab dan meninggalkan Ayu yang masih berada di luar pagar. Ayu pun mencari cara untuk bisa masuk ke dalam.

CUT TO:


35. INT. RUMAH KOSONG - SIANG

Kita melihat Dimas berhasil masuk ke dalam rumah kosong yang pintunya tak dikunci. Tampak sebuah ruangan kosong yang berdebu dan sarang laba-laba memenuhi ruangan. Dimas terus melangkah masuk jauh lebih dalam. 

CUT TO:


36. INT. RUMAH BAGAS - RUANGAN - SIANG

Dimas memasuki sebuah ruangan kosong yang berdebu. Tampak sebuah meja kayu yang telah usang yang agaknya sengaja ditinggalkan oleh sang pemilik. 

Mata Dimas memandang sekeliling ruangan, hingga menemukan sebuah kartu di bawah meja. Dimas pun mengambil kartu itu yang merupakan sebuah kartu nama dan tertegun saat membaca nama tersebut.

CU: Kartu nama bertuliskan ‘Prof. Dr. dr. Dito, Spkj’ seorang Psikiater yang berpraktek di Rumah Sakit Jiwa Harapan

Dimas membalik kartu nama tersebut dan terkejut saat menemukan sesuatu.


DIMAS

Devan Prakoso

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar