Imperfect Family
12. 12. Halusinasi

69. INT. RUMAH LUSI - RUANG TAMU - SIANG

Devan membuka pintu rumah Lusi dengan cemas. Deru napasnya memburu, keringat mengucur, dan matanya menjelajah cemas ke seluruh penjuru rumah yang tampak berdebu dan tak terawat.

Devan berlari ke arah ruang tengah dengan panik.


DEVAN

Lusi.


Kita melihat ruang tengah rumah Lusi yang tampak kosong dan juga tak terawat. 

Devan kembali berlari ke arah dapur.


DEVAN

Yoyok.
Dara!


Tampak dapur yang dipenuhi oleh sarang laba-laba dan juga debu.

Devan menggeleng lemah.


DEVAN

Enggak.
Enggak mungkin.


Devan kembali berlari ke ruang tamu.


DEVAN

(mencari kian panik)

Lusi, kamu di mana?


Kita melihat sebuah poster aktor korea yang telah sobek dan lusuh saat Devan melewatinya.


DEVAN

LUSI.


Devan berdiri mematung di ruang tamu. Matanya terus menjelajah ke arah ruangan yang tampak kotor dengan dinding yang telah menguning. Devan menggeleng. Air mata megalir di pipi, menjambak rambutnya dengan frustrasi, lalu tubuhnya merosot jatuh dengan dua lutut menopang tubuh ke atas lantai. Devan berteriak frustrasi.


DEVAN

(berteriak kencang sambil menangis)

Aaarrrgggh!


Devan tertunduk, memukul-mukul lantai sambil menangis.


DEVAN

(menggeleng)

Enggak.
Ini enggak mungkin terjadi!

(berteriak histeris)

Lusi, kamu di mana, Lusi? (terisak)


(SFX) Suara pintu berderit.

Devan langsung mengangkat kepalanya. 

Devan POV — Kita melihat ruangan yang telah kembali bersih dan rapi. 


CUT TO:

70. EXT. RUMAH LUSI - TERAS - SIANG

Dara cekikikan sembari dengan sengaja menyenggol tubuh Yoyok yang tampak pucat. Sementara Lusi masih memegang tuas pintu, hendak masuk ke dalam rumah, tangan kanannya membawa sebuah paper bag.


YOYOK

Heh, Dara kotor!
Sampean ini loh bisa ndak sih, ndak senggol-senggol aku?
Kepala aku ini loh masih pening gara-gara baru pertama kali ke mall naik kalkulator!


Dara tertawa.


DARA

(menarik kumis Yoyok yang langsung ditepis Yoyok)

Heh, kumis lele!
Sejak kapan ekskalator jadi kalkulator?
Hahaha …
Lo kate mau ngitung panjang kumis lo pake kalkulator!
Hahahaha …


Lusi CLOSE - menggeleng sambil tersenyum


LUSI

Udah, nggak usah berantem!
Ayo, masuk!


CUT BACK TO:


71. INT. RUMAH LUSI - RUANG TAMU - SIANG

Devan mengelap air matanya dengan jaket biru, lalu buru-buru bangkit saat matanya menemukan Lusi di depan pintu. 


LUSI

(heran)

Loh, Mas?
Dari kapan kamu ada di—


Devan langsung menghampiri dan memeluk Lusi. Kita melihat Dara menggeleng dan berdecak.


DARA

Ayo, Yok!
Mending kite cobain baju yang kite beli tadi.
Daripade di sini cuma jadi nyamuk!


Yoyok mengangguk, tapi langsung terkejut saat tiba-tiba Dara menarik kerah bajunya untuk segera meninggalkan Lusi dan Dimas.


Devan melepas pelukannya. Lalu, memegang kedua bahu Lusi.


DEVAN

(cemas)

Kamu enggak apa-apa, kan?
Kamu ke mana aja?
Aku dari tadi nyariin kamu?


LUSI

Aku abis dari mall.
Bukannya tadi aku udah kasih tahu kamu, ya.

(more)


Lusi memperhatikan Devan yang tampak pucat.


LUSI (CONT’D)

Kamu kenapa, Mas?


Lusi memegang tangan Devan, lalu membawanya duduk di sofa. Setelah itu, mengeluarkan air mineral dari paper bag dan memberikannya ke Devan.


LUSI

Minum dulu, Mas.


Devan menerima dan meneguk air mineral pemberian Lusi. 


LUSI

Sekarang, ceritain ke aku.
Kamu abis dari mana dan ketemu sama siapa?


DEVAN

(memegang bahu Lusi)

Aku abis ketemu Prof. Dito. 

(beat)

Profesor bilang, kamu, Yoyok, sama Dara cuma imajinasiku.
Kalian enggak nyata. (bergetar)


LUSI

(terkejut)

Apa? 


INSERT: Di dinding ruang tengah, Dara dan Yoyok sama-sama terkejut dan membekap mulut mereka.

Yoyok menatap takut Dara di sampingnya.


YOYOK

Itu berarti sampean dedemit.


DARA

(memukul bahu Yoyok)

Heh, kumis lele!
Itu kuping lo sumpel pake kumis ape ye?
Lo kagak denger?
Dimas bilang kalau lo juga kagak nyata.


Devan bangkit. Dia menangis. Suaranya sedikit bergetar.


DEVAN

Mereka bilang kalau aku itu Devan, bukan Dimas.
Aku mengidap skizofrenia yang enggak bisa membedakan mana halusinasi dan mana kenyataan.

(beat)

Bulshit! (berteriak)
Mereka itu pembohong!
Buktinya sekarang, kamu ada di depan aku.
Aku bisa berbicara sama kamu dan …
(Devan kembali duduk dan menyentuh dua bahu Lusi) menyentuh kamu kayak gini.

(more)


Devan memeluk Lusi sambil menangis terguguk.


DEVAN (CONT’D)

Aku enggak mau kehilangan kamu lagi.


INSERT: Dara dan Yoyok tampak terharu. 

Yoyok mengusap air matanya yang jatuh di pipi dengan kumisnya. Sementara Dara sesenggukkan.


Lusi bungkam sambil membalas pelukan Devan dan membiarkan Devan menangis dipelukannya. 

CUT TO:


72. INT. RUMAH LUSI - RUANG TAMU - SIANG

Kita melihat Lusi yang menyelimuti tubuh ringkih Devan yang tertidur di atas sofa. Lalu, menatap wajah pucat Devan dengan khawatir.

Dara dan Yoyok datang. Mereka tampak cemas.


LUSI

(ke Dara dan Yoyok di belakangnya)

Biarin Dimas tidur.
Dia butuh istirahat supaya pikirannya kembali tenang.


DISSOLVE TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar