Imperfect Family
1. 1. Cita-cita

ACT 1


FADE IN

01.EXT. LIMBO - PAGI/MALAM

MUSIC TECHNO mulai

Foto Polaroid menampilkan foto-foto Ayu, Bagas, Dimas, dan Eyang Putri.

Beberapa QUICK CUTS foto-foto:

  1. Ayu dan Bagas menikah. Keduanya terlihat bahagia.
  2. Di rumah sakit, Dimas baru lahir digendong oleh Ayu yang duduk di atas ranjang diapit oleh Eyang Putri berusia sekitar 40 tahunan di sebelah kanan dan Bagas serta ibu mertua Ayu di samping kiri. Mereka tampak tersenyum bahagia.
  3. Dimas usia satu tahun sedang menangis, di sampingnya Bagas berusaha menenangkan.
  4. Dimas usia dua tahun sedang bermain mobil-mobilan dengan ibu mertua Ayu.
  5. Dimas usia tiga tahun sedang merayakan pesta ulang tahun. Dimas sedang meniup lilin diapit oleh Ayu dan Bagas. 
  6. Dimas usia empat tahun mengenakan seragam diapit oleh Ayu dan Bagas di depan halaman TK. Mereka tampak tersenyum bahagia
  7. Dimas usia lima tahun dengan wajah tanpa senyum sedang diapit Ayu dan Eyang Putri di taman bermain. 

DISSOLVE TO:

Foto Polaroid menunjukkan Ayu yang mengenakan baju tahanan. Kedua tangannya membawa sebuah papan identitas yang bertuliskan ‘Ayu Wandira, Pasal 338 KUHP’ dengan background tinggi badan 160cm. 

(SFX) Suara SHUTTER KAMERA.

INVISIBLE WIPE ON

Foto Ayu dengan baju tahanan tersebut masuk dalam berita koran harian KEMPES tahun 2007 dengan judul headline “SEORANG ISTRI TUSUK SADIS SANG SUAMI SAMPAI INNALILLAHI. KOK BISA? YA, BISALAH!” 

FADE OUT

OPENING TITLE : IMPERFECT FAMILY

ESTABLISH : Seluruh area rumah eyang Putri yang sederhana.


02. INT. RUMAH EYANG - DAPUR - PAGI

(SFX) Suara memasak.

Kita melihat Eyang Putri (60) sedang memasak nasi goreng untuk sarapan.

DIMAS (V.O.)

Ini Eyang Putri. Dari kecil, gue tinggal sama eyang di rumah ini. Eyang itu satu-satunya keluarga yang gue punya. Eyang juga selalu jadi penyemangat buat gue meraih cita-cita. Makannya, gue sayang banget sama eyang. 


(SFX) Suara blender

Di atas meja, Cinta (22) tampak sedang memblender buah. 

DIMAS (V.O.)

Dia Cinta, sahabat gue. Dia ngekos di rumah ini. Dia itu calon dokter yang lagi praktek di rumah sakit jiwa Harapan. Meski gue sama dia sering cekcok nggak jelas, tapi gue beruntung banget bisa punya sahabat kayak Cinta. Selain cantik dan pintar, Cinta selalu ada dan selalu siap buat jadi dokter pribadi gue tiap kali sakit kepala gue kambuh.


Tampak eyang dan Cinta yang masing-masing sibuk menyiapkan sarapan.

CUT TO

02. INT. RUMAH EYANG - KAMAR DIMAS - PAGI

Terlihat kamar DIMAS (20) yang dindingnya bercat biru, tertempel kalender tahun 2022 dan poster penulis Indonesia ternama seperti; Tere Liye, Dewi Lestari, dan Raditya Dika. 

Dimas duduk di kursi belajar dengan jari-jemari mengetikkan sesuatu di layar ponsel. Di atas meja, terlihat sebuah foto pigura. Di dalam foto tersebut ada Dimas berusia sekitar 20 tahunan, berambut gondrong sebahu yang dikuncir setengah ke belakang diapit oleh eyang Putri dan Cinta.

DIMAS (V.O.)

Ini gue, Dimas. Umur gue 20 tahun. Gue suka warna biru. Hobi gue nulis. Gue itu penulis online yang cita-citanya kepengen banget jadi penulis terkenal yang karyanya disukai sama pembaca di seluruh Indonesia.


Bergeser sedikit ke kanan, ada juga foto pigura 16 tahun silam yang sedikit pudar, menampilkan foto Dimas berusia empat tahun mengenakan seragam sekolah, tampak tersenyum diapit oleh Bagas dan Ayu yang wajahnya telah dicoret-coret menggunakan spidol hitam.

(SFX) Suara NOTIFIKASI PONSEL.

CU: Layar ponsel Dimas yang menampilkan applikasi Kwikku. Terlihat profil Dimas yang bernama DIMAS ANGGARA, pengikut 30.000

Layar ponsel berubah menampilkan cerita Dimas yang berjudul Imperfect Family yang berstatus on going, 25 bab, 300k disukai, 800k pembaca.

CU: Jari Dimas mengklik tombol Upload.

Beberapa saat kemudian …

(SFX) Suara NOTIFIKASI PONSEL

Wajah Dimas tampak senang saat banyak komentar yang masuk pada ceritanya. 


DIMAS (V.O.)(CONT’D)

Gue suka banget nulis di platform online yang bernama Kwikku.
Di sini, karya gue banyak disukai sama pembaca.
Malahan, beberapa kali pernah muncul di beranda dan masuk dalam kategori pilihan editor.
Tiap kali gue upload bab baru dari cerita gue, pasti cerita gue langsung diserbu sama banyaknya komentar yang masuk dari pembaca kesayangan gue.
Kayak sekarang ini. Makannya, sebagai penulis favorit, gue wajib banget balesin satu persatu komen-komen dari mereka di bab novel yang baru aja gue upload.


CU: Menampilkan isi komentar dari para pembaca Dimas.

Alfian N. Budiarto: Ceritanya bikin penasaran. Kereeen banget!

Dimas Anggara: Terima kasih banyak.

Rika Kurnia: Ini chapter mengandung unsur penasaranable. Ditunggu kelanjutan ceritanya authornim.

Dimas Anggara: Siap.

Servita Rachma: Ceritanya bagus banget. Semoga ada penerbit yang mau meminang cerita ini ya. Semangat, thor!

CU: Jari-jemari Dimas tampak membalas komentar dari Servita Rachma.


DIMAS (V.O.)

Amiin ….


DIMAS (V.O.)

Impian gue itu sama kayak penulis-penulis lain.
Semua penulis pasti punya mimpi karyanya itu bisa terbit dan mejeng di toko buku.
Dan gue berharap banget suatu saat nanti ada penerbit yang mau meminang novel gue ini dan memajangnya di rak-rak toko buku se-Indonesia. 


EYANG PUTRI (O.S.)

Dimaas …
Ayo, sarapan dulu!


Dimas menoleh dan berteriak.


DIMAS

Iya, eyang!


CUT TO:

03. INT. RUMAH EYANG - DAPUR - PAGI

Kita melihat Dimas, Cinta, dan eyang Putri sedang menyantap sarapan nasi goreng di meja makan.

Dimas memakan nasinya dengan lahap.


DIMAS

(berbicara dengan penuh nasi di dalam mulut)

Nasi goreng buatan eyang emang paling enak.


CINTA

Kalau lagi makan, jangan ngomong!
Telen dulu tuh nasi!


DIMAS

Biarin!
Terserah gue, sirik aja lo!


CINTA

Ye … dibilangin kok ngeyel!


EYANG PUTRI

(menggeleng sambil tersenyum)

Kalian tuh, ya..
Di depan makanan tuh ndak boleh berisik!
Kita harus bersyukur masih dikasih rezeki sama Gusti Allah.


DIMAS

Tuh, dengerin!


CINTA

Ih, gue kan cuma kasih tau lo doang!


EYANG PUTRI

(menengahi)

Udah. Udah…
Ayo, makan lagi yang bener. Jangan berisik.


Hening. Mereka tampak memakan nasi goreng dengan lahap.


EYANG PUTRI (CONT’D)

Oh, ya. Gimana sama novel kamu, Mas?
Lancar?


DIMAS

Lancar dong, Yang. Dimas kan penulis favorit di Kwikku. Jadi, Dimas harus rajin update, biar pembaca makin suka sama cerita Dimas.


CINTA

(mencibir)

Baru kayak gitu aja udah sombong.


DIMAS

(menjulurkan lidah)

Iri bilang, Bos!


Eyang Putri terlihat tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat Dimas dan Cinta yang terus saja saling meledek.

(SFX) Suara notifikasi ponsel

Dimas merogoh dan mengambil ponsel yang disimpan di dalam saku celananya. Seketika, matanya tampak berbinar senang saat melihat layar.

CU: Layar ponsel yang menampilkan pembaca Dimas yang terus bertambah hingga mencapai angka satu juta pembaca. 

Dimas bangkit. Dia tersenyum, lalu melompat girang sambil berteriak kencang.


DIMAS

(senang)

YEEY … AKHIRNYA, NOVEL GUE TEMBUS SATU JUTA PEMBACAAAA!

CUT TO:


04. EXT. JALAN RAYA (TROTOAR RAMAI) - SIANG

(SFX) Suara kendaraan

Dimas tampak mengenakan jaket dan helm berwarna biru sedang mengendarai motor di jalan raya, ada Cinta dengan helm berwarna pink yang duduk di belakangnya. Kita melihat jalan raya ibukota lewat Point of View dari Dimas. Kendaraan yang ramai lalu lalang. Sekalipun di tengah-tengah keramaian, kita merasakan mood yang gloomy. 


DIMAS (V.O.)

Coba lihat sekeliling lo. Semua orang pasti punya impian. Cita-cita. 


Berbagai macam orang berjalan di trotoar. Ada orang kantoran, mahasiswa, pekerja bangunan, dan sebagainya.


DIMAS (V.O.)(CONT’D)

Sama kayak gue yang punya mimpi novelnya bisa terbit dan mejeng di toko buku. Tapi, lo pernah kebayang enggak sih kalau cita-cita lo itu bakalan terwujud dengan cepat?


(SFX) Suara motor Dimas


CINTA

(sedikit berteriak)

Mas, kita mau ke mana, sih? Rumah Lusi, kan, arahnya enggak ke sini?


Dimas tersenyum kecil. Dari kaca spion, tampak Cinta yang kebingungan di belakang.


DIMAS

Nanti lo juga tau.


CAMERA PAN TO: Motor Dimas yang melaju membelah keramaian kendaraan lain.

CUT TO


04. INT. KANTOR FALCON - RUANGAN - SIANG

Dimas tampak berdiri dengan wajah semringah sambil berjabat tangan dengan seorang editor Falcon Publishing. 


EDITOR FALCON

Selamat dan semangat, ya, Mas. Semoga waktu 2 bulan yang saya kasih cukup buat kamu menyelesaikan naskah keren kamu itu. Saya tunggu naskah tamat kamu di meja saya, biar novel kamu cepet naik cetak.


DIMAS

(tersenyum senang)

Iya, terima kasih banyak, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu.


Dimas melepaskan jabat tangannya. Berjalan ke arah luar ruangan dan langsung berteriak sambil melompat girang.


DIMAS

Yuhuuuu …!


CUT TO:


05. EXT. PT. FALCON - PARKIR MOTOR - SIANG

Terlihat Cinta sedang berdiri menunggu Dimas di samping motor yang terparkir.

(SFX) Suara dering ponsel

Cinta merogoh dan mengambil ponsel di dalam tas slempangnya.

CU: Tampak nama ‘Profesor Dito’ pada layar.

Cinta menerima panggilan dari ponsel.

INTERCUT TO:


06. EXT. RUMAH SAKIT JIWA HARAPAN - KORIDOR - SIANG

Profesor Dito (60) sedang berjalan di koridor rumah sakit. 


DOKTER DITO

Hari ini kamu enggak perlu ke rumah sakit, karena saya mau ke luar kota. 


CINTA

Berapa lama, Prof?
Terus gimana sama laporan tugas saya?


DOKTER DITO

Enggak lama, kok. Ya, kira-kira satu minggu lah.


Cinta mendesah pelan.


CINTA

(menggerutu)

Seminggu kok nggak lama.


DOKTER DITO

Kamu selesaikan saja dulu laporannya. Nanti saya akan hubungi kamu lagi kalau sudah di Jakarta.

(beat)

Oh, ya. Selama saya pergi, saya mau kamu lakukan pekerjaan kamu dengan baik.
Mengerti?


CINTA

Oke. Siap, dok!

Dokter Dito menutup telepon dan berpapasan dengan pasien ODGJ yang membawa kertas kosong sedang membaca puisi.


ODGJ

Hujan
Sore itu
Aku berjalan di bawah rintikan hujan
Menatap sang mentari yang bersembunyi dibalik awan hitam  
Aku sendiri
Hujan turun kian deras
Anginpun mulai berbisik  
Aku berteduh di bawah pohon rindang
Seketika Petir menyambar
Dan..

(beat)

Akupun tersambar

(SFX) Suara petir

INSERT : Dr. Dito dan semua orang terkejut dan keheranan saat tiba-tiba mendengar suara petir dari langit.

CUT TO:


07. EXT. KANTOR FALCON - DEPAN PEKARANGAN - SIANG

Dimas tampak berjalan dengan senyum yang terus mengembang. Dimas berhenti di depan pekarangan kantor. Lalu, mengambil ponselnya di saku jaket. Mencari kontak eyang dan menelepon eyang di rumah. 


DIMAS

(dengan heboh)

Halo, eyang! Dimas punya kabar gembira buat eyang.
Novel Dimas dapat tawaran terbit dari Falcon Publishing!


INTERCUT TO:


08. INT. RUMAH EYANG - RUANG TENGAH - SIANG

Eyang sedang duduk di bangku sambil menonton TV.


EYANG PUTRI

(senang)

Kamu serius, Mas? Kamu ndak bohong, kan?


DIMAS

Dimas enggak bohong, eyang. Sekarang Dimas lagi ada di kantor Falcon sama Cinta.


EYANG PUTRI

Wah.. selamat, ya, Mas. 
Akhirnya impian kamu bisa terwujud.
Eyang seneng banget dengernya.


DIMAS

Ya, udah, kalau gitu Dimas juga mau kasih tahu Lusi dulu, ya, eyang.


EYANG PUTRI

(tersenyum)

Iya. Sekalian eyang titip salam buat pacar kamu yang cantik itu, ya.


Eyang menutup telepon. Dia bangkit dan mengambil gelas yang kosong. Eyang berjalan ke arah dapur hendak mengisi air minum. Namun, langkahnya terhenti. Gelas yang ada di tangan seketika jatuh dan pecah ketika eyang merasakan sakit pada kepalanya.

INTERCUT BACK TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar