Imperfect Family
5. 5. Mimpi Buruk

24. INT. RUMAH EYANG - KAMAR DIMAS - MALAM

Tampak suasana kamar yang gelap dan sebuah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua belas malam.

Di atas ranjang, DIMAS tidur dengan gelisah. Kita melihat keringat yang mengucur di keningnya.

DISSOLVE TO:

25. INT. RUANGAN - MALAM 

(SFX) Suara deras hujan dan gemuruh petir

Terlihat ruangan yang temaram. 

CU: Darah segar berceceran di atas lantai yang berserak mainan mobil-mobilan.

Kita melihat Dimas tampak ketakutan karena melihat sesuatu di hadapannya.

(SFX) Gemuruh petir disertai kilat yang menampakkan …

Bagas berdiri di pojok ruangan yang gelap. Tubuh Bagas dipenuhi oleh darah dan sebuah gunting menancap di perutnya. Wajah Bagas terlihat pucat pasi.

DIMAS

(ketakutan)

A-ayah?


Perlahan Bagas berjalan maju menghampiri Dimas. Sementara, Dimas berjalan mundur ke belakang.


BAGAS

Kenapa kamu cuma diam aja di sana?
Seharusnya kamu menyelamatkan ayah, Dimas!


DIMAS

(menggeleng)

Enggak! Jangan mendekat!
Ayah udah mati!


Bagas CLOSE: Wajah Bagas yang tersenyum mengerikan.

CUT BACK TO


26. INT. RUMAH EYANG - KAMAR DIMAS - MALAM

Dimas membuka mata. Dia langsung bangun dan terduduk di atas ranjang. Deru napasnya terdengar bergemuruh hebat. 


DIMAS

(napasnya terengah-engah)

Cu-cuma mimpi.


(SFX) Pintu kamar Dimas berderit

Kita melihat bayangan hitam yang berdiri di depan pintu kamar Dimas. Sementara Dimas terlihat panik dan waspada.

Saklar lampu menyala dan memperlihatkan sosok Lusi yang sedang menutup pintu kembali.


DIMAS

(heran)

Lusi? 

(beat)

Gimana cara kamu bisa masuk ke sini?


LUSI menghampiri Dimas dan ikut duduk di atas ranjang.


LUSI

(memperlihatkan kunci)

Mamah kamu yang ngasih kunci ini tadi ke aku.


Lusi melihat sekeliling kamar Dimas yang berantakan.


LUSI

(menatap khawatir Dimas)

Mimpi buruk lagi?


Dimas mengangguk lesu.


LUSI

(mengembuskan napas)

Mas, mau sampe kapan kamu mau terus mengurung diri di kamar?
Kamu enggak boleh dong kayak gini terus.


DIMAS

(menatap Lusi curiga)

Jangan bilang kamu ke sini karena kamu disuruh sama wanita itu buat membujuk aku keluar dari sini, kan?
Iya, kan?
Jawab Lus?


LUSI

(menggeleng)

Enggak ada yang nyuruh aku buat ngomong kayak gini ke kamu, Mas.
Aku ke sini karena aku tahu kamu lagi butuh aku sekarang.

(more)


LUSI (CONT’D)

(menatap Dimas prihatin)

Mas, please..
Kamu enggak boleh terus-terusan larut dalam kesedihan!
Aku yakin banget kalau eyang ada di sini, eyang juga enggak mau liat kamu kayak gini. 

(more)


LUSI (CONT’D)

Ingat, Mas! Kamu itu enggak sendirian.
Masih ada aku, sama orang-orang yang sayang dan peduli sama kamu. 


Dimas tampak frustrasi dengan membenamkan wajah dengan kedua tangannya. Sementara Lusi menggenggam tangan Dimas, menjauhkan dari wajah Dimas dan meletakkannya di pangkuannya.


LUSI

Lihat aku!


Dimas menatap dua bola mata Lusi yang tampak tulus.

LUSI

Aku mau kamu senyum lagi.
Aku mau kamu menulis lagi.
Aku mau kamu tamatin novel kamu dan lanjutin impian kamu jadi penulis terkenal.
Inget, Mas!
Editor Falcon lagi nunggu kamu buat  tamatin naskah, supaya mereka bisa terbitin novel kamu itu.
Jangan sia-siain kesempatan ini, Mas.
Karena, kesempatan enggak mungkin datang dua kali.


DIMAS

(menggeleng keras)

Tapi, aku enggak bisa, Lus!


LUSI

Kamu pasti bisa, Mas!
Kamu harus yakin kalau kamu bisa.
Aku, Cinta, Dara, dan Yoyok kapan pun siap membantu dan menemani kamu. 


Lusi semakin menggenggam erat pegangan tangannya.


LUSI

Kamu harus bangkit, Mas.
Kamu harus semangat lagi.
Demi aku.
(beat)
Dan demi cita-cita kamu.


Terlihat Dimas yang tertunduk menatap genggaman tangan Lusi. Dimas pun melepas genggaman tangan tersebut yang berganti dia menggenggam tangan Lusi.

Dimas menatap Lusi kembali.


DIMAS

(mengangguk)

Aku akan coba.


CUT TO:


27. INT. RUMAH EYANG - RUANG MAKAN - PAGI

Tampak Dimas, Cinta, dan Ayu sedang menyantap sarapannya. Tak ada yang membuka suara, hanya terdengar suara denting sendok yang beradu di atas piring. 

Ayu CLOSE: Ayu tampak memperhatikan wajah Dimas yang pucat. Begitu pula dengan Cinta yang sedang memperhatikan wajah Dimas.

(SFX) Suara nada dering pada ponsel Dimas.

Dimas menghentikan makannya. Lalu, merogoh saku celana dan mengambil ponselnya.

CU: Tampak nama Lusi pada layar.

Dimas mengangkat teleponnya.


DIMAS

Halo.


LUSI (O.S.)

(terdengar panik)

Mas, kamu harus cepat ke sini sekarang!
Devan ada di sini!


Dimas terkejut hingga sampai bangkit dari kursinya.


DIMAS

Apa?
Devan di sana?

(mendengarkan Lusi berbicara)

Iya, aku ke sana sekarang!


Dimas hendak pergi, tetapi Ayu buru-buru bangkit dan menghadang jalan Dimas.


AYU

Mas, kamu mau ke mana?


Dimas berusaha menyingkirkan mamahnya itu.


DIMAS

Bukan urusan Anda!


Cinta pun buru-buru minum dan segera berlari mengejar Dimas.


CINTA

Mas, gue ikut!


AYU

Tunggu, Mas!
Mamah tahu siapa Devan. 


Mendengar itu, langkah Dimas tiba-tiba terhenti. Membuat Cinta yang berlari di belakang Dimas membentur punggung Dimas. Lalu, menggerutu kesal sambil mengusap keningnya.


AYU

Mamah bisa membantu kamu buat mencari tahu siapa Devan.


Dimas (membelakangi Ayu) tampak ragu. Namun, memilih untuk melanjutkan langkahnya. Cinta pun kembali mengekori Dimas.

CUT TO:


28. INT. RUMAH LUSI - DAPUR - SIANG

Kita melihat Dimas tak berhasil mengejar Devan yang kabur. Cinta tampak ingin mendekat dan menasehati, tetapi tubuhnya segera didorong Dimas untuk menjauh darinya. Membuat Lusi yang juga ingin mendekat urung melakukannya.

Dimas masuk ke dalam rumah Lusi dengan penuh emosi. Dia berjalan ke ruang tamu. Menyobek poster Lee Minho dan membuangnya ke lantai. 

Dara tampak terkejut bukan main, mulutnya terbuka setengah saat melihat poster kesayangannya disobek. Dia menangis, memungut dan memeluk posternya itu di dada.


DARA

(menangis sesenggukkan)

Suami hensyem aye …
Kenapa lo sobek?
Tega banget, sih, lo, Mas!


Yoyok menghampiri. Merangkul pundak Dara, berusaha menenangkan.


YOYOK

Udah. Udah.
Ndak usah sedih gitu.
Nanti aku ganti sama fotoku.
Mukaku juga kan ndak jauh beda sama foto yang sampean peluk itu. (menunjuk poster di tangan Dara)


Dara tercenung sejenak, lalu bayangin …

INSERT: FOTO YOYOK YANG DIJEJERKAN SAMA FOTO-FOTO AKTOR KOREA FAVORITNYA YANG TAMPAN-TAMPAN.

Dara menggeleng dan semakin menangis kencang.


DARA

Heh, kumis lele!
Lo kagak ngaca ape?
Lo kagak usah ye ngaku-ngaku mirip sama suami-suami aye yang hensyem ini.
Muka lo itu lebih mirip sama ikan lele.
Noh, foto lo lebih cocok dipajang di deket dapur sana. 


YOYOK

(semringah)

Wah, oke!
Nanti foto tampanku ini bakalan aku tempel di dapur.


DARA

Iye, tempel yang banyak, buat usir tikus!


Dara memilih untuk meninggalkan Yoyok yang tersenyum kecut sambil menggerutu tidak jelas. Tapi, langsung kembali ceria saat melihat Cinta yang akan lewat di hadapannya.


YOYOK

(melambaikan tangan kanan)

Hai, cintaaa …


Sayangnya, Cinta melengos pergi begitu saja tanpa mau menatap Yoyok. Membuat Dara yang melihatnya tertawa mengejek.


DARA

(tertawa lebar)

Hahaha …
Makan tuh cinta!


Yoyok kembali tersenyum kecut.

CUT TO:


29. INT. RUMAH LUSI - RUANG TAMU - SIANG

Dimas tampak duduk di sofa sambil termenung, terngiang kata-kata Ayu.


AYU (O.S.)

Mamah tahu siapa Devan. 
Mamah bisa membantu kamu buat mencari Devan.


Cinta datang dan duduk di samping Dimas. Menyodorkan botol air minum miliknya ke arah Dimas. 


CINTA

Minum dulu.


Dimas hanya menatap Cinta sebentar sebelum kembali merenung.

Cinta mendesah pelan, lalu meletakkan botolnya di atas meja.

INSERT : Lusi yang hendak menghampiri Dimas di ruang tamu, tetapi urung saat melihat Cinta duduk bersama Dimas. Lusi pun memilih kembali ke dapur.


CINTA

Gue tahu, lo lagi mikiran omongan nyokap lo tadi soal Devan, kan?


DIMAS

(berdecak)

Lo nggak usah sok tahu!


CINTA

Kenapa enggak lo terima aja tawaran nyokap lo itu?
Jadi, lo nggak perlu capek-capek cari tahu sendiri tentang siapa Devan.


DIMAS

(sedikit meninggikan volume suara)

Lo berisik banget, ya, Ta?
Enggak usah deh lo sebut-sebut wanita itu lagi di depan gue!
Asal lo tahu, kalo gue enggak pernah mau punya nyokap pembunuh kayak dia! 


CINTA

Mas, nyokap lo emang salah.
Tapi, kan nyokap lo itu udah menebus semua kesalahannya di dalam penjara selama 15 tahun.
Lo bisa bayangin, gimana menderitanya nyokap lo selama itu?
Nyokap lo enggak bisa ketemu sama lo, karena lo nolak buat ketemu sama dia.
Nyokap lo juga harus memendam rasa kangennya ke lo. Anaknya.
Anak satu-satunya.
Jadi, apa salahnya sih lo coba buat maafin nyokap lo itu?


Dimas memilih diam dengan wajah yang masih emosi.


CINTA

Sekarang, semua terserah lo, Mas.
Gue enggak tahu lagi harus ngomong apa ke lo.
Tapi, sebagai sahabat, gue cuma bisa saranin lo buat terima tawaran nyokap lo itu.
Enggak ada salahnya, kan?
Lagian lo juga enggak dirugiin sama sekali.
Malahan lo bisa untung.
Lo jadi enggak perlu susah payah lagi cari tempat persembunyian Devan.
Lo bisa dengan cepat bertemu sama Devan dan tanya langsung ke orangnya, motif kenapa dia mengganggu Lusi.

(more)


CINTA (CONT’D)

Lo enggak mau, kan, terjadi sesuatu sama Lusi gara-gara Devan?


Dimas bungkam berusaha mencerna kata-kata Cinta. Hingga tak lama setelahnya, dia menoleh, menatap Cinta.


DIMAS

Tapi, Lusi mau gue lanjutin nulis novel gue.


CINTA

(mengembuskan napasnya)

Lo bisa ngelanjutin itu nanti, Mas.
Lo tahu? Penulis itu butuh banyak energi kreatif yang datangnya dari perasaan yang santai, tenang, supaya bisa lepas dari kebuntuan.
Jadi, menurut gue yang lo butuhin sekarang tuh menghibur diri lo sendiri, Mas.
Sekarang, gue tanya ke lo? Emangnya lo bisa ngelanjutin novel lo itu dengan kondisi lo yang sekarang?


Dimas menggeleng.


CINTA

Makannya, sekarang lo cari Devan biar pikiran lo tenang.
Gue yakin banget kok kalau editor Falcon juga pasti bakalan ngertiin kondisi lo ini yang baru kehilangan anggota keluarga.


FADE OUT :


30. EXT. RUMAH EYANG - RUANG DEPAN - MALAM

(SFX) Suara ketukan pintu

Kita melihat Ayu membukakan pintu dan tertegun saat menemukan Dimas dan Cinta.


DIMAS

(ke Ayu)

Kasih tahu Dimas, di mana Devan tinggal?


Ayu CLOSE: Wajah Ayu tampak tersenyum senang.

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar