Imperfect Family
4. 4. Dunia yang Hilang

19. INT. RUMAH LUSI - RUANG TAMU - MALAM

Dimas sedang tidur di atas sofa panjang. Sementara, Cinta sedang mengetik laporan tugasnya di kursi sebelah Dimas. 

Cinta berhenti mengetik. Menoleh ke arah Dimas yang terlelap tidur. Cinta menghampiri dan berjongkok di samping Dimas. Dia tersenyum tipis.


CINTA

(berbicara lirih)

Ternyata, kalau lagi tidur begini, lo ganteng juga, ya, Mas?


Cinta terus memperhatikan wajah Dimas. Hingga perlahan, senyum Cinta redup. Dia mengembuskan napasnya.


CINTA

Gue harap kondisi lo baik-baik aja, Mas.
(beat)
Gue enggak mau lo kenapa-kenapa.
Karena, gue sayang sama lo.


Kita melihat tangan Cinta yang perlahan bergerak menyentuh pipi Dimas. Tapi, tercekat ketika Dimas terbangun dan membuka matanya. Cinta pun buru-buru bangkit dan kembali ke depan laptopnya untuk pura-pura mengetik.


CINTA

(kikuk)

L-lo udah bangun, Mas?


Dimas terduduk. Dia meringis sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit. 


DIMAS

Gue kenapa?


CINTA

Tadi sakit kepala lo sempet kambuh, tapi lo enggak usah khawatir.
Tadi, gue udah kasih obat sakit kepala ke lo.


BEGIN FLASHBACK

Dimas yang sedang marah menumpahkan seluruh emosinya dengan membanting benda-benda dan berteriak histeris. Hingga tak lama setelahnya, Dimas meringis, memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit.

Cinta dengan sigap membantu Dimas. Mendudukkannya di atas sofa. Lalu, mengambil obat dari dalam tasnya dan meminumkannya kepada Dimas.

END FLASHBACK


Lusi datang dan memberikan segelas air mineral ke Dimas yang langsung diterima. 


DIMAS

Makasih. (meminum airnya)


Lusi mengangguk.


Cinta CLOSE: Tatapan mata Cinta yang melirik ke arah Dimas dan Lusi.


LUSI

Gimana? Kamu udah enakan?


Dimas mengangguk.


DIMAS

(ke Lusi)

Malam ini, aku nginep di sini, ya?
Aku mau jagain kamu.
Aku enggak mau Devan ke sini lagi buat gangguin kamu.


Lusi tampak prihatin ke Dimas.


LUSI (V.O.)

Aku tahu alasan kamu menginap di sini bukan karena mau jagain aku, Mas.
Tapi.. karena kamu mau menghindari mamah kamu.


Lusi terpaksa tersenyum dan mengangguk.


CINTA

(ke Dimas)

Kalau gitu, gue juga nginep di sini!


DIMAS

(menggeleng)

Enggak. Lo pulang aja. 


CINTA

Enggak, gue ikut lo nginep.


(SFX) Suara panci yang dipukul centong nasi.

Dara dan Yoyok datang. Kita melihat Dara yang mengenakan pakaian aneh memukul panci dengan centong nasi. Di sampingnya, penampilan Yoyok yang tak kalah anehnya; memakai kacamata hitam dengan kaca yang hanya sebelah, tanktop putih, celana pendek selutut, dan juga ikat kepala.


DARA

(menabuh panci dengan centong)

Perhatian-perhatian!
Encang, encing, enyak, babeh…
Sebentar lagi DARA YOYOK FASHION SHOW akan segera dimulai.


Dimas CLOSE: Wajah Dimas yang tercengang liat penampilan Dara dan Yoyok yang aneh.

CUT TO:


20. INT - RUMAH EYANG - KAMAR DIMAS - MALAM

Terlihat Ayu duduk di kursi belajar Dimas. Wajahnya tampak sedih menatap foto dirinya yang dicoret-coret oleh Dimas. 

Eyang Putri datang dan duduk di tepi ranjang. 


EYANG PUTRI

Kamu harus bisa menerima sikap Dimas, Yu.


Ayu menoleh. Dia bangkit dengan membawa foto pigura tersebut, lalu menghampiri dan duduk di samping eyang.

Menatap foto pigura dengan sedih.


AYU

Tapi, ini enggak adil buat aku, Bu.
15 tahun aku di penjara. Aku enggak bisa ketemu Dimas.
Dimas sama sekali enggak pernah jenguk aku. Malahan, Dimas membenciku. 
(beat)
Sebagai ibu yang melahirkannya, aku kangeeen.
Aku pengen banget meluk dia. Aku pengen dipanggil ‘mamah’ sama dia.
(mendekap foto pigura di dada sambil menangis)


EYANG PUTRI

Kalau itu mau kamu, coba kamu dukung dia.
Dukung cita-cita anak kamu itu yang mau menjadi penulis.
Kamu harus ngertiin maunya Dimas apa.
Coba ajak dia ngobrol.
Kamu harus berusaha keras deketin dia, memahami dia.
Karena, anakmu itu udah gede.
Dimas bukan anak kecil lagi yang suka merengek supaya kamu mau ngertiin dia.


Kita melihat Ayu yang mengangguk kecil.

CUT BACK TO


21. INT - RUMAH LUSI - RUANG TAMU - MALAM

Kita melihat Dara dan Yoyok yang sedang berjalan berlenggak lenggok di atas karpet merah. Dimas dan Lusi tampak tertawa. 

INSERT: Cinta menatap Dimas yang tertawa bahagia.

CUT BACK TO


22. INT - RUMAH EYANG - RUANG TENGAH - MALAM

Eyang tampak berjalan ingin masuk ke dalam kamarnya. Namun, langkahnya terhenti, eyang tampak merintih sambil memegangi kepala ketika merasakan kepalanya yang tiba-tiba sakit.


SLOW MOTION ON

Eyang terjatuh ke atas lantai. 


Ayu keluar kamar dan terkejut. Ayu menghampiri eyang Putri memanggil dan mengguncangkan tubuhnya dengan panik.


BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATIONS

  1. Koridor rumah sakit — Tubuh eyang didorong di atas ranjang oleh petugas rumah sakit. Ayu tampak sedih dan khawatir.
  2. Ruang pemeriksaan — Tampak dokter memeriksa eyang Putri.
  3. Monitor EKG yang menampakkan garis lurus. 
  4. Koridor rumah sakit — Dimas dan Cinta datang. Dimas melihat Ayu menangis di depan pintu ruang pemeriksaan. Ayu menghampiri Dimas dan ingin memeluk, tapi Dimas memilih pergi.
  5. Depan rumah sakit — Di bawah derasnya hujan, Dimas berlari keluar rumah sakit dan berhenti di tengah jalan. Dia bersimpuh dan menangis, lalu berteriak histeris.


DIMAS (V.O.)

Hari ini adalah hari di mana dunia gue hilang tanpa adanya lagi semangat dari eyang.
Lo tahu apa yang paling kejam di dunia ini yang enggak pernah diberikan orang lain?
(beat)
Perpisahan karena kematian.
Enggak peduli seberapa besar lo menyayanginya.
Enggak peduli seberapa dalam lo merindukannya.
Dia tetap enggak akan pernah kembali.


END MONTAGE

CUT TO:


23. INT - RUMAH EYANG - KAMAR DIMAS - DAY

Tampak kamar Dimas yang berantakan. Dimas menangis terguguk di pojokan kamar, duduk di atas lantai dengan memeluk dua kakinya. Suaranya menyayat hati.


DIMAS

(menggeleng lemah)

Enggak, eyang enggak boleh pergi!

(menjambak rambutnya dan berteriak frustrasi)


Dimas bangkit. Dia mengamuk sambil menyapu semua benda di atas meja belajarnya hingga jatuh dan beberapa pecah. 

CU : Foto pigura Dimas, eyang Putri, dan Cinta yang retak.


DIMAS

EYANG ENGGAK BOLEH NINGGALIN DIMAS!


INSERT : Di depan pintu kamar Dimas, Ayu dan Cinta tampak mengkhawatirkan Dimas yang mengurung diri di dalam.


AYU

(mengetuk pintu)

Mas, ini mamah. Buka pintunya, nak!


CINTA

(khawatir)

Mas, buka pintunya!
Lo enggak kenapa-kenapa, kan?


Cinta dan Ayu terus mengetuk pintu kamar Dimas, tetapi tak ada sahutan, membuat rasa khawatir mereka kian bertambah.

CUT TO


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar