Dunia Paralel
12. Seq 12

118. INT. KERETA - DAY

Kereta tampak sepi, kita melihat Musan duduk di kursi dekat jendela. Wajahnya tampak tenang.

119. INT. STASIUN KERETA - DAY

Kita melihat kereta tiba di stasiun, tampak Musan turun dari kereta, lalu berjalan diantara kerumunan.

120. EXT. SMA HARAPAN - HALTE - DAY

Musan mampir ke SMA lamanya, duduk sendirian di halte lama tempat dia biasa menunggu bis bersama Vanya. Musan mengeluarkan kamera dari dalam tas, saat dia mengintip melalui kameranya, dia melihat bayangan dirinya dan Vanya sedang berjalan keluar sekolah dengan seragam SMA.

121. EXT. SMA HARAPAN - KORIDOR - DAY

Musan berjalan sendirian menyusuri koridor. Sekolah tampak sepi karena sekarang hari libur. Di lapangan, kita melihat beberapa anak sedang bermain basket. Musan berhenti di depan kelas X-IPA-1, lalu mengintip ke dalam. Kelas tampak kosong.

122. EXT. SMA HARAPAN - LAPANGAN - DAY

Musan duduk di kursi menghadap ke lapangan, lalu memotret anak-anak yang sedang bermain basket. Tak lama kemudian, Vanya dan datang lalu duduk di samping Musan.

VANYA
Sori telat

Musan menoleh sekilas, lalu tersenyum.

MUSAN
Nggak papa kok

Selama beberapa saat Vanya dan Musan cuma diam, memandang ke lapangan.

MUSAN
Apa kabar?
VANYA
Baik, kamu ada acara apa di Jakarta?
MUSAN
Cuma jalan jalan
(beat)
Gimana persiapan? Lancar?
VANYA
Lancar, kurang mental aja sih. Masih deg degan.
MUSAN
Nggak usah khawatir. Khawatir itu kayak parasut, nggak bakal ada kalo nggak kamu buka. 
VANYA
(tersenyum)
Mentang-mentang penulis sekarang jago bikin quotes ya

Vanya dan Musan tertawa kecil.

VANYA
Aku udah baca suratmu, naskahnya juga.
MUSAN
Gimana?
VANYA
Bagus kok, aku nggak nyangka kamu bisa nulis kayak gitu
MUSAN
80% inspirasi ceritanya dari kamu sih

Vanya tertawa lirih

MUSAN
Nggak keberatan?
VANYA
(menggeleng)
Enggak, aku suka. Aku lega habis baca tulisanmu. 

Di lapangan, salah seorang anak berhasil memasukan bola ke dalam ring.

MUSAN
Soal kata-kataku waktu itu. Aku minta maaf
(beat)
Aku bilang, aku nyesel kenal kamu, nggak seharusnya kita ketemu lagi. 
(beat)
Padahal yang terjadi sebaliknya. Aku lega. Bisa jalan sama kamu, deket lagi sama kamu, bisa ngelakuin hal yang dulu nggak bisa aku lakuin. Aku bisa sampe titik ini, salah satunya berkat kamu. Jadi makasih banyak.
VANYA
Aku juga, aku minta maaf udah egois sama kamu, udah gantunging kamu, bikin kamu sakit. Aku beneran minta maaf
MUSAN
(tersenyum)
Udah aku maafin. Kayaknya ini emang yang terbaik buat kita
VANYA
(menghela nafas)
Habis ini kita masih temenan kan?
MUSAN
Masih kok
VANYA
Jangan ngilang
MUSAN
Iya
VANYA
Kabarin aku kalo kamu suka sama orang lain
MUSAN
Iya
VANYA
Undang aku kalo kamu mau nikah
MUSAN
Iya

Vanya mengeluarka tisse dari dalam tas, tapi tidak menemukannya. Kemudian Musan mengeluarkan tissue dari dalam tasnya, lalu memberikannya ke Vanya.

VANYA
Sori, aku kebawa suasana
MUSAN
Aku juga

Vanya berusaha menenangkan dirinya, lalu memutuskan untuk pergi.

VANYA
Aku pergi dulu
MUSAN
Makasih banyak udah dateng.
VANYA
Lusa kamu dateng?
MUSAN
Undangannya nggak mau kamu ambil kan?
VANYA
(tersenyum)
Btw cerita yang kamu bikin, judulnya apa?
MUSAN
Masih rahasia

Vanya tersenyum, lalu melambaikan tangannya. Musan balas melambaikan tangan. Di koridor depan tampak Julian menunggu Vanya. Vanya menghampiri Julian, lalu Julian mengangakat tangannya memberi salam ke Musan. Musan membalas salam Julian dengan mengangangkat tangannya.


CUT TO BLACK

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar