Dunia Paralel
6. Seq 6

44. INT. KANTIN SMA HARAPAN - DAY

Musan dan Damar duduk di kantin, melirik ke arah Vanya dan Tika yang duduk tak jauh di depan mereka.

DAMAR
Masih berantem?
MUSAN
Ya gitu, udah seminggu gue didiemin
DAMAR
Gue juga putus sama Tika.
MUSAN
Putus? 
DAMAR
Udah lah lupain aja.
MUSAN
Jangan gitu dong, gue yang nggak enak nih.
DAMAR
Bukan salah lu San. Lagian nih ya, salah si Tika sendiri ngompor-ngomporin Vanya padahal nggak tau apa-apa.
MUSAN
Tapi kan-
DAMAR
(memotong ucapan Musan)
Udah, sekarang yang penting gimana caranya lu sama Vanya baikan dulu.

Musan menghela nafas, lalu melirik ke arah Vanya. Saat itu, ternyata diam-diam Vanya juga melirik ke arah Musan. Namun, tak berselang lama Winda tiba-tiba datang dan duduk di depan Musan, menghalangi pandangannya.

DAMAR
(menepuk dahinya)
Lo ngapain duduk sini sih Win?
WINDA
(menghiraukan Damar)
San, aku mau ngomong bentar.

Tampak Vanya yang sebal dengan kehadiran Winda langsung mengajak Tika pergi dari kantin. Winda yang menyadari kelakuan aneh Musan dan Damar sontak ikut menoleh dan melihat Vanya dan Tika berjalan pergi.

WINDA
Gue ganggu ya?
MUSAN
Enggak kok, mau ngomong apa?

Melihat kelakuan Musan, Damar cuma mendengus lalu memutuskan pergi.

DAMAR
Kayaknya lo emang agak kelewatan deh san. Gue cabut dulu deh.

Setelah Damar pergi, Musan dan Winda lanjut berbincang.

WINDA
Liburan semester besok lo udah ada rencana belum?
MUSAN
Belum, kenapa?
WINDA
Nah, pas banget, gue mau minta tolong.

Kita melihat wajah Musan tampak bingung.

45. INT. TOKO BUKU WINDA - DAY

Toko buku tampak berantakan. terdapat tumpukan buku dan kardus berserakan di lantai. Musan dan Winda tampak membuka kardus, lalu memilah beberapa buku.

WINDA
Yang sekiranya udah jelek masukin kardus itu aja.

Musan membuka sekilas beberapa buku, lalu memasukannya ke dalam kardus. 

MUSAN
Sebanyak ini dapet darimana?
WINDA
Gatau, bokapku yang dapet, katanya sih dari komunitas gitu-gitu.

Tak lama kemudian Pak Santoso datang untuk mengantarkan minuman.

PAK SANTOSO
Eh kamu lagi.
MUSAN
Siang om.
PAK SANTOSO
Pacarnya Winda kan?
MUSAN
Bukan
PAK SANTOSO
Calon pacar?
MUSAN
Cuma temen om
PAK SANTOSO
Halah
(menepuk pundak Musan sambil tertawa)
WINDA
Ayah ngapain kesini sih?

Pak Santoso tersenyum, lalu mengajak salaman Musan.

PAK SANTOSO
Kenalin, Santoso, ayahnya Winda.
MUSAN
Musan om.
PAK SANTOSO
Kamu nggak papa libur-libur gini bantuin Winda ngurus toko?
MUSAN
Nggak papa om, lagian saya juga longgar kok.
PAK SANTOSO
Nggak lagi modus kan?
MUSAN
(kikuk)
E-enggak om
PAK SANTOSO
(manggut-manggut)
Jadi kapan mau main ke rumah?

Pak Santoso tertawa, sementara Winda tersipu malu. Gara-gara itu Winda bangkit dari kursi lalu mendorong ayahnya keluar pintu.

WINDA
Ayah apaan sih, sana pulang aja deh. Nggak beres-beres nanti
PAK SANTOSO
Loh loh loh, kok ngusir? Kamu pengen berduaan ya?
WINDA
Ayah!

Muka Winda tampak memerah lalu Pak Santoso tertawa.

PAK SANTOSO
Iya iya ayah pulang. Diminum san jangan kerje terus.

Musan tersenyum lalu Pak Santoso berjalan keluar. Tak lama kemudian Winda kembali duduk, lalu lanjut memilah buku.

WINDA
Pokoknya omongan ayahku tadi nggak usah didengerin, suka ngasal.
MUSAN
Tapi ayahmu lucu ya, asik orangnya
WINDA
Lucu darimana?
MUSAN
Ya lucu
(tersenyum simpul)
Beda aja sama ayahku, setengah tahun ngilang.

Winda terkejut, menatap Musan heran. Sementara Musan mengangkat kardus di samping Winda, lalu pergi.


LATER


Jam menunjukan pukul lima sore. Musan dan Winda tampak tersenyum puas melihat toko buku sudah rapi.

WINDA
Sori ya, libur-libur gini malah kerja.
MUSAN
Nggak papa.

Musan mengambil minuman di meja kasir, lalu meminumnya.

WINDA
Btw san... semisal lo lagi ada masalah atau butuh temen cerita, gue bisa dengerin kok.

Musan menatap Winda, lalu tersenyum.

MUSAN
Sini deh Win gue punya ide.

Winda menghampiri Musan. Musan mengeluarkan ponselnya, tampak mengetikan sesuatu, lalu menunjukannya ke Winda. Tampak beberapa foto-foto cafebook. 

MUSAN
Gimana menurut lo? Kayaknya keren deh kalo tempat ini direnov
WINDA
(berpikir)
Hmm... boleh juga sih.
MUSAN
(menunjuk sudut toko)
Nanti situ bongkar aja biar kesannya nggak sumpek, terus rak bukunya ditata ulang.
WINDA
(tersenyum)
Bisa sih, bisa banget. Tinggal duitnya yang belum ada

Musan dan Winda tertawa, lalu Winda menunjuk salah satu foto di ponsel Musan.

WINDA
Nah kayak gini nih

Sedetik kemudian muncul notifikasi pesan dari Vanya yang berisi “Besok longgar?” Sontak suasana menjadi hening dan canggung. Musan memasukan ponselnya ke dalam saku.

WINDA
Sori nggak sengaja
MUSAN
Iya, nggak papa kok.
WINDA
lo... Deket sama Vanya ya?

Musan mengangguk, lalu Winda tampak kecewa.

46. RUMAH MUSAN - RUANG TENGAH - NIGHT

Televisi menampilkan tayangan sepak bola tetapi Musan malah fokus ke ponselnya. Musan tampak bingung untuk membalas pesan dari Vanya. Tak lama kemudian Bu Sandra tiba-tiba datang dan duduk di sebelahnya. Sontak Musan segera meletakan ponselnya.

MUSAN
Ngapain ibuk belum tidur?
BU SANDRA
Ada yang mau ibu omongin

Musan mengambil remot, lalu mengecilkan volume televisi

BU SANDRA (CONT'D)
Ibuk udah nggak kuat hidup kayak gini. Ayahmu 6 bulan lebih nggak ada kabar, utang lama-lama juga makin banyak
MUSAN
Soal utang Musan bisa bantu kok buk, udah dapet kerja sambilan
BU SANDRA
Bukan itu, tapi Ibuk kepikiran buat pisah sama ayahmu
MUSAN
Ya bagus, emang dari dulu harusnya gitu
BU SANDRA
Habis itu, Ibu rencananya mau jual rumah terus pulang ke rumah eyang

Musan tampak kaget mendengar perkataan Ibunya

BU SANDRA (CONT'D)
Jadi semisal semester depan kamu pindah sekolah gimana?

47. INT. KAFE - DAY - PRESENT

Kafe tampak sepi dan hening, beberapa buku tampak tersusun rapi di rak. Terdengar alunan musik jazz yang lembut. Di salah satu sudut kafe, kita melihat Musan dan Winda (tidak diperlihatkan wajahnya) sedang duduk berdua.

MUSAN
Padahal gue udah ada rencana buat minta maaf ke Vanya, gue juga belom sempet ngajak dia jalan. Rasanya kayak... apa ya? Lo kesel tapi nggak bisa ngapa-ngapain. 
(beat)
Ngerti nggak sih?

Winda tampak sibuk membaca skrip film milik Musan

MUSAN
Ya emang sih kejadiannya udah lama, tapi kalo keinget tetep aja ngganjel.
WINDA
Ngerti kok
(meletakan skrip ke atas meja)
Tapi lo yakin mau nulis ini?

(CU) Wajah Musan tampak serius, adegan pindah ke masa lalu

48. EXT. SMA HARAPAN - RUANG GURU - DAY

(CU) Wajah Musan tampak serius. Musan duduk di ruang guru, sedang berbincang dengan Bu Dewi.

BU DEWI
Ibu turut prihatin atas apa yang menimpa keluarga kamu.

Musan cuma mengangguk

BU DEWI
Kamu beneran nggak mau pamitan ke temen-temen?
MUSAN
Saya udah bilang ke beberapa, nggak perlu diumumin di depan kelas
BU DEWI
Ya sudah, kamu itu pinter, cuma nggak disiplin aja. Pokoknya Ibu doain yang terbaik buat kamu

49. EXT. LAPANGAN SMA HARAPAN - DAY

Musan duduk sendirian di kursi panjang, menatap kosong ke lapangan. Tak lama kemudian Winda datang, lalu duduk di sebelahnya.

WINDA
Beneran pindah?
MUSAN
(Mengangguk, masih menatap ke depan)
Mau gimana lagi? Orangtua gue pisah
WINDA
Pasti berat ya?
MUSAN
(tersenyum simpul)
Nggak berat kalo nggak dirasain
WINDA
Sayang banget lo pindah, padahal filmnya belum beres
MUSAN
Iya, sayang banget
(beat)
Oiya, kelupaan

Musan mengeluarkan kunci toko dari saku, lalu menyerahkannya ke Winda

WINDA
(menggeleng)
Simpen aja, siapa tau lo mau mampir
MUSAN
Beneran nih?
WINDA
Iya
MUSAN
Sori ya
WINDA
Santai aja kali, yang ribet cari gantinya, susah ada pengangguran kayak lo
Musan dan Winda tertawa lirih
WINDA
Btw si Vanya gimana?

Musan terdiam, menatap ke lapangan, lalu menghela nafas

50. INT. SMA HARAPAN - KELAS - DAY

Suasana kelas tampak tenang, murid-murid sedang sibuk mengerjakan ujian yang diberikan oleh Bu Dewi. Dari tempat duduknya, Vanya tampak heran karena Musan tidak berada di kelas.

VANYA
(Berbisik, heran)
Musan kemana?

Tika menoleh ke arah bangku Musan, lalu berbisik memanggil Damar. Mereka saling berbisik agar tidak ketahuan guru.

TIKA
Mar... Mar...
DAMAR
(Menoleh)
Apa? Mau nyontek? Salah orang
TIKA
Bukan itu... Si Musan kemana?
DAMAR
Lagi sakit
TIKA
(ke Vanya)
Lagi sakit katanya
VANYA
Sakit apaan?
TIKA
(ke Damar)
Sakit apaan?
DAMAR
Gatau
BU DEWI
Kerjain sendiri sendiri
TIKA
(berbisik ke Vanya)
Gatau katanya.
VANYA
Ih Serius
TIKA
Seriusan Mar!
DAMAR
Emang gatau.
TIKA
Beneran gatau katanya Van.
VANYA
Terus sekarang anaknya dimana?
TIKA
Terus Musan dimana, Mar?
DAMAR
(agak kesal)
Kenapa sih?
BU DEWI
(Berdeham)
Damar, kalau mau ngobrol di luar aja.
DAMAR
Enggak, Buk. Itu si Vanya daritadi penasaran Musan kemana.
BEBERAPA MURID
(serempak)
Cieee
BU DEWI
Musan tadi izin istirahat di UKS, kurang enak badan katanya. Udah kejawab Vanya?

Beberapa murid tampak tertawa.

VANYA
Udah, Buk. Makasih.

Vanya lanjut mengerjakan ujian dengan cepat selama beberapa saat. Begitu selesai, Vanya langsung membawa kertas jawabannya ke depan

VANYA
Saya udah selesai, Buk. Boleh izin keluar dulu?

Bu Dewi menerima jawaban Vanya sambil menatapnya heran.

51. INT. UKS SMA HARAPAN - DAY

Vanya pergi ke UKS untuk mencari Musan, di situ dia bertemu dengan petugas UKS.

VANYA
Permisi, Buk.
PETUGAS UKS
Iya?
VANYA
Mau tanya, Buk. Musan ada di sini nggak ya?
PETUGAS UKS
Musan? tadi dia ke sini cuma minta obat demam, terus pergi lagi nggak tau kemana.
VANYA
Oh, gitu ya? Makasih, Buk.

Di luar ruang UKS, Vanya meraih ponselnya dari saku, lalu mengirimkan pesan kepada Musan yang berisi, “Lagi dimana?”

52. INT. SMA HARAPAN - PERPUSTAKAAN - DAY

Kita melihat Musan duduk sendirian di sudut perpustakaan sambil membaca buku. Tak berselang lama, Vanya tiba-tiba datang, lalu duduk di depan Musan.

MUSAN
(melirik sekilas ke Vanya)
Ngapain ke sini?

Vanya tiba-tiba menempelkan tangannya ke dahi Musan.

VANYA
Katanya demam
MUSAN
Udah mendingan
VANYA
Kenapa nggak istirahat di UKS?
MUSAN
Enakan di sini.
VANYA
(manggut-manggut)
Oh...
MUSAN
Kamu ngapain ke sini? Bolos?
VANYA
Enak aja, tadi ada ujian. Gampang sih, aku selesai duluan makanya boleh keluar.
MUSAN
Ohh...
VANYA
Kamu kenapa nggak angkat telpon sih? dichat juga nggak dibales. Marah ya?
MUSAN
Bukannya kamu yang marah?
VANYA
(menghela nafas)
Aku udah denger semuanya dari Tika Damar
MUSAN
Soal?
VANYA
Semuanya.... soal kerjaan, soal kamu sama Winda.

Musan cuma diam mendengar perkataan Vanya.

VANYA
Kenapa nggak cerita sih?
MUSAN
Aku bingung gimana ngomongnya ke kamu
(beat)
Kan aku nggak tau kamu mikir gimana pas liat anak SMA kerja
VANYA
Yeee, itumah pikiranmu aja yang aneh
MUSAN
Ya maaf
VANYA
Tapi kamu tetep brengsek udah ngata-ngatain Tika
MUSAN
Iyaaa, maaf
VANYA
Ke Tika dong minta maafannya
MUSAN
Iyaa, nanti aku minta maaf
VANYA
Nah gitu


LATER

Suasana perpustakaan sangat hening. Hanya ada Musan dan Vanya yang sibuk membaca buku masing-masing.

VANYA
Aku ngantuk

Tak lama kemudian Vanya mulai menguap, lalu merebahkan kepalanya pada meja. Tak lama setelah itu, Musan memutuskan untuk menutup buku, lalu menatap Vanya dengan saksama.

Musan menopang kepalanya dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain perlahan menyibakan rambut Vanya sampai telinganya terlihat. Kemudian, Musan ikut merebahkan kepalanya ke atas meja, menghadap ke samping sampai wajah mereka berdua saling berhadapan. Kita melihat Vanya yang terpejam, tampak tenang dan anggun.

Tanpa Musan sadari, Vanya perlahan-lahan membuka matanya. Kini kedua mata mereka saling bertatapan. Vanya tampak tenang, sementara Musan tampak terkejut dan salah tingkah.

VANYA
Kamu ngapain

Musan yang malu segera memutar kepalanya membelakangi Vanya

MUSAN
Nggak papa

Vanya tertawa melihat reaksi Musan.

53. EXT. JALAN PERUMAHAN - DAY

Musan dan Vanya pulang bersama. Vanya berjalan di depan, sementara Musan di belakang.

VANYA
Berapa lama kamu ngeliatin aku tidur?
MUSAN
Siapa yang ngeliatin
VANYA
Gengsimu itu loh, tinggi banget. Padahal tinggal bilang “Iya Van, tadi aku ngeliatin kamu tidur, habisnya kamu cantik banget, sayang kalo ga diliatin”
MUSAN
Iya
VANYA
(tersenyum)
Kalo dipikir-pikir asik juga ya punya temen pulang bareng gini

Musan dan Vanya tiba di depan pagar rumah Vanya.

54. EXT. RUMAH VANYA - GERBANG DEPAN - DAY

Vanya balik badan menatap Musan

VANYA
Jadi kita baikan nih?
MUSAN
(bingung)
Van...
VANYA
(dari ceria jadi serius)
Kenapa?
(beat)
Kamu masih nggak enak badan ya? Sori sori aku malah banyak omong.
MUSAN
(gelisah)
Enggak bukan itu, kayaknya... aku nggak bisa lanjut lagi sama kamu deh.
VANYA
(kaget)
Aku nggak salah denger kan?
MUSAN
(menatap Vanya yakin)
Iya, aku nggak bisa lanjut sama kamu
VANYA
Kok tiba-tiba?
(beat)
San, jujur deh sama aku, kamu lagi banyak pikiran kan? Soal kerjaanmu ya? Kalo masalahnya itu-
MUSAN
(memotong ucapan Vanya)
Van, plis. Nggak usah bawa-bawa yang lain deh. Ini tuh cuma cinta-cintaan biasa, kayak anak SMA pada umumnya, nggak ada yang perlu diseriusin
VANYA
(tersinggung)
Kok kamu ngomong gitu?
MUSAN
Ya faktanya emang gitu, kamu pasti juga ngerasain kan? Intinya, aku udah nggak bisa lagi sama kamu.
VANYA
(emosi)
Hah? Tau apa kamu soal perasaanku? terus... terus kalau orang lain cuma main-main, kamu pikir aku sama?! Kalau ujungnya cuma main-main, ngapain kamu beliin es krim malem-malem, ngapain aku susah-susah nyariin kamu? ngapain kamu tadi ngeliatin aku tidur, kamu pikir aku nggak baper? Kamu pikir aku nggak serius?
MUSAN
Van, plis aku nggak mau kita berantem
VANYA
Emangnya aku mau? Kenapa kamu tiba-tiba gini sih?

Musan cuma terdiam, sementara Vanya wajahnya makin memerah, menahan emosi dan tangis. Tak lama setelah itu Bu Susi muncul dari dalam rumah

BU SUSI
Vanya, masuk ke rumah. Nggak enak diliatin tetangga
VANYA
Ini kamu serius?

Musan mengangguk. Vanya yang tak bisa lagi menahan tangisnya memutuskan untuk masuk ke rumah dan meninggalkan Musan. Bu Susi tampak marah ke Musan, sementara Musan hanya diam, tidak tahu apa yang dia rasakan.

55. INT. KELAS 10 IPA 1 - DAY

Kita mendengar suara bel istirahat berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar, sementara Damar cuma melamun sambil melihat ke luar jendela. Kemudian kita melihat Tika memukul meja Damar dengan telapak tangannya.

TIKA
Heh Mar, temen lo gila ya? Tu anak gapunya otak apa gimana sih?

Lamunan Damar terbuyar, dia melihat Vanya dan Tika berdiri di depan mejanya.

DAMAR
Apaan sih Tik? Lo ga liat gua lagi sedih?
TIKA
Alaah alesan, mana si Musan? Mana temen lo itu?
DAMAR
Apaan sih? Kan dia pindah, makanya gua lagi sedih nih sekarang
TIKA
Pindah? Jangan ngawur deh!
DAMAR
Siapa yang ngawur?

Tika dan Vanya terdiam

TIKA
Lo nggak lagi bercanda kan mar?
DAMAR
Nih, dengerin ya Tik, kalo gua bercanda, gue jamin lo pasti ketawa 

Tika dan Vanya saling menatap bingung

DAMAR
Emangnya Musan nggak ngomong ke kalian?

Tika menggeleng.

DAMAR
Van?

Damar dan Tika menatap Vanya, Vanya tampak bingung.

56. INT. RUMAH BARU MUSAN - KAMAR - DAY

Musan tampak sibuk menata kamar barunya, Musan mengangkat kardus, membongkarnya, dan menata barang-barangnya. Kemudian terdengar suara ponsel berdering

(CU) Ponsel Musan di kasur, panggilan masuk dari Vanya.

Musan mengambil ponselnya, menatapnya beberapa saat, lalu menolak panggilan masuk dari Vanya. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar