Dunia Paralel
8. Seq 8

68. EXT. KOTA YOGYAKARTA - NIGHT

Establish shot panorama kota Yogyakarta pada malam hari.

69. INT. KAFE - NIGHT

Jam di dinding menunjukan pukul setengah delapan malam. Di sudut kafe kita melihat Damar dan Tika sedang berbincang.

TIKA
Lo udah ngasih tau mereka tempatnya kan?
DAMAR
Udah lah
TIKA
Lama ya?
DAMAR
Sabar kali, kita juga baru nyampe

Kita melihat Musan membuka pintu kafe, lalu mengedarkan pandangannya.

TIKA
Mar mar, itu orangnya tuh
(melambaikan tangan)
Musan!

Musan berjalan menghampiri Tika dan Damar

MUSAN
(tersenyum)
Mar, Tik, sori telat

Damar tersenyum semangat, dia sontak berdiri, mengajak Musan bersalaman, lalu memeluknya sambil menepuk keras pundaknya.

DAMAR
Gilaa, San? apa kabar lo?
MUSAN
(melepaskan pelukan Damar)
Mar mar mar mar, biasa aja kali, nggak enak sama orang-orang.

Beberapa pengunjung kafe menatap Musan dan Damar heran.

DAMAR
Gila gila lo nggak banyak berubah ya?
MUSAN
Lo juga sama, masih ga waras.
(menoleh ke Tika, lalu mengajaknya bersalaman)
Sehat Tik?
TIKA
Idih, formal banget lo?
(lalu tertawa)
MUSAN
Gue terakhir nih?
TIKA
Bukan, masih kurang satu orang lagi

Musan tampak heran. Bertepatan dengan itu, Winda datang menghampiri mereka.

WINDA
Sori telat.

Musan, Damar, dan Tika menoleh menatap Winda.

MUSAN
(heran, kaget)
Winda?
WINDA
(heran)
Loh san?


LATER


Terdengar musik mengalun lembut, semua minuman sudah tersaji di atas meja.

TIKA
Nggak nyangka ya kita berempat kuliah di Jogja
WINDA
Kalian sering ngumpul kayak gini?
TIKA
Gue sama Damar sih sering, tapi sama Musan baru kali ini
DAMAR
Temen lo tuh, sibuk mulu ngalahin presiden
MUSAN
Ya sori
DAMAR
Lo kuliah ambil apasih? Sibuk amat kayaknya.
MUSAN
Gue sambil kerja soalnya, jadi agak susah cari waktu
WINDA
(menyindir)
Kerja apa? Jaga toko buku?

Mereka berempat tertawa.

TIKA
Lo kenapa sih san pindah nggak bilang bilang?
MUSAN
Emang iya?
TIKA
Engga ya! gue getok pala lo bisa-bisanya lupa
MUSAN
(tertawa)
Kenapa ya? Kalo lo tanya sekarang gue juga lupa, tapi pas itu lagi ribet pokoknya.
TIKA
Btw lo masih kontakan sama Vanya?

Tika, Damar, dan Winda menatap Musan serius, tampak penasaran

MUSAN
Udah enggak, terakhir pas lulus SMA

70. EXT. KAFE - TEMPAT PARKIR - NIGHT

Damar dan Tika tampak berboncengan di atas motor, sementara Musan dan Winda berdiri bersebalahan.

DAMAR
Gue sama Tika duluan ya
TIKA
Daah

Damar dan Tika pergi meninggalkan Musan dan Winda

MUSAN
Pulang naik apa?
WINDA
Paling nanti pesen ojek
MUSAN
Mau gue anter?
WINDA
(heran)
Boleh

Musan dan Winda berjalan menuju tempat motor Musan terparkir.

MUSAN
Gue baru tau lo kuliah di jogja juga
WINDA
Emang baru masuk. Gue kan sempet nganggur setahun
MUSAN
Ohh... Btw film lo yang dulu jadinya gimana?
WINDA
(tesenyum)
Masih inget? Dapet juara tiga, gue masih nyimpen filenya sih, ayok aja kalo mau nonton.

71. INT. MALL - NIGHT

Vanya sedang melihat instagram Tika melalui ponselnya. Kita melihat foto Tika, Damar, Musan, dan Winda berkumpul di kafe. Vanya memperbesar foto tersebut untuk melihat wajah Musan dengan lebih jelas.

Kemudian seorang laki-laki (Julian) tiba-tiba berdiri di belakang Vanya dan menegurnya. Saat itu Vanya dan Julian baru saja selesai makan di sebuah kafe di dalam mall.  

JULIAN
Siapa tuh?
VANYA
(kaget, lalu mematikan ponselnya)
Oh, ini? Tika
JULIAN
Temen SMA?
VANYA
Iya.

72. EXT. RUMAH VANYA - GERBANG DEPAN - NIGHT

Mobil Julian berhenti di depan rumah Vanya.

VANYA
Makasih ya
JULIAN
(mengangguk)
Kamu jadi ke jogja?
VANYA
Jadi, rencana bulan depan. Ikut dosen seminar
JULIAN
Ohh...
VANYA
Mau mampir dulu?
JULIAN
Enggak deh, udah malem. Nggak enak gangguin Bunda.
VANYA
(tersenyum, lalu turun dari mobil)
Yaudah, sampe ketemu besok ya.

73. INT. APARTEMEN MUSAN - NIGHT

Musan dan Winda menyusuri lorong apartemen. 

WINDA
Lo nyewa apartemen gini berapaan?
MUSAN
Murah kok, bekas punya temen, katanya sih angker.
WINDA
Hah? Angker?
MUSAN
Tapi emang bangunan tua sih, makanya murah

Mereka tiba di depan kamar Musan. Saat hendak membuka pintu, seorang laki-laki (Bang Omar) berteriak memanggil Musan. 

BANG OMAR
Woy!

Musan dan Winda menoleh. Bang Omar menghampiri mereka.

WINDA
(panik)
San?

Musan tetap tenang, sementara Winda agak bersembunyi di belakang.

BANG OMAR
Tumben kali kau bawa cewek, udah gede sekarang?
MUSAN
Bang, kenalin ini Winda.

Bang Omar dan Winda bersalaman. 

BANG OMAR
Omar

Bang Omar tersenyum ramah tapi Winda masih agak takut.

BANG OMAR
Mau ngapain kalian?
MUSAN
Nonton film
BANG OMAR
(curiga)
Film???
MUSAN
Nggak usah ngawur, bukan yang begituan.

Bang Omar tertawa puas.

BANG OMAR
Yaudah, lanjut deh, aku pergi dulu.

Bang Omar menarik tangan Musan dan mengajaknya bersalaman sambil menyelipkan sesuatu. Musan tampak kaget. Bang Omar lalu tersenyum, menepuk pundak Musan, lalu pergi.

Musan melihat tanganya, tampak sebuah kondom pemberian Bang Omar.

BANG OMAR
(agak berteriak)
Jangan lupa kunci pintu

Musan menggeleng, membuang kondom di sampah depan, lalu masuk ke apartemen.

74. INT. APARTEMEN - RUANG TEGAH - NIGHT

Musan menekan saklar, tampak apartemen kecil tipe 1 kamar tidur. 

MUSAN
Sori ya, emang agak aneh orangnya

Musan menyalakan kipas angin di ruang tengah, lalu masuk ke kamar.

MUSAN (O.S.)
Kamar dia paling pojok, suka gonta ganti cewek.

Musan keluar kamar sebentar, lalu menengok Winda yang masih berdiri di dekat pintu.

MUSAN
Masuk win, santai aja
(menunjuk sofa)
Tasmu taruh situ tuh, aku ganti baju dulu sebentar.

Winda berjalan masuk, lalu pelan-pelan duduk di sofa sambil masih mengedarkan pandangannya. Setelah itu Musan keluar kamar, lalu membersihkan beberapa barang yang berserakan.

MUSAN
Sori berantakan
WINDA
Mau gue bantu?
MUSAN
Jangan jangan, nggak usah.

Setelah memungut sampah, Musan pergi area dapur kecil di dekat pintu masuk. 

MUSAN
Minum?
WINDA
Apa aja


LATER


Kali ini ruangan tampak gelap, tampak gorden jendela yang tertiup angin, lalu dari depan kita melihat Musan dan Winda duduk di sofa. Saat itu, Winda tampak tertidur dan bersandar pada Musan, sementara Musan menonton film melalui televisi (tampak sebuah cahaya dari televisi) dengan ekspresi datar.

Kemudian kita melihat layar televisi yang menunjukan credit title.

Setelah itu kita melihat Winda membuka matanya, diam sejenak, lalu terkejut dan segera membenarkan posisi duduknya

WINDA
Sori-sori 
MUSAN
Nggak papa
WINDA
Gue udah keseringan nonton, jadinya bosen.

Musan cuma tersenyum. Winda menghela nafas, lalu menyandarkan kepalanya pada sofa dan tampak melamun.

MUSAN
Kalo mau tidur di kamar aja
WINDA
Enggak, nggak usah

Musan mengambil botol mineral, lalu meminumnya.

WINDA
Hampir lima tahun ya?
MUSAN
Hm?
WINDA
Udah hampir lima tahun sejak gue bikin film itu. 

Musan masih tak mengerti, tapi mendengarkan dengan serius.

WINDA (CONT'D)
Bener kata orang, makin ke sini waktu rasanya makin cepet

Musan melirik sekilas, tanpa menanggapi

WINDA (CONT'D)
Masih inget cafebook yang pernah lo saranin?
MUSAN
Masih, kenapa?
WINDA
Kayaknya keren ya kalo bikin satu di Jogja.

Winda mengusap mukanya, lalu membereskan barang-barangnya.

WINDA
Gue balik dulu deh

75. EXT. JALANAN KOTA - NIGHT

Musan dan Winda menyusuri jalanan kota menggunakan motor.

WINDA
(agak teriak)
Sann, gue bisa balik sendiri kali
MUSAN
Udah terlanjur, nggak bisa ngerem.

Winda tersenyum simpul. Winda yang tadinya berpegangan pada dudukan belakang, kini perlahan-lahan tangannya berpegangan pada Musan. Musan melirik sekilas, lalu lanjut memacu motornya tanpa ekspresi apapun.

76. INT. APARTEMEN - KAMAR MUSAN - NIGHT

Kita melihat ponsel Musan di atas meja, lalu terdengar suara notifikasi. Layar ponsel Musan menyala, dan muncul sebuah pesan instagram dari Vanya yang berbunyi, “Hai”

TEXT: BAGIAN 3

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar