Dunia Paralel
11. Seq 11

103. INT. KAFE - NIGHT - PRESENT

Tampak sebuah caffebook kecil dengan beberapa pengunjung di dalamnya. Setelah itu kita melihat Winda merapikan tumpukan kertas - teks film milik Musan, lalu meletakannya ke atas meja. (CU) Teks film “Vanya - Draft 2”. Winda menatap Musan dengan tatapan kecewa.

WINDA
(menghela nafas)
Lo yakin endingnya mau kayak gini?
MUSAN
(heran)
Kenapa?
WINDA
Emang sih alurnya bagus, ada pasarnya, tapi...
MUSAN
Jelek ya?
WINDA
Bukan jelek

Musan tampak bingung

104. INT. APARTEMEN - KAMAR MUSAN - NIGHT

Musan memutar kunci apartemennya, lalu masuk. Apartemen tampak gelap. Musan merokok di balkon. Setelah itu kita melihat Musan berbaring di sofa, menatap langit-langit.

WINDA (O.S.)
Saran gue, coba pikirin lagi deh. Ending kayak gini cuma ngasih tau kalo lo itu egois.

Kita melihat adegan kilas balik cepat sampai ke waktu Musan dan Vanya sedang di Punthuk setumbu. 

105. EXT. PUNTHUK SETUMBU - PUNCAK - DAWN - FLASHBACK

Saat itu Musan sedang memberikan jam tangan kepada Vanya. Namun, Vanya menolaknya. 

VANYA
San, aku nggak bisa terima ini.
MUSAN
Kenapa?
VANYA
Aku... aku minta maaf.
Vanya tampak menangis, lalu matahari mulai terbit.

106. INT. KAMPUS - KELAS - DAY

Musan melamun dan melempar pandangannya ke luar jendela. Sementara mahasiswa yang lain satu persatu meninggalkan kelas, menyisakan Musan dan Dosen.

DOSEN
Musan? Musan!!

Musan terbuyar dari lamunannya, lalu sadar kelas sudah sepi.

DOSEN
Udah selesai?
MUSAN
Sudah Pak

Musan berjalan ke depan, menyerahkan kertas ujian.

107. INT. MOBIL - DAY

Vanya naik mobil bersama Julian.

JULIAN
Gimana jogja?
VANYA
Asik, refreshing dikit lah.
JULIAN
Ketemu Tika?
VANYA
Enggak

Dika manggut-manggut

VANYA
Kamu ngapain jemput sih? kan aku udah bilang bisa pulang sendiri
JULIAN
Bunda yang suruh, dia kawatir kamu susah dihubungin. Lagian slow respon banget jadi orang.

Vanya cuma diem

JULIAN
Van?
VANYA
Iya, di jogja sinyalnya jelek.

Julian menatap Vanya heran.

108. INT. KAFETARIA - DAY

Musan tampak melamun menatap ponselnya melihat foto matahari terbit pada instagram Vanya. Kemudian, dia mendapat pesan dari Julian yang berisi “Boleh follback?” 

Musan membuka profil instagram Julian, lalu meliaht foto Vanya di situ. 

DAMAR
San? Woy!

Teriakan Damar membuyarkan lamunan Musan. 

DAMAR
Lo kenapa sih nglamun mulu? Lagi ada pikiran ya?
MUSAN
Sori, nggak papa kok.

Kemudian Tika dan Winda datang sambil membawa minuman, lalu duduk di depan 

TIKA
San, Vanya habis ke Jogja ya?
MUSAN
Tau darimana?
TIKA
Ih, beneran? lo ketemu dia?

Musan mengangguk

TIKA (CONT'D)
Kok nggak bilang gue sih?

Musan tampak bingung sementara kita melihat Winda tampak kecewa.

109. INT. APARTEMEN - KAMAR MUSAN - NIGHT

Musan duduk di depan meja komputernya. Kita melihat Musan sedang video call dengan Vanya melalui komputernya.

VANYA
San, kamu mau kenalan nggak? Sekarang aku punya temen baru. Doodle, sini doodle.

Vanya tampak memanggil kucingnya dengan semangat. Kemudian kita melihat Vanya memangku seekor kucing.

VANYA (CONT'D)
Doodle, kenalan dulu sama Om Musan. Bilang meong, ayo bilang meong

Musan menatap tingah lucu Vanya dengan ekspresi datar. Doodle kemudian menyingkir dari Vanya, lalu Vanya tampak tertawa sendiri.

VANYA
Lucu kan? Dia takut sama kamu?
MUSAN
Nemu dimana?
VANYA
Enak aja nemu, aku adopsi tau. Btw aku mau ngerjain tugas lagi, kumatiin dulu ya. Daah.

Lalu video call berakhir. Musan menarik nafas dalam-dalam, lalu mulai mengetikan sesuatu. Di komputer kita melihat tulisan "Vanya-Draft 1".

110. INT. LAUNDRY KOIN - DAY

Kita melihat mesin cuci berputar dengan kencang. Di situ, Musan dan Bang Omar sedang duduk menunggu cucian mereka selesai.

MUSAN
Cowoknya 4 tahun lebih tua, lebih mapan juga. Nggak bisa dibandingin lah sama anak yang masih skripsian.
BANG OMAR
Emang susah ya pacaran yang seumuran
MUSAN
Iya, dari awal aku udah sadar kalau garis startku beda sama yang lain
BANG OMAR
Tapi kalian masih deket?
MUSAN
Masih, aku sendiri juga heran, hampir tiap malem kita telponan
BANG OMAR
Udah berapa lama kayak gitu?
MUSAN
Setahun lah
BANG OMAR
Terus? apa yang kau rasain?
MUSAN
Seneng, sesek, nyampur jadi satu. Aku juga nggak tau.
(beat)
Padahal waktu itu Vanya juga pernah bilang soal ini, tapi aku nggak peduli
BANG OMAR
(menghela nafas)
Kalo boleh ngasih saran, mending kau jujur sama diri sendiri deh, hubungan kalian udah nggak sehat.

Mesin cuci mulai berhenti. Bang Omar mulai mengambil pakaiannya dari dalam mesin cuci dan memasukannya ke keranjang.

BANG OMAR
Aku sendiri sebenernya juga nggak yakin soal hubunganku sama Lili
MUSAN
(heran)
Kenapa?
BANG OMAR
Aku ada rencana ke Belanda
MUSAN
Ngapain?
BANG OMAR
Lanjut kuliah, udah aku rencanain dari lulus SMA.
MUSAN
Udah dapet?
BANG OMAR
Belum lah, paling masih tahun depan. Masih coba nyari beasiswa
MUSAN
Terus Lili?
BANG OMAR
Nggak tau, dia juga belum tau. Yang jelas dia nggak mau kalo LDR. Susah emang kalo variabelnya udah nambah jarak

Musan cuma terdiam.

BANG OMAR
Pusing nggak sih? makin dipikir malah makin ribet

Lalu Bang Omar tersenyum

111. INT. APARTEMEN - BALKON - NIGHT

Musan menatap lanskap perkotaan sambil menelpon Vanya.

VANYA (O.S)
San, tau nggak? doodle sakit dari kemarin, demamnya nggak turun-turun. Pusing aku
MUSAN
Van, sebenernya kamu nganggep aku apasih?
VANYA (O.S)
kok ngomong gitu?
MUSAN
Sekarang jawab jujur, kamu nganggep aku apa?

Vanya diam, tidak menjawab

MUSAN (CONT'D)
Nggak bisa jawab kan?
VANYA (O.S)
Setiap kali ada pengen cerita, aku langsung kepikiran kamu. Setiap kali aku panik, kamu selalu jadi orang yang bisa nenangin. Jujur, cuma sama kamu aku bisa cerita bebas kayak gini. Emang nggak bisa ya kita temenan?
MUSAN
Van, kamu kan udah punya pacar, kenapa nggak cerita sama dia? kenapa ngaak telponan sama dia? kenapa malah aku?

112. INT. RUMAH VANYA - KAMAR VANYA - NIGHT

Kita melihat Vanya tampak murung.

VANYA
Maaf aku egois
MUSAN (O.S)
Sakit Van, sesak rasanya.
VANYA
Maaf ya

113. INT. APARTEMEN - BALKON - NIGHT

MUSAN
Kamu pasti juga ngerasain kan kalo hubungan kita nggak bener.
VANYA (O.S)
Jadi kamu mau ngilang?
MUSAN
Mulai sekarang mending kita nggak usah kontakan lagi, itu yang terbaik. Kalo diterusin aku takut bisa benci sama kamu
VANYA (O.S)
Kamu nyesel ketemu sama aku?
MUSAN
(ragu-ragu)
Iya

Musan menutup telponnya, tampak menahan tangis.

SFX: A Graceful Retreat - Reality Club

114. EXT. PANTAI - DAY

Musan duduk di bawah pohon, menatap Damar dan Tika yang bermain di pinggir Pantai. Di sebelah Musan, kita melihat Winda. Sesekali Winda melirik ke arah Musan, tapi Musan tak balas menatapnya. Hanya menunjukan ekspresi datar.

115. KAMPUS - KELAS - DAY

Musan tampak serius, sedang mempresentasikan tugas akhirnya di depan dosen pembimbing. Musan menunduk memberi salam, lalu kita melihat Damar, Tika, dan Winda tepuk tangan dengan ekspresi gembira.

116. TAMAN - DAY

Damar tampak mengatur kameranya. Lalu setelah siap dia berlari menuju teman-temannya. Tampak Musan, Damar, Winda, dan Tika berkumpul untuk merayakan wisuda Musan.

117. INT. APARTEMEN - KAMAR MUSAN - NIGHT - PRESENT

Terdengar suara ketukan di pintu. Saat Musan membuka pintu, tampak Lili berdiri di sana.

LILI
Kamu Musan kan?
MUSAN
Siapa?
LILI
Lili, pacarnya Omar. Boleh masuk?

Tanpa menunggu izin Musan, Lili langsung masuk. Musan menutup pintu. Lili mengamati setiap sudut apartemen Musan.

LILI
Berantakan

Musan menghela nafas.

LILI
Aku duduk dimana?
MUSAN
Terserah.

Lili duduk di sofa sementara Musan mengambil minum di kulkas. 

MUSAN
Mau minum?
LILI
Mau
MUSAN
Apa?
LILI
Punya bir?
MUSAN
Aku nggak minum

Lili meraih naskah film milik Musan di meja, lalu membacanya sekilas.

LILI
Kalo gitu jus jeruk
MUSAN
Nggak ada jus
LILI
Kalo gitu terserah deh

Musan mengambil kopi dari dalam kulkas, lalu memberikannya ke Lili. Saat kembali Musan mendapati gadis sedang membaca naskah novel milik Musan yang ada di meja. Musan kemudian duduk dan meletakan kaleng kopi ke atas meja.

LILI
Aku nggak suka kopi.

Musan tidak peduli, lanjut membuka kaleng kopi dan meminumnya.

LILI
Ini kamu yang nulis?
MUSAN
Iya, masih belajar
LILI
(Manggut-manggut)
Ohh... Aku nggak suka baca, tapi kalo kutebak pasti isinya pengalaman hidupmu kan?
MUSAN
Kok tau?
LILI
Kata Omar orang yang pertama kali nulis, biasanya nulis pengalamannya sendiri. Biar kutebak lagi. Tokoh perempuannya pasti teman sekolahmu.

Musan tidak menjawab, tampak kikuk sambil lanjut minum kopi. Melihat tingkah Musan Lili tertawa.

LILI
Terus, dia tau kalau kamu nulis cerita?

Musan menggeleng

LILI
Kalau nanti jadi film beneran gimana dong?
MUSAN
Nggak mungkin. Susah ngeringkes cerita 8 tahun jadi film 2 jam.
LILI
Tapi kalo jadi beneran gimana?
MUSAN
Nggak tahu. Marah kali, bisa juga dia nggak nonton. Lagian nggak pakai nama asli, nggak mungkin sadar.
LILI
Haduh, kamu ini katrok apa gimana sih. Semua itu butuh consent.
MUSAN
Maksudnya?
LILI
Maksudnyaaa kamu bilang lah sama cewekmu itu kalo nulis film.

Musan menatap Lili, sadar kalau yang Lili katakan benar.

LILI
Btw kamu nggak keberatan kan kau mampir? tadinya mau langsung pulang, tapi tiba-tiba hujan.
MUSAN
Emang Bang Omar kemana?
LILI
Ada di kamar, Aku habis berantem sama dia.
MUSAN
Kenapa?
LILI
Dia ngajak aku tidur, tapi habis itu bilang mau lanjut kuliah ke Belanda
MUSAN
Belanda?
LILI
Nggak nyangka kan? orang kayak dia otaknya encer
MUSAN
Terus masalahnya?
LILI
Ya jarak lah, apalagi? Aku 3 tahun kuliah di Prancis, 3 kali nyoba LDR, tiga-tiganya gagal. Cuma orang goblok yang mau gagal 4 kali
MUSAN
Tapi kan ada yang berhasil
LILI
Ya ada, tapi bukan aku. Lagian siapa yang percaya coba kalo bentukannya kayak Omar? Mana tahan dia seminggu nggak tidur sama cewek
MUSAN
Nggak tahu deh. Aku nggak mau ikut campur.
LILI
(Tertawa lagi)
Kamu pasti belum pernah tidur sama cewek kan?

Musan menatap gadis itu kesal.

LILI
Bener, kan?
MUSAN
Kenapa emang?
LILI
Nggak papa

Lili menatap jam di dinding, pukul sebelas malam.

LILI
Aku pulang dulu deh. Kopinya aku bawa. Bilang ya kalo filmnya udah jadi, aku mau nonton.

Lili mengambil kopi di meja, lalu berdiri dan pergi. Saat mencapai pintu Lili berhenti dan menoleh.

LILI
Oiya, Bilang Omar jangan nelpon aku lagi. Tapi aku suka sama kamu sih, jadi kapan-kapan aku mampir.

Kemudian Lili pergi tanpa menutup pintu.


LATER


Kini Musan tampak fokus di depan layar komputernya, menghela nafas sesaat, lalu mulai mengetikan sesuatu. Kita melihat jam bergulir dengan cepat dan tangan Musan mengetik dengan lincah. Kemudian terdengar suara printer kertas, beberapa kertas tampak berserakan, lalu jam menunjukan pukul tujuh pagi.

Musan tampak tertidur di sofa. Kemudian kita melihat sebuah amplop coklat panjang (berisi naskah film) dengan tulisan “Dari: Musan, Untuk: Vanya”

SFX: Dunia Pararel - Adhitia Sofyan

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar