Dunia Maya
4. teror dua alam

27. INT. KAMAR TIDUR MAYA — MALAM

Maya berdiri menghadap jendela yang terbuka tirainya. Hujan lebat mulai turun, Sambaran cahaya kilat dan suara guntur semakin sering intensitasnya. 

Maya memegang ponselnya dan mencoba menghubungi dhani. Suara nada sambung terdengar. Tak lama kemudian terdengar suara dhani dari ponsel. 

DHANI (V.O.)

Hallo say... sudah kangen ya?

MAYA

(tersenyum)

Dhan, kamu lagi ngapain?

DHANI (V.O.)

Ni lagi ngumpul sama teman-teman, tapi nggak asyik, nggak ada kamu. 

MAYA

Dhan, Kau bisa jemput aku malam ini?

DHANI (V.O.)

Apa?, Jemput malam ini? Ada masalah apa may?

MAYA

(menahan tangis)

Nanti aku ceritakan, pokoknya jemput aku malam ini juga, please..

Tiba tiba perhatian Maya tertuju pada sosok Ayu yang ada diluar rumah. Dia melihat Ayu berdiri ditengah hujan sambil membawa payung memandangi jendela tempat dia berada

DHANI (V.O.)

Oke-oke.. Kalau itu maumu aku akan kesana malam ini juga.

MAYA

(sambil melihat kearah ayu)

Terima kasih dhan, aku tunggu.

Maya mengalihkan perhatiannya untuk menutup sambungan ponselnya. saat dia melihat kearah luar jendela lagi, ternyata sosok Myu sudah tidak nampak lagi. 

Dia mengambil sebungkus rokok dari kantong celananya yang ternyata isinya sudah kosong, diapun meremas-remas bungkus rokok tersebut dan membuangnya ke lantai. 

Dia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Dia pun meraih tirai jendela dan berniat menutupnya, tiba-tiba Maya melihat sosok Ningsih yang pernah dia lihat dihutan dengan gaun putih dan wajah pucat tersenyum padanya dari kejauhan. 

Maya seakan terpaku tak bisa bergerak hingga tiba tiba terdengar suara gelas pecah dari ruang makan, secara reflek Maya menoleh ke sumber suara, tapi seketika hening, Maya pun kembali mengalihkan pandangannya ke arah jendela, tapi sosok Ningsih tiba-tiba menghilang. 

Dia menutup tirainya dan mundur ke tempat tidur sambil memegang kepalanya yang dirasa semakin pusing. Dia duduk dan merebahkan badanya di kasur. Matanya tertuju pada bola lampu yang ada diatas plafon. Tiba tiba lampu tersebut berkedip seolah mau padam,tak berselang lama lampu tersebut kembali normal. 

Perlahan lahan matanya mulai menutup, disaat itulah cahaya petir menyambar hingga menimbulkan suara guntur keras dan lampu seluruh rumah mati. maya membuka matanya dan duduk lagi, suasana gelap dan sepi menyelimuti kamar Maya. Tiba-tiba Suara ketukan pintu membuat Maya sedikit tersentak kaget. 

MAYA (CONT’D)

Siapa?

JURAGAN SASTRO (O.S.)

Bapak..

Maya terdiam sebentar. Pancaran cahaya kilat dari jendela kaca menerangi sesaat ruangan kamarnya.

JURAGAN SASTRO (O.S.) (CONT’D)

Bapak minta maaf dan ingin bicara sebentar...

Maya berdiri dan berjalan menuju pintu kamarnya. Dengan ragu-ragu dan perlahan dia membuka pintu. Dia melihat bapaknya berdiri sambil membawa lampu minyak. Cahaya lampu minyak memancar ke wajah ayahnya yang berseri dan lebih teduh dari biasanya.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

Boleh bapak masuk?

Maya tidak menjawab, dia berbalik lagi ke arah ranjangnya dan membiarkan pintunya tetap terbuka. juragan Sastro masuk mengikuti dan menaruh lampu minyak diatas meja belajar. Maya duduk ditepi ranjang. Juragan sastro ragu sejenak.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

Boleh bapak duduk disini?

Maya menganggukkan kepala perlahan, juragan Sastro pun kemudian duduk disebelah maya.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

Sekali lagi bapak minta maaf atas kejadian tadi.

Juragan Sastro menunjukkan sebuah musik box kecil dari kayu yang dari tadi dia genggam.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

(menyodorkan ke maya)

Kamu ingat kotak ini?.. 

Maya menerima musik box tersebut dan melihat-lihatnya sebentar, kemudian maya memutar tuasnya hingga terdengar suara musik castle in the sky. 

maya menikmati setiap dentinganya.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

Bapak membelikan itu ketika usiamu baru menginjak lima tahun. Setiap malam menjelang tidur, kamu selalu minta duduk dipangkuan bapak dan meminta untuk diputarkan musik itu terus menerus hingga kau tertidur pulas. dari situ sebenarnya bapak tahu bahwa sebenarnya kamu menyukai musik.

Maya menghentikan gerakan tangannya. suasana hening sejenak, juragan Sastro menarik nafas panjang dan melanjutkan bicara

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

Tapi bapak terlalu egois hingga memaksa anak anak bapak menjadi apa yang bapak inginkan dan bukan apa yang kalian inginkan. bapak menyesal dan minta maaf pada kalian semua...

Perlahan Maya menyandarkan kepalanya ke bahu bapaknya. Juragan Sastro tak bisa membendung rasa harunya.

MAYA

Maya juga minta maaf, kalau selama ini maya selalu menyakiti hati bapak. 

JURAGAN SASTRO

Tidak nak... tidak ada yang perlu dimaafkan, bapak pantas menerima ini semua.

Maya mengangkat kepalanya dan menatap wajah bapaknya.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

(tersenyum)

Mulai sekarang bapak akan mendukung apapun pilihanmu selama itu membuat kamu bahagia.

MAYA

Terima kasih pak...

Maya langsung memeluk bapaknya. Juragan Sastro pun mengusap dan mencium kepala anaknya. setelah keduanya saling meluapkan perasaanya, juragan sastro mengambil sebuah kalung liontin dari sakunya.

JURAGAN SASTRO

(Menunjukkan liontin)

Oh iya... bapak punya sesuatu untuk kamu. ini kalung liontin peninggalan orang tua bapak. Dulu didalamnya terpasang foto kakek dan nenekmu, sekarang bapak ganti dengan foto bapak dan ibumu, supaya kamu selalu mengingat kita berdua dimanapun kamu berada. simpanlah..

Maya menerima liontin tersebut. Dia membuka dan melihat foto kedua orang tuanya terpasang didalamnya.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

Ayo, kita kembali ke meja makan, ibu dan kakakmu sudah menunggumu.

Juragan Sastro berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu maya berdiri. Maya menerima uluran tangan bapaknya. Mereka berjalan sambil membawa lampu minyak keluar kamar.

Seketika ruang kamar menjadi gelap, hanya terlihat daun jendela yang remang-remang oleh cahaya malam. Saat pancaran cahaya kilat menyala, tampak bayangan sosok wanita yang berdiri di luar jendela.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar