Dunia Maya
2. mobil bermasalah

12. EXT. ESTABLIS JALAN BERKELOK PEGUNUNGAN — SORE

Jalan berkelok disepanjang pegunungan nampak seperti ular yang merayap. Suasana jalan sepi dan sinar matahari sudah mulai berwarna kuning keemasan. Terlihat mobil Baskoro menyusuri jalan tersebut.


13. I/E. MOBIL BASKORO DIJALAN PEGUNUNGAN — SORE

Maya duduk terdiam di bangku tengah sambil menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik dari earphone yang tersambung dengan ponselnya. ia mengenakan setelan celana jeans dan jaket kulit serta kain syal yang melingkar di leher. 

Sementara Intan dan Baskoro duduk di bangku depan. Intan memperhatikan dan menikmati pemandangan sekitar, sementara Baskoro fokus kedepan sambil memegang kemudi. 

Sesekali Baskoro melirik kaca spion tengah melihat tingkah Maya. Baskoro mencoba memecahkan keheningan didalam mobil dengan bertanya ke maya.

BASKORO

May...

Maya tidak mendengar panggilan kakaknya. Dia terus menikmati alunan musik dari earphonenya, sementara Intan menoleh kearah suaminya dan kearah maya.

BASKORO (CONT’D)

(Mengeraskan suara)

Maya..!

Intan mencolek Maya dan memberi isyarat pada Maya bahwa mas Bagas memanggilnya. Maya melepas earphonenya dan memandang kearah Baskoro.

BASKORO (CONT’D)

May, mas ingin menanyakan sesuatu ke kamu.

MAYA

Masalah apa? Masalah Dhani?

Maya terlihat jengkel dan ingin memakai earphonnya lagi.

BASKORO

May,.. Please, tolong dengarkan mas dulu.

Maya mengurungkan niatnya memasang earphone dan membuang pandangannya ke arah jendela samping.

BASKORO (CONT’D)

Kamu sudah dewasa May, mas nggak akan mencampuri hubunganmu dengan Dhani.

MAYA

Lalu masalah apa?

BASKORO

Ini masalah kuliahmu...

Maya langsung memalingkan wajahnya memandangi kakaknya.

MAYA

Jadi Mas nggak setuju Maya kuliah musik?!

BASKORO

Bukan begitu May, Mas tidak pernah melarangmu kuliah musik, kalau seandainya mas tidak setuju, dari awal mas nggak akan menandatangani semua berkas pendaftaranmu.

Maya memalingkan lagi pandangannya dan menatap kosong kearah luar jendela mobil.

BASKORO (CONT’D)

Masalahnya sampai sekarang bapak dan ibu belum tahu kalau kamu mengambil kuliah musik. Selama ini kalau bapak dan ibu bertanya,mas selalu berusaha menghindar dan mengalihkan pembicaraan, mas gak bisa seperti ini terus May, pokoknya saat ini adalah waktu yang tepat untuk bicara

INTAN

Benar apa kata mas mu dik, mbak intan pun kalau ditelepon ibu juga serba salah. Lebih baik kamu bicara pelan-pelan dan terus terang ke mereka, mbak yakin mereka akan memahami pilihanmu.

MAYA

(tersenyum kecut)

Mbak Intan gak ngerti sifat bapak itu seperti apa, apapun yang Maya ingin lakukan selalu salah dimata bapak,dia selalu egois tidak mau tahu apa keinginan maya.

Intan dan Baskoro saling pandang sejenak. Baskoro menghela napas dan menggelengkan kepala.

Sementara suasana jalan pegunungan semakin teduh oleh bayangan pohon yang lebat. Baskoro melirik botol minum didasboard samping , dia mengambil dan membuka tutup botol sambil memegang kemudi.

Saat meneguk minuman tiba tiba dari arah depan muncul seekor kucing hitam melintas menyeberang jalan, dengan reflek Baskoro langsung membanting setir ke kiri dan menginjak pedal rem hingga tubuh mereka bertiga sempat terdorong ke depan. Mesin mobil mati, suasana hening sejenak. 

Intan terlihat sedikit shok dan mengatur nafasnya yang tersengal, sementara Maya yang sempat terdorong berusaha bangkit dan melihat ke arah kaca belakang mobil. 

Baskoro menyeka air yang tumpah di bajunya sambil meletakkan botol minumnya dan berusaha menenangkan suasana.

BASKORO

(Memegang tanggan Intan)

Mama nggak apa-apa?

Sambil mengatur nafas Intan mengangguk.

BASKORO (CONT’D)

Kamu juga nggak apa-apa May?

MAYA

(Melihat kekaca belakang)

Iya mas... ee.. sepertinya kita menabrak sesuatu.

BASKORO

(Sambil menstater mobil)

Ya... mungkin seekor tupai 

Mesin mobil tidak mau menyala, dicobanya beberapa kali menstater tapi mesin mobil tetap tidak mau menyala, Baskoro mulai sedikit kesal.

Maya membuka pintu mobil dan hendak keluar menuju bangkai hewan yang tertabrak tadi, Baskoro berusaha mencegah namun maya tidak menghiraukan.

BASKORO (CONT’D)

Maya...mau kemana kamu? 

MAYA

(Sambil keluar mobil)

Mau mengubur hewan tadi..

BASKORO

May, tunggu.. 

Baskoro mencoba menstater mobilnya lagi, tapi tetap tidak mau menyala.

BASKORO (CONT’D)

(Memukul setir mobil)

Sial !!...

INTAN

Kenapa mobilnya mas?

BASKORO

Entahlah, sepertinya ada masalah dengan accu nya. Sebentar mas periksa dulu.

Baskoro keluar mobil diikuti intan yang juga ikut keluar.


14. EXT. JALAN PEGUNUNGAN DI TENGAH HUTAN — SORE

Baskoro melihat kearah maya yang duduk jongkok didepan bangkai hewan yang mati, Baskoro berjalan hendak mendekat tapi diurungkan karena melihat Intan yang hendak mengikutinya. Dia memberi tanda dengan tangannya agar Intan berhenti, dan dia berteriak ke arah maya.

BASKORO

May,.. Hewan apa yang tertabrak?

MAYA

Kucing mas.

BASKORO

Masih hidup atau sudah mati?

MAYA

(melepas kain syal)

Sudah mati mas.

Maya membungkus bangkai kucing dengan kain syal yang dia pakai, sementara Baskoro berbalik dan mengajak intan menuju kap depan mesin mobil lalu membukanya. 

Maya mengangkat bangkai kucing yang sudah terbungkus kain syal dan mencari tempat untuk menguburnya. Dia memperhatikan suasana sekitar, dia baru sadar kalau ternyata dia berada di tengah hutan diperbukitan.

Hawa dingin mulai terasa seiring kabut tipis yang mulai terlihat turun, suara bising serangga tonggeret saling bersautan, maya berjalan masuk ke tepi hutan mencari tanah yang sedikit gembur untuk menggali lubang. 

Setelah menemukan tempat yang cocok dia berjongkak meletakkan bangkai kucing serta mengambil dahan kering disampingnya dan mulai menggali.

Baskoro memeriksa kabel yang menghubungkan accu. Dia menggoyang-goyang kabel untuk memeriksa kerapatan kabel. Sementara Intan berdiri memperhatikan suaminya.

BASKORO

Ma,.. tolong kamu coba stater pelan-pelan.

Intan mengangguk dan langsung masuk ruang kemudi. dia memutar kunci kontak, suara dencitan dinamo stater mulai memicu mesin.

BASKORO (CONT’D)

Sekali lagi ma....

Suara dinamo stater berdencit lagi dan pada saat yang bersamaan mesin mobil mulai menyala. Baskoro tertawa senang dan segera menutup pintu kap mesin. Dia memperhatikan sekeliling mencari keberadaan maya yang tak terlihat lagi.

Maya sudah menyelesaikan pekerjaanya. Dia menepuk-nepuk gundukan tanah tempat dia mengubur bangkai kucing tadi. Setelah itu dia berdiri dan membersihkan kedua tangannya sambil melihat sekeliling, dan pandangan Maya berhenti pada sosok wanita berbaju putih(ningsih) yang berdiri di sela-sela pohon besar memperhatikan dia dari kejauhan. 

Maya tertegun dan tidak bisa bergerak sedikitpun, disaat keadaan mencekam itu tiba-tiba maya terperanjat kaget dan berbalik ke belakang saat sebuah tangan mencengkeram pundaknya dari belakang.

BASKORO (CONT’D)

(Memegang pundak maya)

Ups... maaf..

Maya menahan nafas dan berusaha tenang setelah dia tahu bahwa yang memegang pundaknya tadi adalah kakaknya.

BASKORO (CONT’D)

Kamu baik baik saja?

Maya mengangguk dan menoleh lagi kearah wanita misterius yang dilihatnya tadi, tapi sudah tidak ada. Baskoro heran melihat adiknya bertingkah aneh.

BASKORO (CONT’D)

Ada apa may?

MAYA

(sedikit bingung)

Tadi maya melihat sosok wanita di samping pohon besar itu mas.

BASKORO

(Melihat pohon besar)

Mungkin wanita pencari kayu bakar. ya sudah,..ayo kita jalan... 

Baskoro berjalan menuju mobil diikuti maya dari belakang. Sesekali maya penasaran dan menoleh ke arah belakang, tapi hanya deretan pohon yang terlihat. 


15. EXT. HALAMAN RUMAH JURAGAN SATRO — SORE

Bangunan rumah juragan Sastro yang bergaya belanda berdiri di antara perkebunan teh jauh dengan rumah penduduk. 

Awan mendung mulai terlihat menyelimuti kawasan perkebunan. juragan Satro duduk dikursi teras rumah membaca koran sambil sesekali menghisap rokoknya. 

tak lama kemudian Ibu Sulastri muncul dari dalam rumah membawa secangkir kopi untuk suaminya.

IBU SULASTRI

Kopinya pak.
Juragan Sastro
(Terus membaca koran)
hemm

Ibu Sulastri melihat kearah langit yang mulai mendung.

IBU SULASTRI

Sudah sore dan mendung seperti ini anak-anak kok belum juga datang pak?

JURAGAN SASTRO

(membolak-balik koran)

Lah tadi waktu ibu telepon ngomongnya sudah sampai mana? 

IBU SULASTRI

Katanya sudah masuk wilayah hutan dibawah..

JURAGAN SASTRO

Ya sudah, bentar lagi kan sampai. Ngomong-ngomong si Maya ikut pulang nggak? 

IBU SULASTRI

Kata Baskoro tadi ikut pulang. Memang kenapa?

JURAGAN SASTRO

Ya syukurlah... berarti masih ingat kalau punya orang tua. 

Ibu Sulastri terdiam, Juragan Sastro menutup korannya dan meminum kopi yang ada di meja.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

Bapak nggak ngerti jalan pikiran anakmu yang satu itu, kelihatanya semakin lama semakin berani sama bapak. Apa salah bapak?

IBU SULASTRI

Lah dulu yang nyuruh dia sekolah SMA di jakarta siapa? bapak toh? Sudah tahu di jakarta pergaulannya seperti itu?

JURAGAN SASTRO

Loh, kan di Jakartanya juga nggak dilepas bebas, wong hidup sama mas dan mbak iparnya,niat bapak menyekolahkan dia di jakarta itu supaya dapat pendidikan yang baik, yang bonafit.

IBU SULASTRI

Ya sudah... nanti biar ibu yang ngomong pelan-pelan.

Mobil Baskoro terlihat memasuki halaman rumah. Ibu Sulastri tersenyum gembira dan berdiri. 

IBU SULASTRI

itu pak, yang dirasani sudah sampai

Mobil berhenti tak jauh dari teras. Ibu Sulastri berjalan dan berdiri didepan teras, dia memberi isyarat ke suaminya agar ikut berdiri menyambut kedatangan anak-anaknya. Juragan Sastro pun menuruti dan berdiri disamping istrinya.

Baskoro, Intan, dan Maya membuka pintu dan turun dari mobil. Mereka menuju kebagasi belakang untuk menurunkan tas mereka. Maya mengambil dan membawa tas ranselnya, sementara Baskoro membawa satu tas besar dan koper sedangkan Intan menenteng tas makeup dan kotak perhiasnya.

Maya berjalan didepan diikuti Intan dan Baskoro. Maya mendekati kedua orang tuanya yang berdiri berdampingan. Maya mencium tangan dan memeluk ibunya sementara ibunya tersenyum memegang kepala maya dan mencium kedua pipinya.

IBU SULASTRI (CONT’D)

(Sambil mencium pipi maya)

Emm, anakku yang paling cantik... gimana kabarnya? 

MAYA

(Tersenyum)

Baik bu..

Juragan Sastro pun sudah siap melakukan hal yang sama, dia menjulurkan tangannya, Maya pun menyalaminya tanpa mencium tangan. Wajahnya tertunduk tanpa melihat wajah bapaknya dan langsung masuk kedalam rumah. Juragan Sastro dan istrinya saling pandang, bu Sulastri melihat suaminya menahan rasa kekesalan diwajahnya. 

suasana sedikit canggung itupun kembali cair ketika ibu Sulastri menyapa Intan yang dari tadi juga ingin bersalaman dengan ibu.  

IBU SULASTRI

(Tersenyum)

Sehat nduk?..

Ibu Sulastri memperlakukan Intan seperti Maya. Dia memeluk dan mencium intan

INTAN

Sehat bu,...

Setelah itu Intan mencium tangan bapak mertuanya dan memeluknya. Baskoro meletakkan tas dan kopornya kemudian melakukan hal yang sama pada keduanya.

IBU SULASTRI

Kamu juga sehat bas?

BASKORO

Iya bu...

Baskoro kemudian memeluk bapaknya

BASKORO (CONT’D)

Pak,.. Bapak sehat?

Juragan Sastro mengangguk dan merangkul Baskoro.

IBU SULASTRI

(Menggandeng Intan)

Ayo masuk -masuk.... 

Baskoro hendak mengambil tas dan kopernya.

JURAGAN SASTRO

(Menahan Baskoro)

Sudah biarkan si Ayu yang memasukkan. sini bas, Bapak ingin bicara sebentar sama kamu.

Juragan Sastro duduk di kursi teras diikuti Baskoro. Sementara ibu Sulastri memanggil Ayu.

IBU SULASTRI

(Sedikit teriak)

Ayu... Ayu...

AYU (V.O.)

Iya Bu...

Ayu muncul dari dalam rumah.

IBU SULASTRI

Tolong masukkan tas dan koper mas Baskoro langsung kekamarnya.

AYU

Njeh bu...

Ayu langsung bergegas mengangkat tas dan koper baskoro dan membawanya masuk. ibu Sulastri melihat sebentar kearah suaminya yang sedang ngobrol dengan Baskoro.

IBU SULASTRI

Ngobrolnya nggak didalam saja pak?

JURAGAN SASTRO

Iya sebentar, ibu masuk saja dulu.

Ibu Sulastri melihat ke arah Intan dan tersenyum.

IBU SULASTRI

(menggandeng Intan)

Ayo masuk dulu nduk?

CUT TO:


16. INT. RUANG TAMU RUMAH JURAGAN SASTRO — SORE

Ibu Sulastri menggandeng intan memasuki ruang tamu. Sebuah lukisan foto juragan satro dan istri berukuran besar terpampang di tembok tepat diatas sofa. Beberapa perabot antik dan guci tertata rapi diruangan ini. ibu Sulastri mengajak intan duduk di sofa panjang. Beliau mengelus perut intan.

IBU SULASTRI

Sudah berapa bulan nduk?

INTAN

Jalan empat bulan bu..

IBU SULASTRI

Lho nggak terasa, kok sudah empat bulan.. Oh iya, berarti waktunya diselameti... sudah diselameti belum?

INTAN

Untuk apa bu?

IBU SULASTRI

Lho alah... Baskoro gak ngomongi to? kalau dijawa, usia kehamilan empat bulan itu namanya mapati, harus selametan nduk... karena usia empat bulan itulah bayi ditiupkan ruh sama yang kuasa. 

INTAN

Oh.. Makanya kok beberapa hari ini sudah mulai ada gerakan bu.

IBU SULASTRI

Ya iya, wong sudah hidup. Ya sudah besok selamatan disini saja, biar ibu yang menyiapkan semuanya. sekarang kamu istirahat dulu dikamar. Biarkan masmu baskoro masih ngobrol sama bapak..

INTAN

Intan ingin mandi dulu bu, rasanya badan ini lengket semua?

IBU SULASTRI

Iya sudah, hati-hati kekamar mandinya. Mana tadi si Ayu, (Memanggil Ayu) yu.., ayu...

Ayu muncul dari arah dapur

AYU

Njeh bu...

IBU SULASTRI

Tolong kamu temani mbak Intan ke kamar,terus kamu siapkan air panasnya dikamar mandi.

AYU

Njeh bu,.. Mari mbak Intan..

IBU SULASTRI

Oh iya Yu, Maya tadi masih dikamarnya?

Ayu sedikit bingung..

AYU

(Mengerutkan kening)

Mbak Maya yang...

IBU SULASTRI

Oh iya,.. Kamu belum pernah bertemu dengan anakku Maya.

INTAN

Kan setahun lebih Maya gak pulang bu?

IBU SULASTRI

Iya benar.. penampilannya juga sudah berubah. Ya nanti ibu lihat kekamarnya, oh iya sekalian kamu siapkan juga air panasnya untuk Maya.

AYU

Njeh bu...


17. EXT. HALAMAN RUMAH JURAGAN SATRO — SORE

Juragan Sastro dan Baskoro berjalan perlahan disekitar halaman. awan mendung mulai bergelayut diatas perkebunan teh yang terbentang luas. Juragan Sastro menghentikan langkah dan menyalakan rokoknya. 

JURAGAN SASTRO

Bas, kau lihat perkebunan teh yang luas itu?... semuanya milik bapak. Dari situlah bapak bisa menghidupi dan memenuhi segala kebutuhan kalian. Tapi beberapa tahun belakangan, hasil panen teh terus menurun, seiring dengan menurunya kondisi kesehatan bapak. Bapak ingin, kamu sebagai anak laki-laki bisa meneruskan usaha perkebunan ini.

BASKORO

Tapi bagaimana dengan usaha properti yang baru saya rintis di jakarta pak?

Juragan Sastro terdiam. dia menghisap rokoknya dalam-dalam.

BASKORO (CONT’D)

Atau begini pak, bagaimana kalau tanah perkebunan itu kita jadikan lahan untuk villa atau perumahan mewah, pasti prospek dan nilai jualnya.. 

JURAGAN SASTRO

(sedikit membentak)

Bas! Cukup. 

Baskoro terdiam. Dia melihat mimik wajah bapaknya yang tidak suka dengan rencananya.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

Ingat Bas, selama Bapak dan Ibumu masih hidup, tanah perkebunan ini tidak akan Bapak jual.

BASKORO

(tertunduk)

Maafkan kelancangan Baskoro pak.

JURAGAN SASTRO

(Menghela nafas)

Kalau bukan kamu, lantas siapa yang akan meneruskan? Adikmu maya juga nggak jelas maunya apa?

Juragan Sastro menghisap rokoknya lagi.

JURAGAN SASTRO (CONT’D)

Ngomong-ngomong adikmu jadi kuliah dimana?

Ganti baskoro yang menghela nafas.

CUT TO:


18. INT. KAMAR TIDUR MAYA DIRUMAH JURAGAN SASTRO — SORE

Pintu kamar terbuka setengah. Ruangannya terlihat sedikit luas dengan sebuah ranjang tidur, lemari baju dan meja belajar mengisi ruangan kamar ini.  

Maya berdiri didepan jendela kamarnya. Pandangannya tertuju jauh kearah Baskoro yang berbincang dengan bapaknya. Dari arah pintu suara ibunya mengejutkan dia.

IBU SULASTRI (V.O.)

Kamu masih marah sama bapakmu?

Pandangan Maya langsung teralihkan ke arah ibunya yang sudah ada didepan pintu kamarnya. Maya tersenyum ke ibunya. Dia beranjak dan duduk di atas ranjang. 

Ibu Sulastri masuk mendekati Maya dan ikut duduk disamping maya. Dia membelai rambut Maya dengan kasih sayang, dan Maya pun menyandarkan kepalanya di bahu ibunya.

IBU SULASTRI

(Tersenyum)

Ibu suka dengan gaya rambutmu yang baru ini, terlihat lebih manis.

Maya tersipu malu. Dia melepas sandarannya dan duduk tegak sambil memegang tangan ibunya.

MAYA

Bu, maafkan Maya kalau selama ini maya nggak pernah pulang. Maya nggak bermaksud menjauhi ibu, tapi sikap bapak yang nggak mau mengerti kemauan maya yang membuat maya malas untuk pulang. 

IBU SULASTRI

Nggak apa-apa... ibu mengerti. Yang penting kamu dirumah masmu senang dan baik baik saja kan?

Maya tersenyum sambil mengangguk

IBU SULASTRI (CONT’D)

(menggoda maya)

Tapi mbok ya sekali-kali telepon ibu, masak nggak kangen sama sekali.. atau jangan-jangan disana sudah ada pujaan hati yang selalu menemani disaat hati sedang sepi?..

MAYA

(malu dan manja)

Ah.. Ibuuu..

Mereka berdua tertawa bersama. Ayu tiba-tiba muncul di depan pintu kamar

AYU

Maaf bu, air panasnya sudah siap.

IBU SULASTRI

Oh iya, makasih yu. 

AYU

Njeh bu...

Ayu dan Maya saling memperhatikan, Ayu menatap tajam kearah Maya dan menyapa Maya dengan menganggukkan kepala, Maya pun membalas anggukan Ayu. Ayu pun segera beranjak pergi.

MAYA

(memastikan ayu pergi)

Siapa dia bu?

IBU SULASTRI

Namanya Ayu, dia baru enam bulan bekerja disini.

MAYA

Asalnya dari mana?

IBU SULASTRI

Ngakunya dari jawa dan sudah tidak punya sanak keluarga. memangnya kenapa ?

MAYA

Entahlah.. Maya nggak suka dengan tatapan matanya, sepertinya ada seuatu yang disembunyikan.

IBU SULASTRI

Kamu itu ada-ada saja. kenal saja belum, sudah menilai orang.

MAYA

Ibu nggak curiga? Gadis seumuran Maya, tidak punya keluarga, lalu tiba-tiba sampai dirumah kita yang jauh dari kampung warga, kemudian minta pekerjaan?

IBU SULASTRI

Jaman sekarang apa yang tidak mungkin? banyak gadis seumuranmu yang masih punya keluarga tapi merasa tidak memiliki keluarga.

MAYA

Ibu nyindir Maya ya?...

Ibu sulastri tersenyum sambil mengelus kepala maya.

IBU SULASTRI

Ibu bercanda... sudah, ayo sana mandi dulu, keburu airnya dingin.

Ibu Sulastri berdiri dan meninggalkan kamar Maya.


19. EXT. HALAMAN SAMPING RUMAH JURAGAN SASTRO — PETANG

Pak dasim membakar tumpukan rumput dan daun kering yang baru dikumpulkan. asap putih melayang mengikuti arah angin. pak dasim kemudia membereskan beberapa perlengkapannya. Dia membersihkan sabitnya sambil memastikan kalau sabitnya masih tajam dan memasukkan ke sarung kulitnya kemudian menyelipkan ke punggung belakang. Dia memperhatikan tumpukan daun yg dibakarnya, kemudian menengadah melihat awan hitam yang makin menggulung di langit.


20. INT. KAMAR TIDUR INTAN DI RUMAH JURAGAN SASTRO — PETANG

Ranjang berukuran besar dan lemari baju mengisi ruangan ini. Intan duduk menghadap cermin toalet tua dengan ukiran kayu jati dikedua sisinya, dan dua laci besar menempel di bagian bawah meja itu. 

Dia masih mengenakan jubah mandi dan handuk yang membungkus rambutnya. Dia membuka kotak perhiasan yang dibawanya dari rumah dan mengambil anting-anting untuk dicoba sambil melihatnya dari cermin. Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar diketuk ibu Sulastri.  

IBU SULASTRI (V.O.)

Intan...

INTAN

(Tetap menatap cermin)

Masuk saja bu, pintunya tidak dikunci..

Intan melihat dari bayangan cermin ibu Sulastri membuka pintu.

IBU SULASTRI

Suamimu mana?

INTAN

(Melihat ibu dari cermin)

Sepertinya masih dikamar mandi bu..

IBU SULASTRI

Oh.. ya sudah, tadinya mau ibu tawari air panas.

Ibu Sulastri hendak pergi tapi Intan memanggilnya.

INTAN

Bu... sini bu...sini sebentar.

Ibu Sulastri tidak jadi pergi

IBU SULASTRI

(Masuk menghampiri Intan)

Ada apa to?..

Ibu Sulastri masuk dan membiarkan pitu kamar sedikit terbuka. Dia mendekati Intan dan berdiri dibelakang Intan yang sedang duduk menghadap cermin.

INTAN

(Memamerkan anting)

Lihat bu, pantas nggak?

IBU SULASTRI

Wow.. cantik sekali, model baru ya? 

INTAN

Iya bu, ini hadiah dari mas bagas, satu set... ini ada gelang dan kalungnya...

Intan menunjukkan sekotak perhiasanya, ibu Sulastri mengangkat kalung dan mengamatinya dengan tersenyum

IBU SULASTRI

Memang Bagas suami yang pandai menyenangkan istrinya...

INTAN

Oh iya, Intan juga punya hadiah buat ibu.

Intan membuka laci toalet dan mengambil sebuah kotak perhiasan kecil yang dihiasi dengan ikatan tali pita. Dia tersenyum dan memberikan kotak tersebut ke ibu mertuanya.

INTAN (CONT’D)

Selamat hari jadi pernikahan yang ke 50 ibu... semoga ibu dan bapak diberi kesehatan dan langgeng hingga maut memisahkan.

IBU SULASTRI

(Menerima kotak perhiasan)

Ini buat ibu? kok pakai kado-kado segala? apa isinya? 

INTAN

Buka saja bu. Tadinya mau intan serahkan nanti sambil acara makan malam, tapi sepertinya lebih tepat sekarang.

Ibu melepas ikatan tali pita dan membuka kotaknya. Dia terkejut dan senang melihat sebuah kalung emas dengan bandul mutiara yang sangat indah.

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar