DROP OUT
6. Bagian #6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

69. INT. RUANG TAMU RUMAH JON – PAGI

Narti sedang menjahit suara mesin jahitnya terdengar. Jon hendak pergi ke kampus, ia pamit seperti biasanya. Narti menghentikan aktivitasnya.

 

JON

Buk, berangkat dulu

 

Jon mencium tangan Narti. Mencium pipi kanan dan kiri. Seperti biasanya.

 

NARTI

Hati-hati, ya, Jon

 

JON

Nanti kalau pulang, ibuk pengen dibawain apa?

 

NARTI

Terserah kamu saja, Jon

 

Jon keluar menuju beranda rumah. Bagong duduk di jok motor. Jon mengangkat Bagong dan meletakkan ke kursi.

 

CUT TO:


70. INT. RUANG KELAS – SIANG

Sekumpulan mahasiswa mengenakan jas almamater. Mereka duduk di kursi kelas. Tiga orang mahasiswa berdiri di depan menghadap rekan-rekan yang duduk di kursi. Salah seorang diantaranya berdiri di tengah dan agak maju. Ia terlihat sedang memberi pengarahan.

 

MAHASISWA 1

Sebagai kaum terpelajar, kita tidak boleh menutup mata terhadap segala bentuk ketidakadilan. Kita harus bersuara, mewakili jeritan hati saudara-saudara kita yang tertindas dan teraniaya oleh kebijakan yang dibuat penguasa. Ayo, kita turun ke jalan, menentang ketidakadilan!


CUT TO:


71. INT. LORONG GEDUNG PERKULIAHAN – SIANG

Jon dan Dinda terlihat berjalan lagi di lorong gedung perkuliahan.

 

JON

Paling kalau udah lulus mereka juga akan ikut arus. Cari kedudukan juga. Gantiin orang-orang yang sekarang mereka hujat.

 

DINDA

Kamu gak pernah ikut aksi pergerakan atau unjuk rasa semacam itu, mas?

 

JON

Pernah, sekali
(beat)
Unjuk rasa ke kamu

 

Dinda tersipu malu. Dinda mencubit lengan Jon. Mereka berdua tertawa bersama.

 

CUT TO:


72. INT. AULA TEMPAT LATIHAN TEATER – SIANG

Jon, Dinda, Rizal dan Anton berada di dalam aula. Mereka duduk di lantai. Terlihat sedang bercakap-cakap. Riko dan Nadia juga ada. Mereka hanya diam, bengong menyimak pembicaraan. Masing-masing memegang kertas naskah. Jon sedang menjelaskan naskah baru yang ia tulis dan hendak digunakan untuk pentas selanjutnya.

 

JON

Ini naskah baru. Pemainnya dua orang, cewek-cowok.

 

ANTON

Rencana pentas kapan, Jon?

 

JON

Tiga bulan lagi, gimana?

 

RIZAL

Bisa, bisa

 

JON

Yang lain kemana ini?

 

Semua diam.

 

CUT TO:

 

73. INT. RUANG DEKAN FAKULTAS ILMU BUDAYA – SIANG

Ruang dekan fakultas ilmu budaya. Terdapat meja dan kursi. Sebuah proyektor yang mengarah pada dinding yang berwarna putih, biasa digunakan untuk presentasi. (Zoom in) tulisan di dinding “DROP OUT”.

DEKAN FAKULTAS, laki-laki (55), KEPALA JURUSAN laki-laki(50), dan DOSEN 3 laki-laki (50).

Dekan Fakultas terlihat sedang berdiri dan memberi penjelasa. Kepala Jurusan dan Dosen 3 duduk menghadap Dekan Fakultas. Di atas meja masing-masing terdapat kertas-kertas dan bolpoin.

 

DOSEN 3

Masih ada satu mahasiswa lagi, pak. Tolong diberi kesempatan sekali lagi

 

KEPALA JURUSAN

Apa tidak bisa diperpanjang lagi pak? Satu semester atau tiga bulan?

 

DEKAN FAKULTAS

Tidak bisa, pak. Ini aturan langsung dari pusat. Saya tidak punya wewenang. Mahasiswa yang ada dalam daftar harus sudah maju sidang skripsi di semester ini kalau ingin lolos dari ancaman Drop Out.

 

Kepala jurusan dan Dosen 3 saling pandang. Dekan Fakultas hanya tersenyum.


CUT TO:


74. INT. AULA TEMPAT LATIHAN TEATER – SIANG

Jon dan Dinda sudah meninggalkan aula. Terlihat Nadia dan Riko sedang membaca dan mencermati naskah yang mereka pegang. Anton dan Rizal duduk agak jauh. Mereka berdua sedang ngobrol.


RIZAL

Iya, sebentar lagi kita wisuda. Setelah itu aku akan kerja di Jakarta. Kamu?

 

ANTON

Mau merintis bisnis, bro. Papa udah janji mau ngasih modal setelah aku lulus nanti.

 

RIZAL

Sudah waktunya kita mikir masa depan

 

ANTON

Iya. Mungkin ini akan menjadi pentas terakhir kita

 

CUT TO:

 

75. INT. KANTIN JURUSAN SASTRA INDONESIA – SIANG

Sebuah papan nama di depan tempat tersebut bertuliskan “KANTIN JURUSAN SASTRA INDONESIA”. Di area kantin terdapat meja makan panjang dan kursi panjang tempat duduk para pembeli. Di atas meja tersaji hidangan, seperti gorengan, kerupuk, dsb. Para pembeli (mahasiswa) terlihat sedang makan, beberapa diantaranya sedang bercakap-cakap.

Dinda dan Jon berada di kantin. Mereka berdua makan siang. Jon mengunyah makanan sembari ngobrol.

 

JON

Kalau bisa lanjut terus

 

Jon berhenti, menyendok makanan. Dinda mengunyah makanan sembari menatap wajah Jon.

 

JON (CONT’D)

Teater dan taman belajar rasanya sudah menjadi duniaku. Dunia yang ingin kurawat dan kubangun. Bukan hanya soal cita-cita semata, tapi sudah menjadi pilihan hidup.

 

DINDA

Tapi jangan lupa skripsinya, mas

 

Jon kaget mendegar perkataan Dinda tentang skripsi. Ia tersendak. Dinda lalu mengambil gelas minuman milik Jon. Dinda meminta Jon untuk minum dulu.

 

CUT TO:

 

76. INT. AULA TEMPAT LATIHAN TEATER – SIANG

Anton dan Rizal tampak sedang membaca naskah. Riko dan Nadia duduk bersebelahan. Mereka berdua masih duduk diam, naskah tergeletak di depan mereka.

Rizal mengajak Anton pulang. Nadia dan Riko terlihat masih diam seperti tadi.

 

RIZAL

Pulang dulu, yuk

 

ANTON

Ayo

 

Anton dan Rizal berdiri dari tempat ia duduk. Riko kemudian berbicara.

 

RIKO

Kami berdua gimana, mas?

 

RIZAL

Gimana apanya?

 

NADIA

Pulang apa lanjut latihan lagi

 

Rizal dan Anton saling pandang. Kemudian keduanya melirik ke arah Riko dan Nadia. Rizal dan Anton berbicara sambil menahan tawa.

 

ANTON

Terserah kalian

 

RIKO

Lanjut aja. Tingkatkan chemistry.

 

Riko dan Anton pergi meninggalkan aula. Riko dan Nadia lanjut membaca naskah lagi.

 

FADE OUT


77. EXT. JALAN RAYA – SORE

Jalan raya kota. Jon dan Dinda berboncengan melintas di jalan raya. Dinda menyandarkan kepalanya di punggung Jon. Mereka berdua tampak mesra.

Mereka belok ketika sampai pada sebuah gapura bertuliskan “Tempat Pemakaman Umum”. Jalan lebih sempit, di kanan kiri tampak makam dan batu nisan. Kemudian sepeda motor mereka berhenti. Jon dan Dinda turun.

 

78. EXT. PEMAKAMAN UMUM (MAKAM BAPAK JON) – SORE

Tempat pemakaman umum di pinggiran kota, tidak mewah, biasa saja, seperti komplek makam pada umumnya. Terdapat pepohonan, rumput ilalang dan tumbuhan liar lainnya. Jon dan Dinda mengunjungi makam bapak Jon.

Mereka berdua terlihat berjalan di jalan setapak atau jalan yang tidak di aspal di komplek makam. Sembari berjalan mereka berbincang-bincang. Terlihat Dinda mengenakan jilbab pashmina hijau tosca pemberian Jon untuk menutupi kepalanya.

 

DINDA

Mas, aku belum pernah ziarah ke makam

 

JON

Masa belum pernah? ke makam leluhur kamu apa keluarga kamu yang sudah meninggal?

 

DINDA

Belum pernah, mas. Papi Mami gak pernah ngajakin aku ziarah ke makam.

 

JON

Berarti sekarang kali pertama kamu ziarah ke makam?

 

DINDA

Iya, mas

 

Jon dan Dinda masih berjalan di sela-sela makam. Jon melihat makam bapaknya, lalu dia memberi tahu Dinda. Mereka berdua lalu berhenti di depan batu nisan yang bertuliskan nama “Marjono”.

 

JON

Itu makam bapak

 

Jon lalu jongkok di depan makam bapaknya. Dinda berdiri di belakang Jon. Jon memejamkan mata dan berdoa. Setelah selesai ia meminta Dinda untuk jongkok dan ikut berdoa.

 

JON

Pak, kenalin ini pacar, Jon. Sini, Din

 

Dinda terlihat bingung. Ia mengikuti apa yang diminta, Jon. Dinda lalu jongkok disebelah Jon, memejamkan mata sejenak untuk berdoa.

 

DINDA

Saya Dinda, pak. Pacarnya mas Jon.

 

JON

Gimana, pak? Cantik kan?

 

Dinda tersipu malu. Ia masih memandangi nisan bapak Jon. Mereka berdua lalu mencari nisan yang lebih rendah di sekitar makam bapak Jon untuk duduk. Mereka berdua duduk bersebelahan menghadap ke ufuk barat. Terlihat matahari sudah tidak terlalu menyilaukan mata. Menerangi kebersamaan mereka berdua di area pemakaman.

 

JON

Udah lama aku gak ke makam bapak. Kadang kalau pikiran sedang kacau aku menyendiri di sini. Ngobrol sama bapak, ya, meski bapak udah gak mungkin bisa diajak ngobrol lagi.

 

Dinda menoleh dan memandangi wajah Jon. Jon terlihat tenang dan tersenyum menghadap ke arah barat, ia tidak tahu jika Dinda sedang memperhatikannya. Dinda menyentuh jari tangan Jon. Jon menoleh ke arah Dinda. Jon lalu menggenggam tangan Dinda. Tampak dari belakang Dinda menyandarkan kepalanya di bahu Jon.

 

DISSOLVE TO

 

79. INT. AULA TEMPAT LATIHAN TEATER – SORE

Riko dan Nadia masih berada di aula. Posisi mereka berdua sama seperti Dinda dan Jon di makam.

Mereka berdua kemudian berdiri. Riko mengajak Nadia pulang.

 

RIKO

Balik yuk, udah sore


NADIA

Ayo

 

FADE OUT

 

80. EXT. BERANDA RUMAH JON – MALAM

Dinda dan Jon melewati gang menuju rumah Jon. Sampai di depan rumah Dinda turun. Jon memarkir sepeda motornya. Ibu Jon (Narti) sedang duduk di beranda. Dinda terlihat membawa roti bakar dalam kantong plastik. Mereka lalu duduk di beranda. Dinda duduk di sebelah Narti di kursi. Jon berdiri.

 

JON

Buk

 

NARTI

Udah pulang, Jon

 

Jon memperkenalkan Dinda kepada Narti. Dinda bersalaman dan mencium tangan Narti. Dinda memberikan bungkusan berisi roti bakar kepada Narti.

 

JON

Iya, buk.
(beat)
Buk, kenalin ini Dinda

 

NARTI

Cantik banget temen kamu Jon. Saya ibunya Jon, mbak.
(beat)
Kok repot-repot segala, bawain buat ibuk. Sini, duduk sini, Dinda

 

Jon masuk ke rumah. Dinda duduk di sebelah Narti.

 

JON

Aku mandi dulu, kamu di sini dulu, ya, sama ibuk

 

ZOOM OUT: beranda rumah Jon. Narti dan Dinda terlihat ngobrol bersama dengan akrab, sesekali tertawa.

 

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar