Dapur, Sumur, Kasur
14. 14

60. INT. KANTOR PKK– RUANGAN - THE NEXT DAY

MONTAGE :

Proses Packaging mulai dilakukan. Keripik yang sudah jadi dikemas di dalam kertas plastik, kemudian dimasukkan lagi ke dalam kemasan plastik karton yang lebih kekinian. Keripik olahan telah siap. Lastri, Rossie, Aditya dan ibu-ibu senang melihat keripik produksi mereka sudah ada di dalam kemasan yang cantik.

         CUT TO :

61. EXT. HALAMAN KANTOR CAMAT – THE NEXT DAY

MONTAGE :

Sebuah mobil bak terbuka tiba di depan halaman kantor camat. Suasana di sekitar halaman kantor camat ramai. Ada anak-anak, remaja dan orangtua satu persatu datang menyambangi kantor camat karena sedang ada pameran produk olahan unggulan.

Lastri, Rossi, bu Atik dan bi Ijah turun dari mobil. Mereka menurunkan produk-produk keripik mereka lalu membawanya ke sebuah meja yang terletak berjejer dengan meja-meja lain yang juga membawa produk-produk olahan mereka. Masing-masing dari mereka saling menyapa dan mengobrol singkat ketika bertemu dengan ibu-ibu lain yang mereka temui.

Lastri dan yang lainnya menata produk agar tampak rapi dan indah di pandang di atas meja. Satu persatu ada pengunjung yang datang ke meja mereka dan juga ke meja-meja lainnya untuk melihat- lihat juga membeli produk-produk yang ada. Lastri, Rossie dan ibu-ibu ikut melayani pengunjung yang datang. Bi Ipah, mbah Piah, bu Ratna, Lasmini dan Cahyono juga hadir disana. Senyum mereka sumringah melihat pameran yang cukup ramai.

Acara formal di mulai, pengunjung duduk di kursi-kursi yang telah disediakan. Sementara yang menjaga stand tetap duduk di standnya. Beberapa pengunjung juga ada yang masih berjalan-jalan melihat-lihat produk-produk yang dijual.

Dia atas podium, pak camat naik menyampaikan kata-kata sambutan, lalu disusul oleh pak lurah, hingga tiba saatnya Lastri yang datang menyampaikan kata sambutannya. Saat Lastri naik ke atas podium, riuh tepuk tangan bergema di sepanjang halaman kantor camat. Rossie juga terlihat bahagia. Bu Ratna, bi Ipah, Mbah Piah, Lasmini dan Cahyono juga sangat sumringah melihat Lastri naik dan berbicara di atas podium hingga sampai pada akhir kata sambutannya.

Lastri

Dan akhirnya, saya hanya bisa berharap semoga program ini dapat terus dilaksanakan dan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, karena sangat akan membantu warga kita, terutama wanita-wanita yang butuh sokongan ekonomi. Dan juga ke depannya kita bisa terus berinovasi dalam menciptakan gagasan dan produk-produk yang baru lagi dengan tetap mengedepankan kualitas, agar produksi buatan  ibu-ibu diterima dan dinikmati dalam jangkauan yang lebih luas lagi.

Terakhir, saya berterima kasih kepada Rossie sahabatnya saya yang telah membantu dan selalu mendukung saya dan juga kepada pak Aditya,

(melirik keadaan, diam sejenak)

yang telah mendukung program ini hingga berhasil seperti sekarang ini. Sekian, Terima kasih.

Lastri melemparkan senyum, lalu turun dari podium. Gemuruh tepuk tangan hadirin mengiringi langkahnya sampai turun dari podium. Lastri berjalan ke arah Rossie, lalu duduk di sebelahnya. MC melanjutkan acaranya selanjutnya.

Lastri

Adit kemana?

Gue juga baru sadar dia nggak sama kita, lho.

Rossie

(menaikkan pundak)

Katanya balik bentar ke kota.

Lastri

(mengernyit)

Ngapain?

Rossie

(menaikkan pundak lagi)

Tau deh. Tapi nggak lama kok.

Lastri

(curiga)

Nggak ada yang lo sembunyiin dari gue, kan?

Mata Rossie seketika terbelalak. Ia tersenyum tipis dan menggeleng.

         CUT TO :

62. I/E. MOBIL RANGGA – PARKIRAN - THE NEXT DAY

Rangga membereskan dokumen-dokumennya yang berserakan di kursi mobil, lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Matanya teralihkan ke luar mobil. Seorang wanita lewat.

Rangga

Anggi?

Kenapa nggak kabarin gue mau kesini?

Rangga mengambil tasnya dan keluar dari mobil. Matanya masih memerhatikan sosok Anggi.

Rangga

Itu beneran Anggi bukan, ya?

Rangga mengecek gawainya.

Rangga

Kenapa nggak kabarin gue mau kesini?

Mau surprise?

(mengernyit)

Siapa yang ulang tahun?

Rangga mengetik nama Anggi di gawainya. Ia menelepon. Telepon yang ia hubungi sedang berada di luar jangkauan.

Rangga

Di luar jangkauan?

Lagi nelpon siapa sih dia?

(menghela napas)

Yaudah, deh!

Gue masuk aja.

Rangga mengambil tasnya lalu keluar dari mobil lalu pergi.

CUT TO :

63. INT. RUANG KERJA RANGGA – DAY – CONTINOUS

Rangga masuk ke dalam ruangannya. Di atas meja kerjanya terdapat beberapa berkas dan sebuah koran yang tergeletak. Rangga meletakkan tasnya di atas sofa. Ia duduk dan merebahkan dirinya sejenak. Ia menghela napas. Matanya menatap sekitar ruangan.

Rangga

Tapi tadi gue liat Anggi ke kantor.

Trus kenapa nggak ada di ruangan gue? Atau mungkin gue salah orang ya?

Mirip aja kali.

Gue juga nggak liat wajahnya, Cuma postur aja yang mirip apa ya?

(menggeleng-geleng)

Rangga menghela napas lalu bangun dari sofa. Ia berjalan ke arah meja kerjanya. Ia melihat ada banyak dokumen yang bertumpuk. Ia merapikan satu persatu dan memilah-milahnya. Rangga meletakkan dokumen yang tidak ia perlukan ke dalam lemari dokumen. Dokumen yang masih ia butuhkan diletakkan di sisi meja agar kelihatan lebih rapi. Rangga melihat sebuah koran. Ia fokus pada judul Headline berita. Ia melihat foto Lastri terpampang di Headline. Dahi Rangga mengernyit.

Rangga

Lastri?

Tangan Rangga mengepal. Ia mengambil koran dan beberapa dokumen yang ada di atas meja lalu pergi.

CUT TO :

64. INT. RUANG KERJA PAK PRADIPTA – DAY – CONTINOUS

Rangga berjalan dengan menggenggam koran itu erat-erat. Ia kesal. Rangga Tiba di ruangan kerja pak Pradipta. Ia membuka pintu kerja papanya. Rangga syok dengan yang dilihatnya. Pak Pradipta dan Anggi saling bercumbu mesra. Anggi duduk di atas paha pak Pradipta dan pak Pradipta merangkul pinggan Anggi. Rangga marah besar. Ia melemparkan koran dan dokumennya ke lantai. Pak Pradipta dan Anggi kaget. Anggi kaget dan ketakutan melihat Rangga di hadapannya. Sementara pak Pradipta salah tingkah. Tangan Rangga menunjuk Anggi. Wajahnya merah padam menatap Anggi. Anggi ketakutan.

Rangga

Bajingan lo!

Dasar murahan!

Pak Pradipta kaget. Ia melihat wajah Rangga yang sangat marah. Rangga berbalik dan melangkah keluar. Pak Pradipta sedikit terbangun dari duduknya.

Pak Pradipta

Ngga! Tunggu!

Rangga berhenti tanpa berbalik. Pak Pradipta bangun dan berjalan mendekati Rangga.

Rangga

Stop!

Pak Pradipta berhenti.

Rangga

Lo juga sama! Seorang bapak yang bajingan!

Rangga pergi. Pak Pradipta dan Anggi terdiam dan saling bertatapan.

Pradipta

Jelasin ke saya apa yang terjadi antara kamu sama anak saya!

Wajah Anggi pucat. Ia sungguh ketakutan.

CUT TO :

65. E/I. MOBIL RANGGA - PARKIRAN – DAY - CONTINOUS

Rangga keluar dari kantor. Ia berjalan ke arah mobil, lalu masuk ke dalam mobil. Rangga duduk, ia membenamkan wajahnya ke setir mobil. Tangannya menggenggam erat-erat setir mobil. Ia menendang, lalu mengangkat kepalanya.

Rangga

Brengsek lo, Anggi!

Rangga menghidupkan setir mobilnya lalu pergi meninggalkan parkiran.

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar