Dapur, Sumur, Kasur
13. 13

55. INT. RUANG TAMU - DAY

Lasmini menuju ruang tamu. Disana ada pak Tejo, bi Ipah dan tiga orang tamunya. Seorang pemuda berambut klimis dan berkacamata duduk di antara ayah dan ibunya yang berpakaian warna senada. Ayahnya berbadan besar dan memiliki kumis tebal, sedangkan ibunya memiliki tubuh yang lebih kecil dan berkacamata. Rambutnya disanggul apik. Ketiganya sedang bercengkrama dan sesekali tertawa dengan pak Tejo dan bi Ipah. Lasmini menghampiri pak Tejo.

Pak Tejo

Las? Adekmu mana?

Lasmini

(menggeleng)

 Ndak ada, pak lek.

Pak Tejo

 (bingung)

Lho, maksudnya gimana, toh?!

Lasmini

(memberikan surat pada pak Tejo)

Lastri mengajar, pak lek.

Pak Tejo membaca isi surat yang diberikan Lasmini, wajahnya berubah merah padam, ia kesal. Ia meremas isi surat itu, dan dilihat oleh pasangan suami istri dan anak mereka, Ketiganya bingung.

Pak Kasim

Kenapa pak lek?

Ono opo?!

Pak Tejo tersenyum dengan terpaksa. Ia meremas surat tersebut sampai berbentuk bola lalu menginjaknya. Ia menggeleng-geleng.

Pak Tejo (V.O)

Awas kamu toh, Las...

Bi Ipah

(menyadarkan pak Tejo)

Mas, mas...

Piye, toh?

Pak Tejo tak menjawab. Ia mengangkat dahi dan mengeraskan rahangnya. Rasa kesalnya tak bisa ditahan. Pak Kasim memukul meja. Pak Tejo, Bi Ipah, dan Lasmini terkejut.

Pak Kasim

Pak lek? Kenapa toh?!

Mana Lastri?

Pak Tejo

(menggaruk-garuk kepala)

Hehehe... Jadi begini, pak Kasim.

Si Lastri toh rupanya berangkat subuh buta tadi, karena rupanya dia bekerja.

Dan kita disini ndak ada yang tau toh?!

Pak Tejo mendelikkan matanya ke arah Lasmini dan bi Ipah, mengisyaratkan sebuah persetujuan. Lasmini dan bi Ipah hanya manggut-manggut mengiyakan.

Bi Ipah + Lasmini

(mengangguk-angguk)

Iya, iya, iya.

Pak Kasim melihat ada gelagat aneh dari sikap Lasmini, pak Tejo dan bi Ipah. Ia menoleh ke arah istri dan anaknya. Istrinya hanya memberi anggukan sebagai sebuah isyarat. Pak Kasim memukul meja lagi. Pak Tejo, Bi Ipah dan Lasmini kembali terkejut.

Pak Kasim

Piye toh ini?!

Pak lek! Kenapa ndak jelas begini?!

Kemarin pak lek bilang kalau pagi ini keponakan sampean itu ada di rumah, kenapa sekarang malah tidak ada?!

(menunjuk mata pak Tejo)

Sampean main-mainin saya, ya?!

Pak Tejo menggeleng-geleng, ia tak bisa bersuara. Ia ketakutan, Bi Ipah dan Lasmini juga takut. Tiba-tiba Mbah Piah dan Bu Ratna masuk ke ruang tamu.

Mbah Piah

Hentikan!

Mbah Piah menunjuk-nunjuk pak Kasim dengan tongkatnya.

Mbah Piah

Siapa suruh sampean mukul-mukul meja rumahku, hah?!

Sampean pikir sampean hebat sekali opo?!

Pulang!! pulang!!!!

Mbah Piah mengusir pak Kasim dan keluarganya karena telah membuat kegaduhan di rumahnya. Dengan kesal dan merasa dipermalukan, Pak Kasim dan keluarganya bangun lalu melangkah keluar rumah. Ia berhenti, lalu berbalik dan menatap pak Tejo.

Pak Kasim

(menunjuk-nunjuk pak Tejo)

Saya akan membuat perhitungan dengan pak lek, karena sudah main-main sama saya.

Pak kasim pergi keluar rumah diikuti anak dan istrinya, dengan panik Pak Tejo mengejar pak Kasim. Ia mencegat pak Kasim.

Pak Tejo

Pak, pak, tunggu, pak!

(berhenti)

Pak Kasim dan keluarganya juga berhenti.

Pak Tejo

Begini saja, pak.

Saya minta maaf sebesar-besarnya, pak.

Semua di luar kendali kita, toh?

Bagaimana, kalau perjodohan ini kita atur ulang waktunya. Besok saja bagaimana?

Saya jamin Lastri di rumah.

Beres toh?!

Pak Kasim

(memukul meja)

 Tidak!

CUT TO :

56. EXT. HALAMAN DEPAN KANTOR PKK– DAY

Rossie mondar-mandir di depan gedung PKK dengan perasaan yang gelisah. Matanya mengarahkan pandang ke segala penjuru menunggu seseorang yang tak kunjung datang.

Rossie

Aduuuh!!

Ini anak kemana sih?!

Udah lewat berapa, nih?

Kenapa nggak nyampe-nyampe?

Tadi katanya mau nyampe!

Gimana sih lu, Las...

Gue telpon sekali aja kali, ya?!

Rossie mengusap layar gawai yang ada di tangannya dan memencet nama Lastri. Matanya masih melihat-lihat arah sekeliling. Tiba-tiba Lastri muncul, Rossie pun lega. Lastri melambaikan tangan pada Rossie dengan memancarkan senyum yang sangat bahagia. Namun Rossie malah menyilangkan tangannya dengan memasang wajah jutek.

Rossie

Heh?! Lo kemana aja? Baru segini nyampe?!

Perlu gue jemput juga?

Lastri

Ih, lo kenapa sih?

Bukan nyambut temen lo yang baru dateng

Malah marah-marah.

Rossie

Gue mah nggak marah, cuma bete doang!

Nungguin lo lama banget!

Jam berapa nih?!

(menunjukkan jam tangannya)

Tanpa merasa bersalah Lastri tak menggubris pertanyaan tersebut. Ia malah merapikan rambutnya dengan telapak tangan.

Lastri

Ya, maap!

Lo kan tau ritual pagi gue ngapain dulu.

Rossie

(mengernyit)

Pak lek?

Lastri

(menaikkan alis)

Rossie

Masih?

Lastri

(menaikkan alis lagi)

Yoi!!

Rossie

(geleng-geleng)

Salut gue, pantang menyerah pak lek, lu!

Haha!

By the way nih ya, ini yang ke berapa sih?

Lastri

(mengingat-ingat)

Kalau enggak ke enam, ke tujuh gitu, deh!

Ini selama gue disini, ya!

Belum lagi foto-foto yang dikirim ke hape gue!

Rossie

Makanya kaya gue bilang, lu mending sama mas Adit aja!

Udah ganteng, baik, pinter, kaya, punya perusahaan,...mmmm...

(berpikir)

Lastri

(mengernyit)

Dihh...

Lo kenapa jadi kaya pak lek?

Jodoh-jodohin gue kaya gitu?!

Rossie

Ya nggak ada, sih. Mana tau cocok.

Lastri

(menarik tangan Rossie)

Yaudah mending sekarang kita masuk, yuk!

Rossie

Tapi beneran, lo itu cocok banget sama..

Lastri

(menutup mulut Lastri)

Ssstt...

Kita masuk, ya!

(tersenyum)

Lastri dan Rossie pergi masuk ke dalam kantor PKK.

CUT TO :

57. INT. RUANG TAMU - DAY  

Suasana sedang panas. Pak Kasim terbakar amarah, ia merasa dipermalukan. Amarah itu juga ditunjukkan oleh istri dan anaknya. Ketiga menatap pak Tejo, Lasmini, bi Ipah, mbah Piah dan bu Ratna dengan tatapan merendahkan. Bi Ipah dan pak Tejo ketakutan karena tatapan tersebut. Pak Kasim menunjuk-nunjuk Pak Tejo.

Pak Kasim

Pak lek benar-benar menghabiskan waktu saya.

Pak lek harus mengganti semua kerugian yang

telah saya keluarkan untuk pak lek!

 Pak Tejo terbelalak.

Pak Kasim

Kalau tidak, pak lek saya lapor polisi!

Mbah Piah, bu Ratna dan Lasmini terkejut mendengarnya.

Pak Tejo

Pppaak,... pak, pak

Jangan, pak!!

Paakk...

Pak Kasim dan keluarganya pergi, pak Tejo mencegatnya lagi,tapi gagal. Pak Kasim mendelikkan matanya, yang membuat pak Tejo ciut, ia melepaskan pak Kasim dan keluarganya melangkah pergi dengan mobil mereka. Pak Tejo terdiam dan duduk bersimpuh di lantai. Tiba-tiba tongkat mbah Piah mengenai lengan pak Tejo. Ia memukul pak Tejo dengan tongkatnya. Pak Tejo mengaduh kesakitan. Bi Ipah, bu Ratna dan Lasmini datang melerainya. Mereka memisahkan mbah Piah dan pak Tejo. Tapi mbah Piah terus memukul hingga ketiganya kewalahan.

Pak Tejo

Buu....aduh, buu..

Sakitt....

Sudah toh, bu!! Ampun!!!!

Bi Ipah

Iya, bu.. sudah toh, bu.. Mas e sakit ibu pukul begitu.

Mbah Piah

Nihh.. akibatnya karena kalian sudah macam-macam sama cucuku! Hah!!

(berhenti memukul)

Gimana, toh?! Hah?!!

Kerugian opo?!!

Pak Tejo

(menunduk)

Sepuluh juta, bu.

Mbah Piah

(memukul lagi)

Apa-apaan itu?!

Uang opo?!

Pak Tejo

Bu, bu!! Sudah bu, sakit, toh!

Bu, jangan pukul lagi, biar saya jelaskan!

Mbah Piah berhenti memukul pak Tejo.

Pak Tejo

Jadi gini, saya dikasih uang sama pak Kasim untuk melamar Lastri.

Tapi uangnya yaa...

Sudah saya pakai, bu.

Mbah Piah bertambah marah. Ia mengangkat lagi tongkatnya dan memukul lagi pak Tejo.

Mbah Piah

Ya ampun kamu ini toh leeeek!!!

Tak habisi kamu hari ini!

Bener-bener, kamu yo!

Ni rasakan!

Nih!!

Bu Ratna, Lasmini dan bi Ipah bersama-sama menarik mbah Piah agar tak lagi memukul-mukul pak Tejo.

Bi Ipah + bu Ratna

Buuu!!!! sudah bu... buu!!!

Lasmini

Mbaah, sudah mbah!!

Jangan dipukul lagi!!

Bu Ratna, Lasmini dan bi Ipah berhasil memisahkan mbah piah dan pak Tejo. Nafasnya ketiga ngos-ngosan.

Bi Ipah

Sudah, bu sudah... wes, cukup, yo!

Ancor lemakku kalau begini terus..

Bi Ipah menggosok-gosok lengan dan memijit area lehernya yang kelelahan. Mbah Piah menatapnya dengan sinis, bi Ipah menunduk melihat ibu mertuanya menatapnya seperti itu. Bu ratna mendekat.

Bu Ratna

Bu, sudah toh, bu, jangan dilanjutkan lagi.

Percuma juga, sudah terjadi.

Ndak enak juga kalau dilihat tetangga kita ribut-ribut.

Lebih baik sekarang kita duduk dan kita bicarain sama-sama gimana baiknya, ya?

Mbah Piah

Ya sudah!

(menatap pak Tejo)

Ingat ya jo! Jangan bawa-bawa Lastri dalam masalah ini.

Kamu yang habiskan kamu yang ganti uangnya.

 Awas kamu kalau minta lagi sama dia!

Pak Tejo hanya bisa menggut-manggut. Mbah Piah melangkah lalu duduk di kursi ruang tamu. Bi Piah membantu suaminya bangun, mereka berdua melangkah dan duduk di kursi tamu. Mbah Piah menatapnya dengan tatapan tak suka. Bi Ipah dan pak Tejo hanya bisa menunduk. Bu Ratna dan Lasmini juga ikut duduk bersama dengan mbah Piah, pak Tejo dan bi Ipah. Bu Ratna mengelus-elus pundak ibunya agar lebih tenang. Wajah mbah Piah masih kesal tiap menatap wajah pak Tejo dan bi Ipah.

CUT TO :

58. INT. KANTOR PKK –RUANGAN – DAY

MONTAGE :

Lastri, Rossie dan Aditya membantu ibu-ibu mengolah singkong, dimulai dari mengupas kulit singkong, merendamnya di air, memotong singkong, sampai singkong tersebut digoreng dan kemudian dikemas ke dalam plastik. Ibu-ibu mengerjakannya dengan antusias sampai pekerjaan mereka selesai. Mereka berdiri mendengarkan beberapa arahan Lastri.

Lastri

(berdiri di hadapan ibu-ibu)

Jadi pertemuan hari ini kita cukupkan sampai disini, dan Terima kasih Lastri ucapkan karena ibu-ibu mau terus melanjutkan program ini sampai hari ini. Ibu-ibu bersorak dan bertepuk tangan karena pekerjaan mereka selesai. Aditya datang mendekat dan berdiri di sebelah Lastri.

Aditya

Las, gue bangga sama lo, udah bisa ngumpulin ibu-ibu sebanyak ini dan masih konsisten sampai hari ini.

Lastri

(tersenyum, kemudian menggeleng)

Enggak kok, ini karena ibu-ibunya yang memang pada semangat banget!

Bi Ijah

Lastri ini dari dulu emang keren, pak. Pulang kesini makin keren, ngajarin kita bikin makanan, nyari duit ya, jadi hidup kita nggak susah lagi ya, walaupun disini pak, hehe....

(menyengir)

 janda semua,..

bener ya, ibu-ibu ya, Lastri ini memang hebat.

Barisan ibu-ibu mengangguk-angguk dan bersahutan-sahutan mengiyakan pernyataan bi Ijah. Ada yang mengacungkan pada Lastri.

Ibu-ibu

Iya-iya.. iyaa..

Bener itu.

Lastri

Bukan, bukan saya.

Ibu-ibu saja. Lastri ndak ada apa-apanya disini.

Kalau ibu-ibu ndak ada yang mau, program ini ndak berjalan juga, toh?!

Bi Ijah

Gini toh Las, kalau ndak ada kamu kita juga ndak kepikiran begini,

Kalo ndak ada kamu, yo kita terus-terusan meratapi nasib-nasib kita.

Ya toh?!

Pernyataan bi Ijah lagi-lagi mendapat anggukan dari ibu-ibu ya lain. Lastri hanya bisa tersenyum.

Bu Atik

Las, sesekali kamu ajakin ibu sama mbak kamu toh, biar lebih ramai kita.

Bi Ijah

Iya, Las...

kalau perlu, buk lek kamu itu juga diajak, toh!

Jangan taunya jodoh-jodohin kamu aja, Las..

Diihh!!

Aku tuh jengkel sama pak lek dan buk lekmu, Las. Punya ponakan cantik, pinter kok dilelang-lelang begitu, yo?!

Air muka Lastri berubah, ia hanya mengernyit dan tersenyum tipis, tak bisa berkata-kata. Ia dan Rossie saling berpandang-pandangan. Aditya melihat, keduanya tampak bingung. Aditya berdehem, pandangan ibu-ibu, Lastri dan Rossie teralihkan kepadanya.

Aditya

Saya juga mau bilang terima kasih karena ibu-ibu mau bekerja sama dengan Lastri.

Kabar baiknya, sebentar lagi produk-produk yang sudah diproduksi ini akan melalui tahap packaging, distribusi dan dijadikan hak paten sebagai produksi dari perusahaan. Jadi, sebentar lagi usaha ibu-ibu semua sudah bisa dinikmati sama orang banyak.

 Ibu-ibu bertepuk tangan dan sangat bahagia.

Bu Atik

Hebat kita ya, walau cuma di kampung tapi keripik-keripik bikinan kita dimakan orang-orang kota.

 (mengacungkan jempol)

Hebat kamu Las, nggak rugi kamu sekolah jauh-jauh ke kota.

Bi Ijah

Iya, Las. Bangga bibi sama kamu.

(berpikir)

Eh, tapi peke..peke..peke itu apa, Las?

Lastri

Packaging, bi.

Itu proses pengemasan makanan yang udah kita olah tadi menjadi lebih menarik bungkusnya, dan mengikuti sesuai standar perusahaan, biar konsumen suka tuh sama keripik-keripik kita, trus semuanya laris manis.

Ibu-ibu

Ooooooohhhhh.....

(mengangguk-angguk)

Aditya

Ohya, saya dengar dua minggu lagi kecamatan disini lagi mau ngadain pameran produk unggulan desa, mungkin kita bisa daftarkan produk ibu-ibu. Disana pasti banyak orang dan ramai, saya yakin, kita akan laku keras. Nanti kita pilih beberapa ibu-ibu kesana sebagai penjaga stand dan akan dibantu oleh Lastri dan Rossie. Tapi yang lainnya bisa datang kesana untuk meramaikan.

Bagaimana?

Bi Ijah

(mengangkat kepalan tangannya)

Ayook ibu-ibu kita semangat semuanya!

Ibu-ibu

(ikut mengangkat kepalan tangan)

Semangat!!!

CUT TO :

59. INT. KANTOR PKK– RUANGAN - THE NEXT DAY

MONTAGE :

Ibu-ibu mempersiapkan alat dan bahan-bahan untuk memproduksi keripik singkong. Lastri dan Rossie ikut membantu. Mereka mengupas dan mencuci singkong sampai bersih. Rossie dan Lastri ikut memarut dan memotong-memotong singkong kemudian digoreng. Aditya datang memperlihatkan beberapa desain kemasan yang akan dikemas untuk produk jualan ibu-ibu pada Rossie dan Lastri dan mereka memilih satu dari beberapa contoh desainnya. 

CUT TO : 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar