Dapur, Sumur, Kasur
5. 5

20.     INT. RUANGAN KERJA ADITYA – DAY

Lastri masuk ke ruangan Aditya. Aditya setengah duduk di meja kerjanya dengan kaki yang disilangkan, dan kedua tangan yang bertumpu di meja kerjanya. Ia menatap Lastri yang berdiri dan mematung di depan pintu.

Lastri menunduk, ia bingung dengan tatapan Aditya yang sulit diartikan seperti itu. Aditya tak berkutik, ia terus menatap Lastri. Lastri bingung. Lastri mengangkat kepalanya dan memberanikan diri melihat ke arah Aditya.

Lastri

Maaf, pak.

Ini berkas-berkasnya sudah saya pelajari.

Aditya

Letakkan di meja.

Aditya menunjuk meja tamu, Lastri meletakkan berkas-berkasnya di atas meja tersebut.

Lastri

Hhmm... Kalau tidak ada apa-apa saya permisi dulu, pak. Masih ada yang harus saya kerjakan.

Lastri berbalik dan melangkah ke arah pintu.

Aditya

Duduk!

Lastri terpelongo.

Aditya

Duduk!

Lastri kembali. Ia mengikuti perintah Aditya dan duduk di sofa tamu yang ada di ruangan Aditya. Aditya masih belum mengatakan apa-apa.

Lastri

Ada apa, pak?

Aditya

(menaikkan bahunya)

Entah, saya juga nggak tahu kenapa nyuruh kamu kesini.

Lastri

(mengernyitkan dahinya)

Pak?

Aditya

Saya cuma nggak suka kalo ada staff saya yang diganggu,

(melangkah ke arah Lastri)

Meskipun dia adalah anak seorang direktur.

Aditya berhenti di depan sofa dan duduk di sebelah Lastri.

Aditya

Saya juga sudah melihat rekaman video cctv itu.

Lastri

(Bingung)

Rekaman apa, pak?

Aditya

Perbuatan Rangga dan perempuan simpanannya.

Lastri mengernyit. Aditya bersandar di sofa dan menatap langit-langit di ruangan yang diterangi beberapa lampu yang cukup terang.

Aditya

Anak itu memang bodoh!

Senang merusak reputasinya sendiri.

Nggak jauh berbeda dengan ayahnya.

Lastri memperhatikan apa yang dibicarakan Aditya lekat-lekat.

Aditya

(menghela napas)

Memang sudah begitu. Beberapa kali ada perempuan-perempuan asing yang keluar masuk dari ruangan itu.

Mata Lastri terbelalak, ia tak menyangka.

Aditya

Nggak cuma itu, nanti pelan-pelan kamu akan melihat betapa kotornya orang-orang di dalam sini.

Lastri

Maksud bapak?

Aditya

(menatap Lastri)

Nanti kamu juga tau.

Lastri diam dan hanya mengangguk. Ia tak tahu harus memberikan respon seperti apa. Aditya mengeluarkan sebuah gawai yang layarnya sudah retak. Kondisinya mati dan tidak menyala lagi.

Aditya

Kamu ingat ini?

Lastri

(matanya terbelalak)

Pak????

FLASH BACK TO SCENE :

13. INT. LOBBY KANTOR - DAY

Lastri berjalan dengan langkah yang terburu-buru. Sesekali melihat ke belakang, Rangga mengejarnya. Aditya memasuki Lobby kantor sambil memainkan gawainya, ia tak memperhatikan keadaan sekitar. Aditya dan Lastri bertabrakan hingga menjatuhkan gawai Aditya. Aditya mengambil gawainya. Layar gawainya sudah pecah. Lastri terlihat panik dan kebingungan.

END OF FLASH BACK/CUT BACK TO :

20. INT. RUANGAN ADITYA – DAY

Lastri panik dan ketakutan.

 (memohon)

Saya benar-benar minta maaf waktu itu, saya benar-benar nggak sengaja, saya ganti secepatnya, saya janji.

Aditya hanya tersenyum dengan kepanikan Lastri yang berlebihan. Aditya membuang gawai rusaknya itu ke tong sampah yang ada di sebelah sofanya. Lastri tak menyangka dengan yang dilakukan Aditya yang segampang itu membuang barang.

Lastri

Pak..? ke..napa dibuang?

Aditya

Saya nggak minta ganti sama kamu, itu juga hape lama saya.

Saya mau mau ngasih tahu, suatu saat saat kamu nggak berguna lagi, kamu juga akan dibuang juga.

Lastri diam dan hanya bisa mengangguk. Aditya bangkit dan berjalan menuju jendela kantornya. Adita melihat keadaan sekitar di lahan parkir dan jalanan yang tampak di matanya.

Aditya

Kamu bisa kembali ke meja kamu, sepertinya sudah aman sekarang.

Lastri

(mengangguk)

Baik, terima kasih, pak.

Saya permisi dulu.

Lastri bangun dari sofa dan keluar dari ruangan Aditya.

CUT TO :

21.  INT. DEPAN RUANGAN KERJA ADITYA – DAY - CONTINOUS

Lastri menutup pintu, ia terdiam di depan pintu Ruangan Aditya. Lastri menghela napasnya, lalu mulai melangkah perlahan. Langkah Lastri terhenti saat melihat seorang perempuan keluar dari ruang kerja pak Pradipta yang berselang dua ruang dari Aditya. Lastri memerhatikan lekat-lekat perempuan itu. Perempuan itu terlihat sedang merapikan penampilannya. Ia membenarkan kerah jaket kulitnya dan membenarkan posisi rambutnya.

Lastri

Kaya nggak asing.

DISSOlVE TO/FLASHBACK TO SCENE:

12. INT. RUANG KERJA RANGGA – DAY

Rangga mendekatkan tubuhnya pada Anggi. Matanya dan Anggi berjarak cukup dekat.

Anggi

Kamu mau ngapain?

Rangga tersenyum. Ia membelai area pipi Anggi. Kepalanya didekatkan ke Anggi.

END OF FLASH BACK/CUT BACK TO :

21.     INT. DEPAN RUANGAN KERJA ADITYA – DAY

Lastri berhasil mengingat siapa perempuan itu, Anggi. Lastri berpikir.

Lastri (V.O)

Cewek waktu itu,

Tapi ngapain dia dari ruangan papanya Rangga?

Lastri masih memerhatikan gerak-gerik perempuan itu, ia berjalan, kemudian berhenti saat melihat Lastri ada di hadapannya. Anggi menatap Lastri dengan penuh kesombongan, ia menyilangkan kedua tangannya. Ia menaikkan garis bibirnya dan tersenyum ke arah Lastri. Lastri justru mengernyit dan bingung dengan maksud senyuman Anggi. Lastri mendapati sedikit tanda kemerahan di leher Anggi yang berusaha ditutupinya dengan jaket yang ia kenakan.

Lastri (V.O)

Dia abis ngapain sih di dalam?

Lastri seperti mengingat sesuatu, wajahnya berubah jadi sedikit pucat.

Aditya (V.O)

Memang sudah begitu. Beberapa kali ada perempuan-perempuan asing yang keluar masuk dari ruangan itu.

.....

Nggak Cuma itu, nanti pelan-pelan kamu akan melihat betapa kotornya orang-orang di dalam sini.

Tak ingin membuat masalah Lastri melangkah pergi meninggalkan Anggi.

Lastri

Permisi.

Lastri berlalu melewati Anggi. Anggi berbalik badan dan menatap punggung Lastri.

Anggi

Besar juga nyali, lo! Setelah kemarin ngegampar anaknya, sekarang lo berani-beraninya kerja disini.

Langkah Lastri terhenti. Geram, ia juga berbalik. Mereka saling membalas tatapan perasaan tak suka.

Lastri

Nyali lo juga besar.

(mendekat ke Anggi)

Bukan cuma anaknya, tapi juga bapaknya habis lo babat.

Enak jadi simpanan?!

Anggi

(terperanjat)

Apa maksud lo?!!

Lastri

Benerkan?

(tersenyum)

Anggi

(berbisik ke telinga Lastri)

Lo jangan macam-macam ya sama gue.

Lastri

(tersenyum)

Gue nggak macam-macam.

Lastri mengangkat sedikit rambut Anggi yang menutupi Lehernya. Anggi panik, matanya terbelalak dengan tindakan Lastri yang tak ia duga.

Lastri

Leher lo merah.

(menurunkan rambut Anggi)

Nggak macam-macam kan gue?

(tersenyum)

Anggi sangat kesal.

Anggi

Awas lo!

Anggi Pergi meninggalkan Lastri. Lastri juga pergi.

CUT TO :

22.     INT. KANTIN - MEJA MAKAN LASTRI – THE NEXT DAY

Lastri duduk sendiri di sebuah meja dan dua kursi sambil menyantap makan siangnya dengan lahap. Teh manis dinginnya juga sangat melegakan dahaganya. Sesekali Lastri memperhatikan suasana kantin yang ramai dengan para karyawan yang juga makan siang. Beberapa karyawan menyapa Lastri, ia berusaha ramah dengan membalas sapaan itu. Gawainya berdering. Sebuah pesan masuk dari pak Tejo. Lastri membukanya, pak Tejo mengirimkan beberapa buah foto laki-laki pada Lastri. Lastri hanya bisa geleng-geleng.

Lastri

         Pak lek, pak lek, ada-ada aja!

Lastri meletakkan gawainya dan kembali menyantap makanannya. Tak lama sebuah panggilan masuk ke gawai Lastri.

Lastri

Pak lek?

Lastri mengangkatnya.

Lastri

Ya, pak lek?

Ada apa?

CUT TO :

23.     INT. RUMAH PAK TEJO - RUANG TAMU – DAY

Pak Tejo duduk di kursi sofa sedang menelpon, di sebelahnya ada bi Ipah yang ikut menguping pembicaraan pak Tejo.

Pak Tejo

Gimana calon suamimu itu?

cocok toh?

Jangan kamu tolak ya, nduk!

Terima saja, ya!

Anak orang kaya, usaha ternak ayamnya dimana-mana, ndak akan nyesel kamu nikah sama dia.

Bi Ipah tiba-tiba merebut teleponnya dari pak Tejo.

Pak Tejo

Gimana toh, kamu dek...

Mass lagi bicara sama Lastri juga!

Sebentar toh, dek..

(mencoba merebut gawai)

Bi Ipah

(mengangkat jari telunjuk)

Ssssttt..

Biar aku yang ngomong, mas.

(mendekatkan gawai ke telinga)

Nduk,kamu denger toh apa kata pak lek itu, nyesel kamu ndak terima dia, yo!

Inget, jangan di tolak.

Sudah toh?

(bertanya pada pak Tejo)

INTERCUT – PANGGILAN TELEPON

Lastri

Bu Lek, Pak lek, Las belum mikirin itu. Lastri masih kerja sekarang,

Mmmm...nanti lastri telepon lagi ya.

Bi Ipah

Tttu..tunggu, tunggu dulu!

Lastri

Apa bu lek?

Bi ipah

Uangmu ada, toh?

Lastri

Ada, bu lek perlu?

Bi Ipah

Hehehe, paham toh kamu Las, Hehehe.

Bu lek perlu uang, mau bayar kreditan perabot dapur, masih ada yang belum lunas.

Boleh toh bibi minta sama kamu?

Lastri

Boleh kok bu lek, nanti sore pulang kerja lastri transfer ya.

Bi ipah

Ihiiyyy..

Kamu memang top markotop, Las!!

Ponakan yang paling mengerti, bu lek.

Iyaiyaiya, buk lek tunggu yaa.

Lastri

Iya bu lek, yaudah kalau gitu, lastri tutup ya. Assalamu’alaikum.

Bi Ipah

Iya iya, Wa’alaikumsalam.

Bi Ipah menutup teleponnya dengan gembira dan mengembalikan gawainya pada pak Tejo.

Pak Tejo

Lho, lho, lho, kok dimatiin toh?! Mas belum selesai ngomong, dek..

(menggaruk kepalanya)

Bi Ipah

Yaudah, telepon lagi lah!.

Aku mau ke ruma mbak ratna, mau makan.

Aku ndak masak yo mass...

Dahh!!!

Bi Ipah melambaikan tangan lalu pergi.

Pak Tejo

Piye toh punya istri begini sekali...

=Pak Tejo mencoba menelpon Lastri kembali.

Operator Seluler

Sisa pulsa yang anda miliki tidak bisa melakukan panggilan ini. Segera lakukan pengisian ulang dan...

(Tuuuut)

Pak Tejo mematikan teleponnya.

Pak Tejo

haduhh!!

(memegang dahinya)

Kacau!

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar