Bersende Gurau Bersame
1. Bagian 1

INT. KAMAR FARAH - RUMAH FARAH — MALAM

Seorang Perempuan berdiri di depan Cermin, FARAH NURMAN, 30-an, dengan pembawaan yang tenang, ada sesuatu yang menarik dari dia dan kita sedang melihatnya sekarang, semacam kharisma, sekaligus ia seperti menyimpan sesuatu.

Farah memperhatikan baju yang ia pakai, Baju Kurung Melayu bewarna gelap. Ia memakai Selendang dengan warna senada.

Farah memperbaiki posisi Jam Tangan Analognya, ia melihatnya, datar. Kemudian ia berjalan menuju pintu.

INT. RUANG TAMU - RUMAH FARAH — MALAM

Farah keluar dari kamarnya, ia melihat ruang tamu rumahnya.

Tak ada ada-apa di sana, lengang, hanya ada karpet yang menutupi lantai ruangan itu.

Farah berjalan ke belakang, ia melewati dinding rumahnya yang terdapat beberapa Foto di sana.

Foto Pertama berukuran sedang, dengan Empat Orang berada di dalam foto itu, Dua Laki-laki dan Dua Perempuan. Laki-laki dan Perempuan berusia Dewasa, sedangkan satu Laki-laki itu masih Anak-anak, Perempuan lainnya berusia Remaja jika di lihat, mereka tersenyum dan memakai baju Kurung Melayu.

Farah melewatinya dan ada Foto lagi di sebelahnya.

Foto Kedua juga berukuran sedang, dengan Dua Orang Perempuan di dalamnya. Salah satu dari Dua Orang itu adalah Farah saat ini, Dewasa. Ia bersama dengan seorang Perempuan yang kita lihat di Foto sebelumnya, tetapi Perempuan itu sudah berubah, menua. Mereka tersenyum tipis di dalam foto itu.

Farah hanya melewatinya, berjalan ke belakang Rumah.

CUT TO:

Farah keluar dari belakang Rumahnya dan ia tersenyum melihat Anak Kecil, bersama dengan Dua Orang Dewasa, Laki-laki dan Perempuan. Mereka saling kenal, di lihat dari cara kedekatan mereka.

Kemudian Farah berbicara kepada Laki-laki itu. Ia menunjuk ke arah Pintu Kamarnya di sebelah mereka.

Farah dan Perempuan itu berjalan menuju Dapur. Anak Kecil itu mengikuti Laki-laki itu memasuki kamar yang berada di sebelahnya.

INT. RUANG TAMU - RUMAH FARAH — MALAM

DARA DHARMA, 2, Anak Kecil tadi berlari di ruang tamu rumah Farah. ANDI DHARMA, 30-an, Laki-laki tadi meletakkan tumpukkan buku-buku di lantai. Dara yang melihatnya, mendekati Andi.

Dara berdiri di samping Andi, melihat Andi yang merapikan buku-buku itu, di lihat dari dekat, itu Buku Yasin. Bewarna Hijau, dengan tulisan:

"Surat Yasin dan Tahlil

Mengenang 100 (Seratus) Hari

Wafatnya Almarhumah

Sophia Darmansyah Binti Darmansyah".

Dara mengambil Buku Yasin itu, Andi melihat Dara yang ingin tahu.

ANDI

Adek mau buah?

Mendengarnya, membuat Dara mengangguk, senang. Ia memberikan Buku Yasin itu kepada Andi.

ANDI

Adek ke dapur, minta sama Tante Farah di Dapur.

Dara berlarian ke dalam rumah, Andi melihatnya.

Setelah merapikan Buku-buku Yasin, Andi berdiri dan berjalan ke luar rumah.

INT. DAPUR - RUMAH FARAH — MALAM

Farah berada di dapur, ia sedang memotong Buah Apel, di sebelahnya ada PUTRI DHRAMA, 30-an, Perempuan tadi, terlihat perutnya yang membesar, sesekali ia memakan buah yang telah di potong Farah tadi.

PUTRI

Gak tahu kenapa, hamil kali ini Aku banyak makan. Aku suka marah sama Andi. Kasian dia.

FARAH

Andi gak usah di kasianin.

PUTRI

Kalau gitu aku marahin dia terus, ya?

FARAH

Bilang sama dia, bawaan dari Bayinya. Dia gak bisa apa-apa. Kapan lagi kamu bisa marahin Andi puas-puas, kan?

PUTRI

Selama ini dia jarang bikin aku marah. Mumpung ada kesempatan.

Mereka saling tersenyum, Putri memakan potongan Apel, Ia melihat sekitar.

PUTRI

Semuanya Kamu bisa lakuin sendiri. Percuma kami datang.

Farah tersenyum mendengarnya.

FARAH

Kamu sibuk ngurus Dara, di tambah Kamu hamil sekarang. Aku minta tolong Andi beresin Rumah, kan. Gak semuanya bisa Aku selesaiin sendiri.

Putri tersenyum mendengar Farah. Ia masih melihat Farah yang memotong Apel.

PUTRI

Gimana hubungan kamu sama Dimas?

Sesaat Farah melihat Putri, kemudian melanjutkan memotong Apel.

FARAH

Baik.

Putri melihat, Farah, lekat-lekat.

PUTRI

Cuma baik? Dia bicara ke aku soal kalian.

Farah melihat Putri, menunggu ceritanya.

PUTRI

Katanya kamu belum mau serius sama Dia, padahal dia berharap.

FARAH

Kamu tahu sendiri soal itu. Aku udah kasih jawaban aku ke dia.

PUTRI

Iya aku tahu. Tapi aku juga gak mau lihat kamu kayak gini.

Farah tersenyum mendengar Putri.

PUTRI

Oke, aku berlebihan. Maksud aku, setidaknya ada orang yang bisa bantuin kamu kalau kami gak bisa.

FARAH

Selama ini Dimas juga bantuin aku kalau kalian gak bisa kan? Masalahnya apa?

PUTRI

Masalahnya kenapa kamu gak mau serius sama dia?. Oke, aku cuma menjustifikasi masalah itu dalam hubungan kamu sama Dimas.

FARAH

Kamu udah tahu jawaban aku apa.

Putri melihat Farah, lama. Farah menyadarinya.

FARAH

Jangan merasa kasihan sama aku, aku gak suka. Aku suka apa yang aku lakuin sekarang. Masih banyak yang bisa aku lakuin, sendiri ataupun sama Dimas nanti.

PUTRI

Kalau bisa berdua kenapa harus sendiri?

FARAH

Kalau bisa sendiri kenapa harus berdua?

Putri menggelengkan kepalanya dan tersenyum, begitu juga Farah.

PUTRI

Kenapa aku gak pernah bisa menang adu mulut sama kamu? Andi juga.

FARAH

Aku tahu, mungkin itu pesona aku.

Mereka berdua tersenyum mendengarnya. Dari arah depan, Dara berlarian, tapi ia tersandung dan terjatuh, ia menangis. Farah yang melihatnya mendekat, menenangkan Dara.

FARAH

Jangan nangis, Dara gak apa-apa, gak sakit...
(meniup lutut Dara)
Dara anak kuat, kan. Dara mau Apel?

Tangisan Dara berhenti, ia melihat Farah, mengangguk.

Sementara Putri hanya melihat apa yang di lakukan Farah kepada Dara, sesaat ia tersenyum kecil melihat keduanya.

Sambil menggendong Dara, Farah mengambil Apel di atas piring dan memberikan kepada Dara. Dara mengambilnya dan memakannya.

Masih dengan wajah sedihnya, Putri membersihkan air mata Dara.

PUTRI

Bilang apa sama Tante Farah?

DARA

...kasih.

Farah tersenyum melihat Dara.

FARAH

Andi kerja hari ini?

PUTRI

Iya... dia bilang mumpung ada kerjaan dan hari ini weekend, dia di bayar lebih.

Bersamaan dengan Putri yang memakan potongan Apel itu. Farah membersihkan sisa buah yang ada di mulut Dara.

FARAH

Apapun itu, kalau ada hubungannya dengan kalian, dia pasti lakuin.

PUTRI

Itu yang bikin Aku gak tega sama dia. Sekarang dia harus cari biaya tambahan buat lahiran nanti.

FARAH

Jangan terlalu di pikirin, Orang Hamil ada aja rezekinya. Itu yang aku dengar.

Putri tersenyum mendengarnya.

FARAH

Dokter bilang apa?

PUTRI

Gak ada masalah, semuanya aman. Minggu depan ke sana lagi.

FARAH

Aku bisa temenin, kasian kamu ke sana sama Dara sendiri.

Putri mengangguk, sesaat ia mengelus perutnya yang besar itu.

FARAH

Udah tahu Laki-laki apa perempuan?

PUTRI

...Dokter bilang laki-laki.

FARAH

Tante juga punya Adik Laki-laki.

Putri melihat Farah, datar.

DARA

...Aki-aki?

Farah menggangguk, tersenyum.

DARA

Mana?

FARAH

Dia gak di sini, dia di sana, jauh.

Dara melihat sekitar, mencari dimana yang di katakan Farah. Melihatnya, membuat Farah tersenyum.

Putri juga tersenyum, tetapi berbeda maksud dengan Farah.

Dari arah depan rumah, Andi mendekati mereka --

ANDI

Pak Ustadz udah dateng.

FARAH

Kita mulai acaranya. Aku minta tolong ya.

Andi mengangguk. Farah yang menggendong Dara berjalan di depan, di susul Andi yang membantu Putri berjalan.

INT. RUANG TAMU - RUMAH FARAH — MALAM

Pak Ustadz memegang Mic, ia duduk di tengah ujung ruang tamu, menghadap semua orang yang hadir, di sebelahnya ada Andi.

PAK USTADZ

Assalamualaikum Wr.Wb... Pada malam ini, kita berkumpul disini, untuk memperingati seratus hari wafatnya tetangga kita, saudara kita, teman kita, Ibu kita, Sophia Darmansyah...

INT. RUANG TENGAH - RUMAH FARAH — MALAM

Farah duduk bersama-sama dengan Putri, Dara berada di pangkuannya, sedang bermain.

PAK USTDAZ (O.S)

Ibu dari Farah Nurman, semoga amal dan ibadah beliau diterima oleh Allah SWT dan ia ditempatkan dengan orang-orang yang beriman. Amiin.

Terdengar Amiin dari seluru orang yang hadir.

Farah melihat Buku Yasin yang ia pegang, melihat sampul Buku Yasin, membuka halamannya, ada Foto Ibu Farah, Sophia Darmansyah, tersenyum. Farah melihat foto itu datar, kemudian ia mengucapkan Amin dengan pelan.

PAK USTADZ (O.S)

Untuk memulai tahlilan malam ini, mari kita mulai dengan Al-Fathiah...

Bersamaan dengan itu, semua orang kompak membaca surat Al-Fathiah, termasuk Farah, pelan.

CUT TO:

INT. RUANG TAMU - RUMAH FARAH — MALAM

Farah dan Andi berbicara dengan Pak Ustadz, mereka mengangguk, mendengarkan apa yang dikatakannya.

Putri memangku Dara yang sudah terlelap tidur.

Pak Ustadz berdiri dan Farah menyalaminya. Ia berjalan menuju Pintu Rumah di temani Andi.

INT. RUANG TAMU - RUMAH FARAH — MALAM

Dara tertidur di pangkuan Andi. Ruang tamu juga sudah rapi, sofa-sofa di letakkan di tempatnya semula.

Dari dalam rumah, Farah berjalan dengan membawa Dua Gelas di tangannya dan meletakannya di atas meja.

Andi mengambil gelas itu dan meminumnnya.

FARAH

Makasih, ada Kamu kebantu jadinya.

Andi menghabiskan isi gelas itu dan meletakannya di atas meja.

ANDI

Setidaknya Aku bantu apa yang bisa di bantu.

Farah memperhatikan Dara yang tertidur, Andi juga melihatnya.

FARAH

Udah besar Dara sekarang.

ANDI

Dia gak bisa jauh dari Aku sekarang.

FARAH

Kamu Dunianya Dara sekarang.

ANDI

Apa-apa semuanya minta aku. Semuanya sekali lagi. Minta di gendong sekali lagi, minta di suapin sekali lagi.

FARAH

Itu yang bikin kamu gak bisa lawan, kan? Gak ada Orang Tua yang nolak buat Anaknya.

ANDI

Termasuk kamu, Tante Sofi juga.

FARAH

Ibu lihat Dara kayak lihat cucunya sendiri.

ANDI

Karena itu kamu selalu ngehindar kalau udah di tanya.

Farah tersenyum mendengarnya.

ANDI

Rumah jadi sepi gak ada Tante Sofi.

FARAH

Dari dulu rumah ini udah sepi. Sejak aku pindah ke sini, rumah ini udah sepi.

Ada jeda di antara mereka.

ANDI

Kamu bisa jalan-jalan sekarang. Apa yang Kamu lakuin ke Tante Sofi udah lebih dari cukup.

FARAH

Kemana enaknya?, Aku juga gak tahu mau kemana.

ANDI

Kamu masih ada tujuan...

Ada jeda di antara mereka.

ANDI

Aku paling gak suka kita bicariin ini. Tapi aku harus tetap kasih tahu kamu.

Farah tersenyum mendengarnya.

ANDI

Besok Kamu udah mulai kerja lagi?

FARAH

Iya, Aku harus tanggung jawab kan.

Andi mengangguk mengerti, ia tersenyum kecil mendengarnya.

FARAH

Putri kasih tahu Aku. Anak kamu katanya Laki-laki.

Andi tidak menjawab, Farah melihatnya.

FARAH

Aku yang tanya dia. Ibu udah meninggal, jadi gak ada lagi perasaaan yang harus di jaga.

ANDI

Kadang-kadang aku suka lupa harus jaga perasaaan kamu juga. Padahal orang kayak kamu gak harus di jaga perasaannya, apalagi di kasihanin.

Mereka berdua saling tersenyum satu sama lain.

ANDI

(bangun dan berjalan)
Aku pulang.

FARAH

Kabarin kalau Putri perlu apa-apa.

Andi dan Dara pulang, Farah sendiri, ia masih melihat ke arah Pintu Rumah. Bersamaan dengan suasana hening terasa. Suara jam dinding terdengar.

Tik...Tik...Tik...

Sesaat Farah melihat ke arah dinding ruang tamu, tempat foto-foto yang tergantung di sana. Ia memandang dengan datar.

INT. DAPUR - RUMAH FARAH — SUBUH

Suara Adzan terdengar hingga ke dalam rumah.

Farah keluar dari kamar mandi dengan wajah basah. Ia berjalan menuju Meja Makan. Farah menunang air putih ke dalam gelas.

Ia menenggak habis air putih itu, sesaat ia melamun ke arah depannya.

EXT. DEPAN RUMAH FARAH — SUBUH

Matahari belum muncul, gelap masih terlihat, lampu jalan juga belum di matikan, dari rumah Farah terdengar suara kendaraan yang di hidupkan.

Farah mengangkat Keranjang Kurir dan meletakan di Motor Maticnya, ia memperbaiki posisinya agar menjadi seimbang. Setelah itu ia mengambil sebuah Keranjang Dorong dari tempat yang sama dan meletakannya di depan Motor nya.

Dengan menggunakan Helm, Farah mengendarai Motornya berjalan keluar Rumahnya, menuju jalan.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar