Bersende Gurau Bersame
6. Bagian 6

EXT. DEPAN RUMAH LAMA FARAH - SORE

Farah berdiri di depan mobil, ia melihat ke arah depan. Farah dalam keadaan saat ini kita lihat, bukan usia tujuh belas tahun.

Fauzi, berdiri di depan Farah, dalam keadaan yang terakhir kita lihat, tujuh tahun, melihat Farah, datar.

FAUZI

Kakak mau tinggalin Fauzi lagi?

Farah hanya diam.

CUT TO:

INT. KAMAF HOTEL FARAH - SORE

Farah terbangun, itu hanya mimpi. Ia berada di kamar, ia melihat sekitar, ia melihat ke arah Jendela Kamar yang tidak di tutup Tirai.

Cahaya dari luar masuk ke dalam, menyinari kamar, suasana pagi hampir menjelang. Farah melihat jendela itu dengan datar.

INT. RUANG KERJA - RUKO NOTARIS - PAGI

Farah duduk di depan Rahmat Muklis, sedangkan ia melihat sesuatu dari Buku yang ada di depannya.

RAHMAT MUKLIS

Pak Jamal tak pernah cerita ke saya tentang masalah mereka. Saya hanya mengetahuinya kalau istrinya pergi dari rumah, itu saja.

Ada jeda di antara mereka.

RAHMAT MUKLIS

Yang saya tahu, Pak Jamal dan istrinya belum bercerai, kalau itu memang benar, Istri Pak Jamal bisa jadi ahli waris.
(jeda)
Tapi, saya pikir kita punya dua masalah, Farah. Pertama, kita tak tahu, apa Istri Pak Jamal itu masih hidup atau tidak. Kedua, kalau dia masih hidup, apa dia bersedia menjadi ahli waris buat Fariz.

FARAH

Apa Bapak punya informasi pribadi Mamak Fariz?

RAHMAT MUKLIS

Saya tidak punya, Farah. Pak Jamal hanya menitipkan Wasiat itu. Tidak lebih.

Ada jeda di antara mereka.

RAHMAT MUKLIS

Apa pembicaraan dengan Fariz tidak berjalan baik?

FARAH

Fariz minta saya jadi Wali Warisnya.

RAHMAT MUKLIS

Dilihat dari Fariz yang minta kamu jadi Wali Warisnya, sepertinya dia tak tahu di mana Mamaknya.

FARAH

Dia bilang mereka pernah cari, tapi gak ketemu. Mungkin Bapak tahu, tapi dia gak mau kasih tahu Fariz. Itu yang dia cerita.

Ada jeda di antara mereka.

RAHMAT MUKLIS

Saya bisa bantu kamu.

Farah melihat Rahmat Muklis, menunggu.

RAHMAT MUKLIS

Kamu bisa memindahkan semua warisan ke ahli waris yang bersedia untuk menjadi wali dari Fariz. Orang selain Mamak Fariz.
(jeda)
Apa kamu kenal atau tahu orang yang bisa?

Farah sesaat diam.

FARAH

Saya tidak ada kenalan Pak di sini.

RAHMAT MUKLIS

Bagaimana dengan saudara Pak Jamal, Om atau Tante Fariz?

FARAH

Bapak tidak terlau baik hubungannya dengan saudaranya. Saya rasa mereka tidak mau ikut campur. Ditambah saya juga tidak berkomunikasi dengan mereka.

Ada jeda di antara mereka.

RAHMAT MUKLIS

Bagaimana dengan keluarga Pak Abdul Sidiq, maksud saya, Pak RT. Hubungan mereka dengan Pak Jamal cukup dekat.

FARAH

Saya tidak tahu mereka bersedia atau tidak, Pak. Tapi saya mengenal mereka sejak saya masih tinggal di sini.

RAHMAT MUKLIS

Selagi kamu belum bisa menemukan cara lain. Kamu tidak ada pilihan lain, Farah.

Ada jeda di antara mereka.

RAHMAT MUKLIS

Saya tidak bermaksud ikut campur, Farah. Tetapi ada alasan kenapa Pak Jamal memberikan warisan itu ke Kamu dan kamu yang harus membagikannya ke Adik kamu, Fariz. Bukan menyerahkan ke Mamak Fariz atau Keluarga Pak RT.
(jeda)
Mungkin kamu yang tahu alasannya... sepertinya.

Farah hanya diam, mendengarnya.

RAHMAT MUKLIS

Saya hormati semua keputusan yang kamu ambil, Farah. Tugas saya di sini hanya membantu kalian, tidak lebih.

FARAH

...Tidak apa-apa, saya mengerti, Pak.

Farah menunduk, memegang Tangannya, saling mengusap.

EXT. TERAS - RUMAH PAK RT - SIANG

Farah mengetok pintu rumah Pak RT, memanggilnya.

Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka. Bu RT, muncul dari balik pintu.

Farah tersenyum, menyalami Bu RT.

FARAH

Bapak ada, Bu?

BU RT

Bapak tak ada Farah, pergi dari pagi, ada acara di Kelurahan. Ada perlu sama Bapak?

Farah mengangguk.

BU RT

(bergerak masuk kedalam rumah)
Duduk dulu, Ibu telepon Bapak.

Farah melihat Bu RT --

FARAH

Gak usah, Bu. Farah tanya sama Ibu...

Bu RT berhenti, ia melihat Farah, ekspresinya berubah.

FARAH

...Tentang Mamak Fariz.

Ibu RT berhenti, berbalik ke arah Farah.

BU RT

...Farah mau cari Mamak Fariz?
(jeda)
Ibu dengar dari Bapak tentang warisan.

Farah tidak menjawab.

BU RT

Kita duduk dulu.

Farah duduk bersama Bu RT.

FARAH

Ibu tahu dia ada di mana?

Ada jeda di antara mereka.

BU RT

Apa Farah yakin apa yang Farah buat?

FARAH

Farah cuma mau selesaikan ini secepatnya, Bu.

Bu RT melihat Farah, datar.

BU RT

Ibu cuma punya nomor hape nya.

Farah hanya diam, ia mencerna informasi itu. Bu RT melihat Farah.

BU RT

Nomor hape yang baru...

Farah hanya melihat Bu RT.

BU RT

Fariz tak tahu tentang ini...

FARAH

Pak RT?

BU RT

Ibu tak kasih tahu Bapak. Kalau Ibu kasih tahu, Bapak bilang jangan ikut campur. Walaupun kami sudah menikah, banyak hal yang kami tak ceritakan.

FARAH

Ibu pernah ketemu dia?

BU RT

Tak. Kami hanya SMS, beberapa bulan sekali, itu pun cuma tanya kabar, tidak lebih.

FARAH

Farah bisa minta nomornya, Bu?

BU RT

Farah tak bisa jadi wali waris buat Fariz?

Ada jeda di antara mereka.

BU RT

Ibu lihat sendiri Mamaknya pergi waktu itu, siang-siang. Waktu Ibu tanya kemana, dia bilang balek kampung, Orang Tuanya sakit. Berbulan-bulan dia tak balek-balek. Tahu-tahu Ibu dengar dari Bapak, mereka cari Mamak Fariz. Tak lama Sejak itu, Pak Jamal sakit.

Farah hanya diam.

BU RT

Tiba-tiba, Mamak Fariz SMS Ibu, minta tolong jagain Fariz sama Bapaknya. Kalau bukan karena Ibu lihat keluarga Pak Jamal. Ibu tak mau berurusan sama Perempuan macam itu. Tak tahu malu, gara-gara dia --

FARAH

Bu... udah, jangan di bahas lagi.

BU RT

Farah dah tahu Mamak Fariz kayak gitu. Farah masih mau cari juga dia?, Cari Mamak Fariz cuma buat masalah baru buat Farah sama Fariz.

Ada jeda di antara mereka.

BU RT

Kami tahu keluarga Farah. Tapi kalau Farah jumpa Mamak Fariz, apa dia mau jadi wali waris Fariz? Fariz dah tak ada Mamak sejak dua belas tahun. Sekarang dia tak ada Bapak... tapi sekarang dia punya kakak, Farah. Apa Farah tak mau pertimbangkan warisan Bapak, Farah?
(jeda)
Ibu cuma sedih lihat Fariz, lihat Farah.

FARAH

Ibu bisa jadi Wali Waris Fariz kalau Ibu sedih lihat dia.

Ada jeda di antara mereka.

FARAH

Ibu sama Bapak mau jadi wali waris buat Fariz? Ibu pasti udah dengar semuanya dari Bapak.

BU RT

Farah yakin?

FARAH

Hubungan Pak RT sama Bapak sepertinya dekat, di tambah Ibu perhatian sama Fariz.

BU RT

Bukan itu maksud Ibu, Farah.

FARAH

Ibu mau apa tidak?

Ada jeda di antara mereka.

BU RT

Ibu harus bicara sama Bapak.

FARAH

Makasih Bu.

Mereka tidak bicara, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

EXT. DEPAN RUMAH/TERAS - RUMAH PAK RT - SORE

Fariz memakirkan Motornya di pinggir jalan. Di belakangnya, turun RIZA, 17, Anak Pak dan Bu RT, Teman Sekolah Fariz.

RIZA

Kak Farah tak nginap di Rumah?

FARIZ

Tak, dia nginap di Hotel dekat Pelabuhan.

RIZA

Ngapa?

FARIZ

Tak tahu. Dia tak suka sama aku mungkin.

RIZA

Atau tak ko yang tak suka dia.

FARIZ

Sejak kapan aku tak suka Kak Farah. Aku senang dia datang ke sini.

Riza mengangguk, menepuk bahu Fariz, dengan ekspresi tertawa, ia menikmati Fariz yang sedang kesulitan.

RIZA

Kalau macam tu, coba ko telpon. Ko tanya masih lama tak di sini. Tak ada salahnya basa-basi.

Riza berjalan menuju Rumah, meninggalkan Fariz sendiri di sana.

Pak RT dan Bu RT yang duduk di Teras rumah, melihat Fariz.

BU RT

Tak makan di rumah, Iz?

FARIZ

Tak Tante, Fariz balek langsung.

Fariz menghidupkan Motornya dan pergi dari situ.

Riza menyalami Pak RT dan Bu RT dan berjalan masuk ke dalam --

PAK RT

Farah yang bilang ke Adek?

BU RT

Iya, Bang. Dia minta kita gantikan dia jadi wali buat Fariz.

Riza diam di tempatnya, mendengakan pembicaraan mereka.

PAK RT

Menurut Adek?

BU RT

Kite tahu keluarga Farah. Adek tak masalah bantu die.
(jeda)
Kita cume jadi wali Fariz sampai die delapan belas tahun.

Ada jeda di antara mereka.

PAK RT

Siape yang cakap sama Fariz?

BU RT

Farah yang cakap.

Riza masih berdiri di belakang Pintu Depan Rumahnya, datar.

INT. KAMAR FARIZ - RUMAH LAMA FARAH - SORE

Fariz duduk di depan Meja Belajarnya, ia melihat Handphone di depannya. Terdapat sebuah pesan, bertuliskan:

"Kakak masih lama di Pinang?. Kalau lama Fariz bisa ajak Kakak jalan-jalan".

Fariz melihat Handphonenya, datar.

Layar Handphone itu mati, kemudian Fariz menghidupkannya lagi.

INT. KAMAR HOTEL FARAH - SORE

Farah sedang melihat Handphonenya. Terdapat Pesan yang di kirim Fariz. Farah hanya melihatnya, datar. Ia melihat ke arah lain.

Farah memencet Tombol Home di Handphonenya dan memencet Kontak dan mencari sesuatu di sana, ia berhenti di sebuah kontak, bertuliskan:

Dwi Septiani.

Farah melihatnya dan memencet sesuatu dan menempelkan Handphone itu ke telinganya. Terdengar nada sambung, beberapa kali terdengar, tapi tidak di angkat.

Terdengar Suara Operator Seluler yang bicara.

Farah mematikannya dan menelepon lagi, terdengar nada sambung yang sama.

Suara operator lagi yang bicara.

Ia memencet sesuatu di handphonenya, lama.

Farah meletakkan handphonenya di tempat tidur, ia berjalan ke kamar mandi.

Di lihat dari dekat, terdapat tulisan di handphone Farah, bertuliskan:

"Selamat Siang, saya Farah, apa benar ini Ibu Dwi Septiani, Istri Bapak, Mamak Fariz. Saya menghubungi Ibu tetapi tidak bisa, jadi saya mengirim SMS. Saya menghubungi Ibu karena saya ingin membicarakan mengenai warisan yang ditinggalkan Bapak untuk Fariz, Hubungi saya jika Ibu membaca SMS ini, terimakasih".

Cahaya dari Handphone Farah meredup, kemudian Layar Handphone Farah mati.

INT. KAMAR HOTEL FARAH - MALAM

Farah duduk di Kursi kamar Hotelnya, di atas Meja ada Handphone dan Kaleng Cola. Ia sedang melihat jendela kamar Hotelnya, yang tidak di tutup tirai.

Ia hanya melamun. Kemudian, ia mengambil Cola itu dan meminumnya.

Sesuatu menyala di sebelah Farah. Farah mengambilnya, layar handphonennya menyala, ada panggilan, ia mengangkatnya --

SUARA PEREMPUAN (V.O)

Halo, ini Farah?

FARAH

...Iya, saya Farah. Bu Dwi?

SUARA PEREMPUAN (V.O)

...Iya, saya Dwi.

Ekspresi Farah tetap datar.

FARAH

Makasih sudah telepon saya, Bu. Saya mau membicarakan warisan Bapak untuk Fariz.

Dwi tidak menjawab, ia hanya diam.

FARAH

Apa Ibu ada waktu, apa bisa kita ketemu?

Ada jeda di antara mereka.

DWI SEPTIANI (V.O)

...Bisa... nanti saya kabari lagi.

FARAH

Baik, selamat malam.

Sambungan terputus, Farah meletakan Handphonenya di atas meja, ia mengambil Cola dan meminumnya. Kembali ia melihat jendela luar.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar