Bersende Gurau Bersame
3. Bagian 3

INT. DAPUR - RUMAH FARAH — MALAM - MASA KINI

Farah duduk di Dapur Rumahnya, ia melamun. Suasana hening terasa di ruangan itu, hanya terdengar suara kulkas.

Kemudian Ia melihat handphonenya di atas meja, datar.

INT. RUANG TAMU - RUMAH ANDI— MALAM

Rumah itu tampak sederhana, Andi muncul dari belakang rumah, membawa Air dan meletakkanya di atas Meja.

FARAH

Putri?

Andi duduk di depan Farah.

ANDI

Tidur, kecapekan. Tadi siang dia ke kantor, cek kerjaannya. Dara juga ikut.

FARAH

Kabarin Aku kalau ada apa-apa, Aku bisa antar dia.

Andi mengangguk, Farah mengambil gelas itu dan meminumnya.

FARAH

Bapak meninggal.

Ada jeda di antara mereka, lama sekali.

FARAH

Aku di telepon tadi siang... udah sebulan...
(jeda)
Sepuluh hari lagi masuk empat puluh hari.

Ada jeda di antara mereka.

FARAH

Bapak tinggalin wasiat buat Aku... sama Adik Aku.

Andi melihat Farah, menunggu penjelasan lebih jauh.

ANDI

Keputusan Kamu?

FARAH

Aku gak pergi kesana... Aku baru buka katering lagi, gak mungkin Aku harus tutup lagi.

Mereka melakukan kontak mata.

FARAH

Aku juga gak ada hubungannya sama masalah ini.

ANDI

Kamu tahu Kamu bukan orang yang lari dari tanggung jawab.

Farah hanya diam, ia melihat ke arah lain.

ANDI

Tanpa Aku bilang kayak gini juga, Kamu tahu sendiri.

Farah hanya diam mendengarnya, ia melihat Andi.

ANDI

Kamu cuma perlu alasan buat sesuatu.

FARAH

Sekarang Aku ada alasan buat pulang kesana.

Mendengarnya membuat Andi tersenyum kecil.

ANDI

Aku gak akan bilang semua keputusan ada di tangan Kamu. Kamu tahu apa yang Kamu harus lakuin.

Farah melihat Andi, wajah Andi serius. Farah berdiri dan berjalan ke pintu rumah.

FARAH

Aku pulang.

ANDI

Farah... Kamu tahu Kamu gak bisa ngehindar sampai kapanpun. Kamu harus pergi kesana, terlepas ada wasiat itu atau gak. Bapak kamu meninggal, ini udah lebih dari lima belas tahun. Sekarang kamu harus hadapi semua ini. Jangan lari lagi.

Farah berhenti, melihar Andi.

ANDI

Aku serius, jangan adu mulut sama aku.

Farah berjalan keluar dari rumah Andi. Meninggalkan Andi sendirian di ruang tamu Rumahnya.

INT. KAMAR FARAH - RUMAH FARAH — MALAM

Kamar Farah gelap, tapi karena cahaya dari luar masuk ke dalam kamarnya membuat kamarya terlihat dalam kegelapan.

Farah berada di tempat tidurnya, ia belum tidur, ia melamun.

Farah mengendipkan matanya, pelan. Farah menutup matanya, mencoba tidur.

INT. DAPUR - RUMAH FARAH — SORE

Farah duduk di Kursi Dapur, ia melihat Handphonenya dan kemudian mengetik di kolom pencarian, bertuliskan:

"TANJUNGPINANG"

Tak lama kemudian muncul hasil pencarian.

Terdapat Gambar-gambar, Artikel dan Lokasi Pariwisata. Farah memencet sebuah Gambar. Sebuah Pemandangan Kota Tanjungpinang.

Farah melihatnya, datar.

INT. RUANG TAMU - RUMAH FARAH — SORE

Sebuah Handphone yang di genggam, dari Layarnya terdapat sebuah Nomor dan Kontak, Kontak Pak RT.

Farah memegang Handphone itu dan melihatnya dengan datar.

Ia berada di ruang tamu Rumahnya. Di depannya terdapat Buku Catatan dan Tumpukan kertas-kertas.

Farah beralih pandangan ke arah lain, ia melihat ke arah luar rumah, datar.

Tak lama kemudian, Handphone Farah berbunyi, Farah melihatnya, sebuah Nomor, Farah mengangkatnya.

FARAH

Halo...
(mendengarkan)
Iya... Ibu mau pesan katering?

Sesaat Farah hanya diam, ia tidak menjawab.

SUARA PEREMPUAN (V.O)

Halo... Mbak Farah... Bisa terima katering?

FARAH

Iya... bisa Ibu. Menunya apa saja.
(mengambil buku catatan)
(menulis)
Iya... Iya... Iya... Baik. Kami tidak melakukan pengantaran, jadi kateringnya nanti harus jemput.
(mendengarkan)
Baik, Ibu. Terimakasih. Selamat sore.

Panggilan di putus, sesaat Farah melihat Buku Catatan itu, memandangnya datar.

Ia melihat ke arah dinding rumahnya, tempat foto-foto itu.

FARAH

Oke...

Farah melihat buku di depannya, ia mengambil Handphone dan memencet sesuatu disana dan menempelkannya di telinga --

FARAH

Halo, Bu selamat siang... saya Farah pemilik katering... saya minta maaf, tapi saya harus membatalkan pesanan katering Ibu... saya ada urusan mendadak Bu... sekali lagi saya minta maaf. Kalau Ibu mau saya ada kenalan yang punya menu yang ingin Ibu pesan, saya bisa telepon dia sekarang untuk menggantikan saya... baik bu, sekali lagi saya minta maaf, selamat siang.

Farah menutup teleponnya, ia memencet sesuatu di teleponnya lagi. Ia menempelkannya ditelinga --

FARAH

Halo, Desi, ini Aku Farah, Kamu bisa terima pesanan katering... Aku udah terima, tapi ada urusan mendadak, jadinya gak bisa, Kamu bisa gantiin Aku... oke. Tapi Aku minta tolong, Kamu bawa Bu Rahma, Bu Rohmah sama Bu Wahyuni... oke makasih Des.

Farah meletakkan handphonenya di meja, ia berdiri dan berjalan menuju Kamar.

EXT. PONDOK - PANTAI TRIKORA — SIANG - MASA LALU

Ibu tertidur, bersama dengan Fauzi di pondok. Dari pondok, Pantai semakin ramai di kunjungi orang-orang. Orang-orang bermain di pinggir pantai.

Farah meminum Kelapa yang sudah di kupas bersama Bapak, mereka tidak bicara.

Sesaat Bapak melihat Farah, memperhatikannya.

BAPAK

Anak bapak dah tujuhbelas tahun ye, dah besar Farah.

FARAH

Iyelah, Farah kan anak Bapak.
(meminum air kelapa)
Farah mau buat SIM, Pak.

BAPAK

SIM C ke SIM A?

FARAH

SIM C.

BAPAK

Farah belum bise bawa mobil.

FARAH

Bapak ajarkanlah Farah.

Bapak tersenyum, ia meminum air kelapa. Mereka menikmati suasana pantai. Handphone Bapak berbunyi, ia meletakan Kelapanya dan berjalan menjauhi Pondok dan menerima panggilan itu, terlihat ia berbicara serius sekali.

Farah sesekali melihat Bapak dari Pondok, memperhatikannya.

Tak lama kemudian, Bapak kembali, tak bicara apa-apa.

BAPAK

Iyelah, Bapak ajarkan.

Farah tersenyum melihat Bapak.

INT. KAMAR FARAH - RUMAH FARAH — SUBUH - MASA KINI

Jam dinding menunjukkan Pukul empat pagi.

Farah mengambil Jam Tangan Analognya di atas meja rias. Sesaat ia melihat Kotak Persegi Panjang, Putih di atas meja riasnya.

Farah membawa Koper di depan Lemari Pakaiannya menuju keluar kamar.

EXT. BANDARA - PAGI

Farah keluar dari Bandara dengan Kopernya dan ia melihat sekitar. Ia menuju Taxi yang berjejer di depan Bandara.

EXT. PELABUHAN - PAGI

Farah berdiri di depan loket tiket.

FARAH

Tanjungpinang, Mbak.

Tak lama kemudian, Farah mendapatkan tiketnya dan ia berjalan masuk menuju pelataran pelabuhan.

EXT. KAPAL FERI - BERGERAK - BAGIAN BELAKANG - PAGI

Farah duduk di salah satu bangku bagian belakang Kapal Feri. Beberapa orang juga duduk di sana, menikmati hembusan angin dan ombak. Suara mesin terdengar jelas dari sini, bersatu dengan suara air dan deruan angin.

Farah melihat sekelilingnya, hanya ada air dan sebuah pulau yang mulai terlihat.

Farah melihatnya dengan datar.

INT. KORIDOR PELABUHAN - PELABUHAN - PAGI

Farah berjalan keluar dari Pintu Kedatangan, dengan membawa koper ia berjalan melewati kerumunan orang-orang yang menunggu didepan pintu kedatangan.

Porter dengan Troli yang menawarakan jasa mereka. Mereka memanggil-manggil para pelanggan, ada juga yang sedang melakukan tawar menawar dengan Porter, terdengar suara Porter yang meminta jalan untuk lewat.

Farah berjalan dengan handphone menempel di telinganya. Ia berhenti sebentar, ia sudah jauh dari kerumunan itu, sesaat melihat sekitar, memastikan.

FARAH

Aku udah di Tanjungpinang. Sekarang di pelabuhan. Aku ambil flight pagi.

ANDI (V.O)

Hati-hati di sana.

FARAH

Iya... Aku cuma harus selesaiin semuanya disini secepatnya.

ANDI (V.O)

Kamu tahu Kamu gak harus selesain urusan Kamu disana secepatnya.

Farah melihat laut yang ada di depannya dalam diam, ia masih tersambung dengan Andi. Di belakangnya, orang-orang berlalu lalang, keluar dan masuk pelabuhan.

ANDI (V.O)

Tunggu, Kamu bilang di pelabuhan sekarang? Kamu lewat Batam? Kamu tahukan ada pesawat langsung dari sini?

Farah tersenyum kecil.

FARAH

Iya... Aku tahu, Aku juga gak tahu kenapa Aku pake kapal dari Batam.

ANDI (V.O)

(tertawa pelan)
Kabarin Aku kalau ada apa-apa.

FARAH

Iya... bilang Dara mau oleh-oleh apa, Aku bawain dari sini.

ANDI (V.O)

Dara, tante Farah tanya, Adek mau oleh-oleh apa... bilang Dara mau yang banyak.

Mendengarnya membuat Fara tersenyum kecil.

FARAH

Nanti tante Farah bawa ya...

Sambungan di matikan, Farah memasukkan handphone ke dalam saku celananya. Sesaat, ia melihat sekitar Pelabuhan.

Farah berjalan bersama kopernya, menuju pintu keluar pelabuhan. Bersama para penumpang dan Porter dan Trolinya yang berjalan di sekitanya.

EXT. PINTU MASUK PELABUHAN - PAGI

Farah berjalan keluar dengan membawa kopernya, keadaan Pelabuhan ramai.

Mobil-mobil yang berhenti di depan pintu, juga motor-motor menyebabkan kemacetan, satu dua kendaraan membunyikan klakson, orang-orang berjalan masuk dan keluar pelabuhan.

Mobil-mobil Taksi berjejeran di sudut pelabuhan, para supirnya menawarkan jasa mereka kepada calon penumpang mereka, termasuk Farah, ia menolak dengan sopan.

Farah melihat kiri dan kanan, ia berbicara kepada salah satu supir, supir itu menujuk arah dengan tangannya, di ikuti Farah.

Farah berjalan ke arah yang di tunjuk Supir itu, melewati semua keadaan yang ada di sekitarnya.

EXT. DEPAN HOTEL - PAGI

Farah menaiki anak tangga, dengan mengangkat kopernya, terlihat tulisan di depan pintu "HOTEL FURIA".

Farah masuk ke dalam hotel itu.

INT. LOBBY HOTEL - PAGI

Farah berdiri di depan lobby hotel, berbicara kepada Perempuan, PETUGAS HOTEL, 40-an. Farah menunjukkan handphonenya kepada Petugas Hotel itu, ia mengambil dan memeriksanya, bekerja dengan Komputernya.

Farah melihat keadaan Hotel, terlihat sepi, lobby hotel yang sederhana. Petugas Hotel itu berbicara kepada Farah, mengembalikan handphonenya.

Petugas itu keluar dari tempatnya dan berjalan di depan Farah, yang mengikutinya sambil membawa kopernya di belakang.

INT. KAMAR HOTEL FARAH - PAGI

Sebuah kamar yang sederhana, terdapat Dua Tempat Tidur yang terpisah, sebuah TV kecil, layaknya hotel bintang satu atau dua. Farah melihat Kamarnya.

Farah meletakan Koper di atas Tempat Tidur.

Ia berjalan menuju Jendela Kamar, ia membuka Tirai yang menutupinya, melihat Pelabuhan di depannya, datar.

INT. LOBBY HOTEL - PAGI

Farah berbicara kepada Petugas. Petugas menujuk sambil berbicara, Farah melihat arah yang di tunjuk.

Farah kembali berjalan ke pintu hotel, membuka pintu, menuju jalan.

EXT. JALAN BINTAN - PAGI

Farah berjalan menuju Jalan Bintan, sesaat ia melihat nama Jalan itu, lengkap dengan Tulisan Arab Melayu dan Status Jalan itu.

Farah berjalan dan melihat pemandangan sekitar. Farah melihat sebuah Rumah Makan yang ada di sampingnya, datar.

Ia berjalan lagi dan berhenti di depan sebuah Kedai Kopi di pinggir jalan, di depan Kedai Kopi itu ada Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sana, terdapat juga beberapa Orang yang berkumpul di depannya.

Mobil-mobil dan Sepeda Motor yang terpakir di secara Paralel, membuat Pintu Masuk Kedai Kopi itu hampir tertutup.

Farah memperhatikannya, ia melihat nama Kedai Kopi itu, bertuliskan:

"Aneka Ria"

EXT. DEPAN KEDAI KOPI - PAGI - MASA LALU

Farah berada di sepeda motor, melihat Nama Kedai Kopi itu, datar.

Bapak berjalan menuju sepeda motor, di tangannya terdapat Kantong Plastik, menggantungkannya di sepeda motor --

BAPAK

Kita beli roti gula dulu di Zaman, buat Adek. Dah lama Adek tak makan.

FARAH

Serbe Anak Bapak tu. Belayan.

BAPAK

Dia Adek Farah, asek nak kelahi aja dua beradik ni Bapak tengok. Farah tu Kakak, jaga Adek. Kalau Bapak, Ibu tak ade, siapa jage die?

FARAH

Iye... Farah yang jage die. Asek nak cakap mati aje. Nak mati, mati ajelah, bawa-bawa Farah pulak.

Bapak melihat Farah. Kemudian, Bapak mengambil Handphonenya dari dalam Saku Celana dan menempelkannya di telinga, ia menerima panggilan. Ia berjalan menjauhi Farah.

Farah melihat Bapak. Memperhatikannya dari kejauhan.

Tak lama kemudian, Bapak kembali, Farah masih melihat Bapak.

Sesaat Bapak melihat Farah, kemudian ia memakai Helm, begitu juga Farah. Tak bicara.

INT. KEDAI KOPI - PAGI - MASA KINI

Farah meminum Kopinya, terlihat Bekas Piring dan Mangkok kecil berada di atas meja.

Di lihat dari dekat, Mangkok itu kosong, tersisa sedikit warna Kehitam-hitaman dan Coklat bercampur Kuning dan Putih. Di sebelahnya terdapat Kecap Asin dan Merica Bubuk.

Farah melihat sekitar. Kedai Kopi yang sederhana, Meja-meja dan Kursi-kursi yang juga sederhana.

Ada BAPAK CINA TUA, 60-an, memakai Kaos Singlet Putih, duduk di Sudut Kedai Kopi, mengipas-ngipas dengan menggunakan Kipas Bambu. Farah melihatnya, datar.

Farah menghabiskan Kopinya, ia memanggil PEKERJA, 30-an.

FARAH

Berapa Kak?

PEKERJA

(menghitung)
Mie lendir satu, kopi, telor... telornya dua kan... empatpuluh.

Farah mengambil dompet di dalam tas yang ia bawa, membukannya --

PEKERJA

Jalan-jalan ke Pinang kak?

Farah mengambil dompetnya dan mengambil uang --

FARAH

Iya kak.

PEKERJA

Kakak macam lain ditengok, macam bukan orang Pinang.

Farah tersenyumm, ia memberikan Uang ke Pekerja itu. Pekerja itu berjalan ke meja belakang.

Tak lama, Pekerja itu mendekat --

PEKERJA

(memberikan kembalian)
Kakak dari mana?

Farah terseyum, menerima kembali uangnya.

FARAH

(menggunakan aksen melayu)
Tak lah kak, saya cuma dah lame tak ke Pinang.

Pekerja hanya mengangguk mendengar jawaban Farah.

FARAH

Bapak yang biase jual mie lendir kemane kak?

Pekerja itu melihat ke arah Pedagang Kaki Lima di depan mereka.

PEKERJA

Meninggal, Kak, sakit. Anaknya yang ganti Bapak tu sekarang.

Pekerja itu berlalu pergi, Farah masih melihat Pedagang Kaki Lima itu di depannya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar