Bersende Gurau Bersame
9. Bagian 9

EXT. LAPANGAN - SEKOLAH FARIZ — PAGI

Farah berjalan, di belakangnya ada Fariz, ia sedang melihat Rapotnya. Sesaat Farah berhenti, melihat Fariz.

FARAH

Wali kelas kamu bilang, kurangin main. Nilai kamu ada yang turun.

Fariz masih melihat rapotnya, teliti, menyadarinya.

FARIZ

Fariz minta maaf...

FARAH

Kamu gak harus minta maaf, wajar kalau ada yang turun, Kakak gak permasalahin. Kamu hanya harus jadi orang yang bertanggung jawab dan baik, itu yang penting.

Ada jeda di antara mereka.

FARAH

Pintar kamu di sekolah ternyata.

Fariz hanya tersenyum kecil mendengarnya.

Sesaat Farah melihat seorang PEREMPUAN, ANISSA, 17, Teman Fariz, berjalan ke arah mereka.

FARAH

Pacar kamu tingginya sebahu kamu?

Fariz melihat Farah, bingung. Farah masih melihat ke arah Annisa.

FARAH

Apa hari ini rambutnya di ikat?

Fariz tidak mengerti, ia melihat Farah yang melihat sesuatu. Ia menoleh ke belakang dan menemukan Annisa.

Bersamaan dengan Annisa yang sampai di tempat mereka dan menyalami Farah. Mereka berbicara sebentar.

CUT TO:

Farah berjalan ke arah Mobil, di belakangnya ada Fariz yang mengikutinya.

FARAH

Kayaknya dia anak baik.

Fariz tidak menjawab.

FARAH

Perempuan suka kalau di puji penampilannya.

Fariz melihat Farah. Farah mengangguk.

FARAH

Kamu coba aja.

FARIZ

Kak... makasih ambilkan Rapot Fariz.

FARAH

Kakak kan, Kakak Fariz.

Mereka berdua tersenyum. Farah berjalan menuju Mobil. Annisa berdiri di samping Fariz.

ANNISA

Itu Kakak yang Abang ceritakan ke Nisa?

Fariz mengangguk, sesaat ia melihat Annisa, ragu.

FARIZ

Nisa cantik hari ini.

Fariz yang berjalan menuju ke arah lain. Annisa hanya diam, ia tersenyum, malu. Ia berjalan menyusul Fariz, berlari kecil.

INT. KAMAR FARIZ - RUMAH LAMA FARAH - SIANG

Kamar yang berantakan, Baju-baju berserakan di lantai, bersamaan dengan Kertas-kertas dan Plastik Makanan Ringan yang sudah tidak ada isinya.

Meja belajar yang juga berantakan, Buku-buku dan Alat Tulis yang berserakan.

Farah berjalan ke lemari pakaiannya, ia membuka lemari pakaiannya dan melihat pakaiannya yang di tumpuk begitu saja, tidak di lipat.

Ia membuka lemari sebelahnya, pakaian sekolahnya, ia mengambil Baju OSIS, ia melihat dibagian kanan baju itu sudah menguning dan banyak lubang-lubang kecil di sana.

Farah melihat Tempat Tidur Fariz yang tidak di rapikan, sesaat ia melihat sekitar. Kemudian, ia merapikan Seprai, sesat Farah berhenti, ia mencium Seprai Fariz dan diam.

Farah berdiri dan berjalan keluar, sesaat ia kembali, membawa Sapu dan Serokan. Farah membuka Seprai Tempat Tidur Fariz.

EXT. TERAS - RUMAH LAMA FARAH — MALAM

Fariz sedang bermain Handphone, tangannya dengan cepat mengetik di Layar. Dari dalam rumah, Farah keluar, melihat Fariz.

FARAH

Fariz, kamu mau temanin Kakak jalan-jalan?

Fariz yang mendengarnya, terkejut, ekspresinya berubah, senang.

FARIZ

Kemana, kak? Fariz temankan.

Farah tersenyum kecil mendengarnya.

MONTAGE BEGIN:

INT. TOKO BUKU - SIANG

Farah dan Fariz yang sedang memilih Buku-bukut Tulis di Tumpukan. Mereka bersama-sama dengan Orang lain yang juga melakukan hal yang sama, terdapat Anak-anak yang lebih kecil juga memilih.

Fariz mengambil beberapa dan berjalan menuju Kasir. Sementara Farah mengambil Ikatan Sampul Buku dan menyusul Fariz.

INT. TOKO BAJU - SIANG

Farah yang berdiri, di sekelilingnya, terdapat Orang-orang yang sedang memilih seragam Sekolah. Tak lama kemudian, Fariz keluar dari Kamar Ganti, mengenekan Celana Abu-abu dan menujukkanya kepada Farah. Sesaat Farah melihatnya, mengangguk. Ketika Fariz ingin kembali, Farah memanggilnya dan memberikannya Baju Osis kepada Fariz. Fariz melihatnya, terpaksa. Ia mengambilnya dan berjalan ke dalam kamar ganti. Farah hanya tersenyum kecil melihatnya.

EXT. KOTA TUA TANJUNGPINANG — SIANG

Farah dan Fariz berjalan-jalan melihat Toko-toko yang ada di kiri dan kanan mereka. Farah berhenti di depan sebuah Toko Sepatu, ia memanggil Fariz. Mereka berbicara, ketika Farah ingin masuk, Fariz menariknya dan berbicara, sambil menunjuk-nunjuk sepatu. Farah masih berbicara kepada Fariz dan menunjuk Toko itu, tapi Fariz menarik Farah, menjauhkannya dari sana.

EXT. PENJUAL ES KELAPA - SIANG

Farah dan Fariz duduk di kursi penjual Es Kelapa, di depan mereka terdapat Dua Gelas. Mereka sedang meminumnya, eksprsi mereka berubah seketika, tersenyum. Mereka meminumnya lagi, hingga tetes terakhir. Mereka sama-sama mengangkat Gelas dan memakan Es Batu yang ada di dalam Gelas itu.

BACK TO SCENE:

EXT. JEMBATAN PELANGI - SORE

Farah duduk di Bangku yang ada di Jembatan, melihat sekitar.

Fariz di depannya, berdiri di pinggir Jembatan, melihat sekitar.

FARAH

Kamu sering ke sini?

Fariz melihat Farah.

FARAH

Sama Annisa?

Fariz tersenyum kecil, Farah juga melakukan hal yang sama.

FARIZ

Biasanya kalau minggu, Bapak ajak jalan-jalan.

FARAH

Kebiasaan Bapak, bawa keluarganya jalan-jalan.

FARIZ

Tapi semenjak Mamak pergi, kami masih sempat jalan-jalan, walau jarang. Tapi sejak Bapak sakit, kami tak pernah lagi.

FARAH

Kamu ada pas Bapak meninggal?

FARIZ

Ada. Bapak tak ada bilang apa-apa. Langsung meninggal.

Ada jeda di antara mereka.

FARIZ

Bapak cuma sekali bicara tentang Mamak, Bapak bilang Mamak pergi, cuma itu. Mulai hari itu, Bapak tak pernah bicara tentang Mamak lagi, sampai meninggal.

FARAH

Kalau kamu tahu alasan Mamak kamu pergi, kamu mau ngapain?

Fariz tidak menjawab, ia hanya diam.

FARAH

Kamu pasti gak akan ngerti apapun alasan yang Mamak kamu jelaskan. Kamu menolak buat ngerti...

Fariz hanya melihat Farah.

FARAH

Tapi setidaknya dia kasih tahu kamu alasannya, itu yang penting. Sampai pada waktunya kamu mengerti.

Fariz melihat Farah, sesaat kemudian, mereka melihat ke arah yang lain.

INT. KAMAR FARIZ - RUMAH LAMA FARAH — MALAM

Fariz berbaring di Tempat Tidurnya, terlihat ia memegang Handphone, dari dekat ia sedang membuka Kontak, tertulis:

MAMAK

Fariz hanya melihat datar, kemudian, ia memencet Tombol Panggil. Ia menempelkan Benda itu ke telinganya.

OPERATOR (V.O)

(nada operator)
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.

Fariz meletakan Handphonenya di sebelahnya, sesaat ia memandang datar langit-langit kamarnya.

INT. DAPUR - RUMAH LAMA FARAH — PAGI

Fariz sedang makan ketika melihat Farah memasukan Makanan di dalam Wadah.

FARIZ

Kenapa kita masak juga?

FARAH

Udah jadi tradisi kalau kita bertamu ke rumah orang, kita bawa makanan. Prinsip Orang Melayu, jangan bertamu dengan tangan kosong, jangan pernah buat Tamu kelaparan di rumah kita.

Fariz hanya mengangguk, sesaat Farah melihat Fariz.

FARAH

Kamu minum Kopi?

FARIZ

Tak, Fariz pening Kepala kalau minum.

FARAH

Kamu ngerokok?

Fariz menggeleng.

FARAH

Kamu gak minum kopi, gak rokok, sehat hidup kamu.

FARIZ

Annisa juga bilang bilang gitu.

FARAH

Jadi hubungan kalian udah sejauh mana?

FARIZ

Tak sampai mana-mana.

Farah mengangguk, sesaat ia masih melihat Fariz.

FARAH

Saran kakak, jangan lupa pakai kondom.

Fariz tersedak ketika mendengarnya. Ia bangun dan dan berjalan cepat ke arah Kamarnya.

Fariz tersenyum melihatnya.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH PAK RT — MALAM

Lauk-lauk terhidang diatas meja. Farah dan Fariz, mereka sedang makan, dengan menggunakan tangan, begitu juga dengan keluarga Pak RT.

FARIZ

Kak Farah buka katering Tante.

Semua mata melihat ke Farah, menunggu jawaban.

FARAH

Iya... lanjutin katering Ibu.

BU RT

Bu Sofi buka katering kan dulu di rumah, baru Ibu ingat.

Farah hanya tersenyum mendengarnya. Ia melanjutkan makan.

PAK RT

Juara lagi Fariz, Farah?

BU RT

Fariz dari SD sering Juara.

Farah mengerti, sesaat ia melihat Fariz.

FARAH

Juara dua, Bu. Gurunya bilang nilainya turun.

BU RT

Nilai turun aja juara dua, kayak mana kalau tak turun.

FARAH

Riza gimana?

RIZA

Kami ranking delapan kak. Tak apalah, masuk sepuluh besar.

FARAH

Pintar Riza berarti.

BU RT

Kalau dia pintar, dia tak banyak main, asek main hp terus.

Farah tersenyum mendengarnya. Fariz mengambil nasi dari tempatnya, Farah melihatnya, Fariz melihat Farah.

BU RT

Fariz sering makan di sini.

Fariz tetap mengambil nasi dan juga lauknya. Farah melihat Fariz yang makan dengan lahap.

RIZA

Semua dia makan. Kawan aja yang tak dia makan. Iya tak Riz?

Fariz berhenti, ia melihat Riza.

FARIZ

Ko jangan pancing, nanti aku kasih tahu om tante sibuk ko --

BU RT

Kasih tahu apa Fariz?

FARIZ

Gini tante --

RIZA

Dahlah, dah, dah, kita makan...

Bersamaan dengan itu Fariz tertawa dan Riza yang malu dengan apa yang ia lakukan. Farah tersenyum melihat keduanya, Pak dan Bu RT tertawa melihat mereka.

CUT TO:

Fariz dan Riza mengangkat semua Peralatan Makan ke dapur. Terlihat Meja Makan yang sudah kosong, bersamaan dengan Bu RT yang membawa Gelas-gelas di atas nampan dan berjalan menuju Depan Rumah.

EXT. TERAS - RUMAH PAK RT — MALAM

Pak RT dan Farah duduk di teras rumah, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Dari dalam rumah, Bu RT keluar dari rumah dan ia meletakan Gelas-gelas itu di atas meja. Ia duduk bersama mereka.

Farah mengambil Gelas itu dan meminumnya.

BU RT

Macam mana tinggal di Rumah Farah?

FARAH

Enak, Bu. Fariz baik sama saya.

Bapak dan Bu RT saling mengangguk, setuju.

PAK RT

Jadi apa rencana Farah sekarang?

FARAH

Cuma Fariz keluarga yang Farah punya, Fariz juga gitu. Farah selesaikan semuanya.

BU RT

Fariz pasti senang dengarnya.

Mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH PAK RT — MALAM

Farah dan Riza berada di Ruang Tengah, TV di ruang itu menyala. Tetapi Mereka sibuk dengan Handphone mereka masing-masing.

RIZA

Macam mana ko tinggal sama Kak Farah?

Fariz yang bermain Handphone melihat Riza.

FARIZ

Hidup aku jadi lebih terurus, aku macam punya Mamak lagi. Ko tahukan kalau ada keluarga yang tinggal sama ko di Rumah?

RIZA

Kak Farah baik sama ko?

FARIZ

Baik... dia perhatian sama aku.

RIZA

Kalau macam tu kenapa dia minta Bapak sama Mamak aku jadi wali buat ko?

Ada jeda di antara mereka.

FARIZ

Ko cakap apa?

RIZA

Aku dengar Bapak Mamak aku cakap. Kak Farah minta mereka jadi wali buat ko. Kak Farah nanti kasih tahu ko. Kak Farah tak ada cakap sama ko?.

Fariz diam di tempatnya, ia masih memegang Handphone di tangannya.

INT. KAMAR FARIZ - RUMAH LAMA FARAH — MALAM

Fariz berbaring di kamarnya, ia melamun.

Handphonenya berbunyi, sebuah Nomor yang tidak di kenal memanggilnya. Fariz mengangkatnya --

FARIZ

Halo.

DWI SEPTIANI (V.O)

Halo, Fariz... ini Mamak.

Ada jeda di antara mereka.

DWI SEPTIANI (V.O)
Anak Mamak sehat?

FARIZ

...Sehat.

DWI SEPTIANI (V.O)

Syukur... Mamak mau ketemu Fariz, bisa?

FARIZ

...Bisa.

Fariz masih melihat ke arah lain, datar.

EXT. DEPAN RUMAH LAMA FARAH - PAGI

Fariz membuka Pintu dengan pelan, kemudian ia mengeluarkan Motornya dari Halaman, tidak menghidupkannya.

Setelah itu ia menutup pintu pagar. Dengan menggunakan Helm, Fariz mendorong Motor menjauhi Rumah, sesaat kemudian, ia menghidupkan Motornya dan pergi dari situ.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH LAMA FARAH — PAGI

Farah keluar dari Kamarnya dan menuju Dapur, terdengar suara Air dari sana.

Tak lama kemudian, Farah kembali dan berjalan menuju Kamar Fariz dan mengetoknya, sambil memanggil namanya. Tak ada jawaban.

Setelah itu ia membuka Kamar Fariz dan melihat dari depan pintu, sesekali Farah memanggil Fariz. Tidak ada jawaban.

Kemudian Farah berdiri di depan Kamarnya, sambil melihat sekitar, datar.

INT. KEDAI KOPI - PAGI

Sebuah Kedai Kopi, tidak terlalu ramai, beberapa Kursi dan Meja sudah di tempati orang-orang.

Di salah satu Meja, Fariz dan Dwi Septiani dan Anak Laki-laki itu duduk bersama. Dalam diam.

Fariz melihat Anak Laki-laki itu.

DWI SEPTIANI

Macam mana sekolah? Fariz juara lagi?

Fariz hanya mengangguk.

DWI SEPTIANI

Pintar Anak Mamak. Fariz makan teratur? Tidur macam mana?

FARIZ

...Teratur.

DWI SEPTIANI

Baguslah...

Ada jeda di antara mereka.

DWI SEPTIANI

Mamak mau kasih tahu Fariz. Sebelum Bapak meninggal, Mamak minta pisah.

Fariz melihat Dwi Septiani, datar.

DWI SEPTIANI

Bapak minta Mamak kasih tahu Fariz. Mamak minta maaf, kasih tahu baru sekarang.

FARIZ

Mamak tak perlu jelaskan alasan Mamak. Apapun alasannya, Fariz tak bisa terima juga.

DWI SEPTIANI

Mamak minta maaf...

Ada jeda di antara mereka.

DWI SEPTIANI

Mamak minta maaf, tak bisa jadi Wali Waris buat Fariz...

FARIZ

(dingin)
Kak Farah ketemu Mamak?

DWI SEPTIANI

Iya...

FARIZ

Mamak tak bisa jadi wali waris buat Fariz karena tak ada hubungan sama Fariz dalam hukum, Fariz tahu. Tapi kenapa orang lain mau jadi wali waris buat Fariz, padahal mereka tak ada hubungannya darah sama Fariz, sedangkan Mamak Fariz sendiri tak mau?.

Dwi Septiani hanya diam.

FARIZ

Semua yang kalian buat, itu buat kepentingan sendiri. Jangan salahkan Fariz kalau buat hal yang sama.

Fariz melihat Anak Laki-laki itu, kemudian melihat Dwi Septiani.

FARIZ

Dia Anak Mamak?

Ada jeda di antara mereka.

DWI SEPTIANI

Namanya Fahmi. Umurnya empat tahun...

Fariz hanya melihat Fahmi, datar. Fahmi melihat Fariz, bingung.

FARIZ

Mamak buat dua kali. Kali ini Anak Mamak sendiri.

Dwi Septiani tiba-tiba menangis, ia menunduk, bahunya terguncang, hebat.

FAHMI

(mengepalkan tangan)
Abang apakan Mamak kami? Awas ee. Fahmi pukul nanti.

Fariz hanya melihatnya, datar.

FARIZ

Apa yang terjadi sama Bapak Mamak, itu salah Mamak.

DWI SEPTIANI

Mamak minta maaf, Mamak minta maaf. Fariz... Mamak minta maaf.

FARIZ

Mamak bisa tetap minta maaf sama Fariz, dalam hati. Fariz juga bisa tetap benci Mamak, dalam hati. Sampai salah satu dari kita berhenti. Atau tetap gitu sama mati.

Ada jeda di antara mereka.

FARIZ

Jaga Anak Mamak, jangan buat dia jadi macam Fariz.

Fariz berdiri dan berjalan pergi, meninggalkan Mereka. Dwi Septiani terisak, menahannya, tetapi gagal. Tangisnya pecah.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar