Bersende Gurau Bersame
10. Bagian 10

INT. KAMAR FARIZ - RUMAH LAMA FARAH — PAGI

Terdengar suara ketukan Pintu, berkali-kali. Pintu kamar terbuka dan Farah berjalan ke dalam kamar. Ia melihat sekitar, tak ada apa-apa di sana.

Farah mengambil Handphonenya di Kantong dan menelepon Fariz.

Terdengar nada masuk, tapi tidak di jawab.

Farah melakukannya sekali lagi, tetapi masih sama.

Sesaat ia melihat sekitar, berpikir. Kemudian ia mengetik sesuatu di Handphonennya dan berjalan keluar kamar.

EXT. PONDOK - PANTAI TRIKORA — PAGI

Terdengar suara Ombak yang tidak terlalu besar, bersamaan dengan suara Angin yang berhembus. Tidak banyak orang di Pantai itu, hanya beberapa.

Fariz duduk di Pondok, memandang datar Pantai di depannya.

Kemudian, Handphone Fariz berbunyi, sesaat ia melihatnya, di layar Handphone, tertulis:

KAK FARAH.

Fariz hanya melihatnya, datar, kemudian ia melihat ke arah Pantai, datar, membiarkannya.

Tak lama kemudian, Handphone Fariz berbunyi, sebuah pesan, bertuliskan:

"Fariz dimana?, telepon Kakak kalau baca".

Fariz hanya melihatnya, datar.

CUT TO:

Fariz masih duduk di bibir Pantai, memandang ke arah depan, datar.

Fariz mengambil Handphonenya dan ia melihatnya. Ada Limapuluh Panggilan tidak terjawab dan Satu Pesan.

Fariz tidak membaca Pesan itu, menekan salah satu Nomor di sana.

FARIZ

Ko dimana... aku ke sana sekarang.

Fariz mengambil Tasnya dan berjalan menuju Parkiran.

EXT. TERAS RUMAH - RUMAH LAMA FARAH — MALAM

Jam di Layar Handphone menunjukan Sepuluh Malam. Sesaat kemudian, Layar Handphone meredup dan mati.

Farah duduk di Teras Rumah, melihat ke arah depan rumah, datar. Sesaat kemudian, terdengar suara Motor yang mendekat, Farah memperhatikan dan Motor itu melewati Rumah Farah.

Sesaat Farah hanya melihat ke arah Motor itu berjalan dan ia kembali melihat Halamannya, datar.

INT. KEDAI KOPI - MALAMI

Sebuah Kedai Kopi, tampak tak terlalu ramai disana. Di tengah-tengah Kedai Kopi, terdapat TUJUH LAKI-LAKI, Usia Remaja, yang berkumpul, menggabungkan beberapa Meja menjadi satu dan mengelilinginya.

Di antara mereka terdapat Fariz yang sedang memakan Nasi, sedangkan yang lain, fokus dengan Handphone mereka masing-masing, terdengar juga suara seruan dari mereka. Tangan mereka dengan lincah memencet-mencet Handphone. Terlihat juga Putra dan Yoga, teman Fariz yang pernah ke Rumah.

Fariz berdiri dan membawa Piring ke belakang Kedai Kopi, tak lama, ia kembali lagi dan duduk bersama mereka.

YOGA

Tumben har ini ikut, biasanya tak. Ngapa ko?

Fariz tidak menjawab, ia minum. Sesaat Yoga melihat Fariz, sebelum fokus kembali ke Handphonenya.

YOGA

Apa kabar Tante, ko, Riz?

PUTRA

Dia Kakak aku...

YOGA

Maaf. Aku masih tak percaya dia Kakak ko. Ko tak sama Kakak ko, Riz?

Fariz tidak menjawab, ia mengambil Handphonenya dan ikut bermain. Sesaat Yoga dan Putra melihat Fariz.

YOGA

Ngape ko, kelahi sama Kakak ko sekarang?

Fariz tidak menjawab, ia tetap memainkan Handphonenya.

YOGA

Pasti ko kelahi,kan?, ko ceritalah. Kak Farah tu bukan Kakak ko, kan? Betulkan aku cakap, Kak Farah itu Tante ko.

Fariz melihat Yoga, dingin.

YOGA

Kalau dia Tante ko, cantik bodoh dia. Kalau aku jadi ko, hmmmm...

FARIZ

Aku cakap Kak Farah tu Kakak aku.

Yoga melihat Fariz, bersama dengan Putra.

YOGA

Woi... Fariz marah woii... Fariz maarah.

Bersamaan dengan Teman-teman Fariz lainnya yang melihat Fariz, sekilas, mereka bermain Handphone lagi.

PUTRA

Dahlah, Riz. Tak usah layan budak tu.

YOGA

Tapi Tante ko badannya kuranglah, tak ada tete. Aku tak suka lah macam tu. Tapi tak apa juga, ko cobalah rekam dia --

Dengan cepat, Fariz memegang Baju Yoga dan mendorongnya, membuat mereka terjatuh dari Kursi, bersamaan dengan Handphone mereka yang jatuh. Meja-meja juga bergeser, menyebabkan Gelas-gelas di atas meja berjatuhan.

Fariz memukul wajah Yoga, berkali-kali, membuat Yoga tidak bisa melindungi Wajahnya. Menyebabkan teman-teman yang lain, berusaha memisahkan mereka. Tetapi Fariz berusaha melepaskan diri, masih ingin mengejar Yoga.

Ia berhasil, dengan cepat, Fariz kembali memukul Wajah Yoga, tapi ia berhasil menghindar dan melawan balik. Membuat Fariz mendapatkan pukul di badan dan Wajahnya, berkali-kali.

Suasana menjadi kacau, Orang-orang yang ada di Kedai Kopi itu melihat kejadian itu.

Teman-teman Fariz berusaha melerai mereka berdua, Fariz berusaha melepaskan diri, meronta-ronta. Mulutnya berdarah.

FARIZ

Woi Anjing... Babi ko. Aku cakap Kak Farah tu Kakak aku, ko tak percaya. Woi Anjing, sini ko biar aku buat ko percaya. Woi Anjing... sini ko... babi ko... lepaskan aku... lepaskan aku. Anjiiiing ko...

Keadaan Yoga lebih parah, Pelipisnya robek, mulutnya mengeluarkan darah, wajahnya babak belur. Bajunya basah terkena tumpahan Air.

YOGA

Anjinglah ko Riz, aku bercanda anjing... Anjing lah ko. Sakit anjing ko pukul.

FARIZ

Anjing ko... ko bilang apa, tak ada tete?. Anjing ko... sini, aku bilang, anjiiiing. Lepaskan aku, aku bilang lepaskan aku. Mati ko... mati ko... mati ko... anjiiiing.

Teman-teman Fariz masih menahan Fariz. Tetapi ia meronta-ronta, berusaha melepaskan diri.

Putra yang tadi menahan Yoga, mendekati Fariz.

PUTRA

Ko ngapa, tak biasanya ko macam ni.

Fariz masih berusaha melepaskan diri, meronta-ronta.

YOGA

Aku bercanda, anjing. Sakit bodoh.

PUTRA

Aku tanya sekarang, ko ngapa kayak gini Tenang, Riz, tenang.

Bersamaan dengan Fariz yang tidak berusaha melepaskan dirinya, ia sudah mulai tenang. Fariz meminta di lepaskan, mengangkat Tangannya ke atas.

FARIZ

Tapi Ko jangan bilang Kak Farah bukan Kakak aku lagi, kalau tak mati ko sekarang...

PUTRA

Yoga, ko yang salah. Ko minta maaf.

Yoga melihat Fariz dan ia menyodorkan Tangannya ke depan.

YOGA

Aku minta maaf. Aku bercanda padahal, sakit anjing.

Fariz menyambut tangan Yoga.

FARIZ

Itu bukan bercanda, ko harusnya tahu. Itu dah bisa masuk pelecehan. Mak Bapak ko tak ajarkan ko tak di Rumah? Pake Otak kalau bercanda.

Yoga hanya melihat Fariz. Sedangkan Fariz berlalu pergi, mengangkat Meja dan Kursi yang jatuh.

PUTRA

Riz, ko ganti minuman Budak-budak.

Fariz mengambil pecahan gelas yang berserakan di Lantai, tetapi ia masih penuh dengan amarah.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH LAMA FARAH — MALAM

Jam Dinding menunjukkan Pukul Satu Pagi.

Farah duduk di depan TV, melihatnya dengan datar. Terdengar suara Motor yang melintas, bersamaan dengan Farah yang melihat ke arah Pintu Depan. Suara Motor menjauh, Farah kembali melihat TV dengan datar.

Terdengar suara Motor yang mendekat, berhenti di depan Rumah, Farah melihatnya, terdengar suara Pagar yang di buka dan Cahaya Lampu yang masuk ke dalam rumah, kemudian Motor mati. Farah masih melihat ke arah Depan Rumah, datar.

Terdengar suara Pintu yang terbuka dan kemudian tertutup, Fariz berjalan ke dalam rumah, ia berhenti. Farah yang berada di Ruang Tengah, menunggunya, melihatnya datar.

Farah melihat wajah Fariz yang penuh luka, bajunya yang basah.

FARAH

Kamu dari mana?

FARIZ

Main sama kawan.

FARAH

Kakak telepon kamu berkali-kali. Kamu tahu jam berapa sekarang?

FARIZ

...Tahu.

FARAH

Kenapa kamu gak telepon Kakak?

Fariz hanya diam.

FARAH

Kakak cuma mau Kamu kasih tahu Kakak kalau kamu pergi. Kakak gak masalah kamu mau main sampai pagi, tapi --

FARIZ

Fariz lupa.

FARAH

Kamu bilang apa?

FARIZ

Fariz lupa kasih tahu --

FARAH

Lupa bukan alasan Fariz.

Ada jeda di antara mereka. Lama sekali.

FARAH

Sekarang Kakak tanya baik-baik sama kamu, kenapa Kamu gak kasih tahu Kakak.

Fariz hanya diam.

FARAH

Kalau kamu begini, masalah ini gak ada selesai Fariz --

FARIZ

Yang penting kan Fariz dah pulang, tak ada masalah kan --

FARAH

Kakak gak tahu kamu dimana, sama siapa, kamu tahu Kakak nungguin kamu seharian. Kakak khawatir Fariz --

FARIZ

Selama ini Fariz pulang malam juga tak ada masalah. Kalau ada masalah pun Fariz juga bisa sendiri --

FARAH

Itu dulu Fariz, jangan kamu samakan. Sekarang ada Kakak, Kakak kamu, sekarang kamu tanggung jawa Kakak. Jadi kamu gak bisa seenaknya Fariz.

FARIZ

Kakak tak bisa larang-larang Fariz, Kakak bukan --

FARAH

(emosi)
Cukup Fariz, itu gak ada hubungannya di sini. Kakak bertanggung jawab sama kamu. Hati-hati kamu bicara.

Mereka diam, tidak bicara. Fariz berjalan ke kamarnya --

FARAH

Fariz kamu jangan pergi, kamu jelasin kenapa kamu gak kasih tahu Kakak. Kamu harus jadi orang yang bertanggung jawa --

FARIZ

Tanggung jawab macam apa ha... ha... jelaskan ke Fariz, Kak... kakak sendiri jelas-jelas lari dari tangungg jawab. Orang macam apa yang jelas-jelas jadi wali Fariz, tapi Kakak serahkan Fariz ke Om Abdul. Kenapa Kakak minta Mamak yang jelas-jelas lari dari Fariz buat jadi wali waris, kenapa, ha?. Jawab, Kak, jawab. Kenapa Kakak lari dari tanggung jawab ha... jawab Fariz Kak... Kakak bisa jelaskan tak... bisa tak... tak bisa kan.

Fariz mengeluarkan semuanya ke Fariz, suaranya yang kencang. Bersamaan dengan Fariz yang menangis, kencang.

FARIZ

Kalau kakak tanggung jawab sama Fariz, harusnya Kakak tak lari kayak Mamak.

Fariz mengatakannya sambil tersedu-sedu, bahkan tidak terdengar jelas semua kata-katanya, tertutup dengan tangisannya yang kencang.

FARIZ

Kenapa Kakak peduli sama Fariz... kalau Kakak pergi juga...

Farah hanya diam, sesaat ia menghapus air mata dengan tangannya.

FARIZ

Sekarang Fariz cuma punya Kakak... kalau Kakak pergi, Fariz sama siapa...
(jeda)
Fariz tak suka sendiri, kenapa semua orang tinggalkan Fariz...

Fariz menutup wajah dengan lengannya, seperti Anak Kecil. Sedangkan Farah, ia hanya diam, sesekali membersihkan wajahnya, sambil melihat ke arah lain.

FARIZ

Kakak jangan pergi... jangan tinggalkan Fariz.

Farah berusaha menahan tangisnya.

FARAH

Apapun yang kamu dengar, itu benar. Kakak pernah minta tolong sama keluarga Pak RT. Kakak juga pernah ketemu Mamak kamu buat jadi wali waris kamu.

Farah membersihkan wajah dengan tangannya.

FARAH

Kakak minta maaf kalau gak bicara sama kamu soal ini. Kakak minta maaf...

Ada jeda di antara mereka

FARAH

Karena Kakak gak tahu harus gimana... ketemu Mamak dan minta tolong Keluarga Pak RT jadi cara Kakak.

Farah sudah tidak bisa menahan Air Matanya, berkali-kali membersihkan wajahnya.

FARAH

Kamu pasti kecewa sama Kakak, Kakak ngerti. Sekarang hanya tinggal kita berdua. Cukup masa lalu keluarga kita di bawa-bawa dalam masalah kita berdua. Kakak gak mau lagi mereka ada di dalam hidup kita.

Fariz masih menangis, pelan. Tapi tidak dengan Farah, ia berkali-kali membersihkan wajahnya.

FARAH

Kakak tahu Kakak salah dan kamu berhak marah, tapi sekarang kamu tanggung jawab Kakak. Kamu Adik Kakak.

Farah berjalan menuju Fariz, memeluknya. Fariz juga memeluknya. Mereka menangis, pelan.

FARAH

Muka kamu kenapa?, Kamu abis berantem?

FARIZ

Kawan Fariz tadi jelek-jelekan Kakak.

FARAH

Luka dia lebih parah dari kamu?

Fariz mengangguk.

FARAH

Itu udah cukup kasih dia pelajaran.

Dalam diam, mereka masih berpelukan.

INT. KAMAR FARIZ - RUMAH LAMA FARAH — MALAM

Fariz menuju tempat tidur, ia berbaring di sana. Ia menutup matanya, tak lama kemudian, matanya membuka lagi, ia bangun, mengambil Handphone dan melihat Pesan dari Farah, bertuliskan:

"Apapun yang terjadi, kamu tetap Adik Kakak".

Fariz hanya melihat Handphone itu, datar. Kemudian ia meletakannya di sampingnya.

Fariz menutup wajah dengan lengannya, bahunya berguncang.

Ia menangis tersedu-sedu, tanpa suara.

INT. KAMAR FARAH - RUMAH LAMA FARAH — MALAM

Farah berbaring di kamarnya, pandangannya datar, beberapa saat kemudian, matanya tertutup, ia tidur.

EXT. DEPAN RUMAH LAMA FARAH - SIANG

Farah berdiri di depan rumahnya, tempat yang sama yang pernah kita lihat sebelumnya. Dalam keadaan yang sama dengan sebelumnya.

Fauzi berdiri di depannya, mereka tidak bicara, hanya saling melihat.

FAUZI

Kakak mau tinggalin Fauzi lagi?

Farah tidak menjawab, ia hanya diam, melihat Fauzi.

FAUZI

Kakak mau lari lagi?

Farah tidak menjawab, ekspresi Farah perlahan berubah, menjadi menahan emosinya, tangisnya.

FAUZI

Kakak mau lari dari semuanya lagi?

Farah menahan tangisnya --

FARAH

Tidak...

Ekspresi Fauzi berubah, ia terlihat bahagia, tertawa.

FAUZI

Fauzi bilang Bapak sama Ibu, kakak tak lari lagi.

Fauzi melambaikan tangannya, berlari masuk kedalam rumah.

Farah sendirian didepan rumah.

INT. KAMAR FARAH - RUMAH LAMA FARAH — PAGI

Farah bangun dari tidurnya. Ia bangun dan turun dari tempat tidurnya --

Ia bersandar pada tempat tidurnya.

Farah melamun, sesaat kemudian ia menunduk, bahunya terguncang, terdengar suara tangisan, Farah menangis.

Dari arah pintu kamar, Fariz muncul dan melihat Farah yang berada di sudut tempat tidur, masih menangis, Fariz mendekatinya, ia berjongkok di depannya.

Terdengar suara tangisan Farah pecah, memenuhi kamarnya, Fariz memeluk lembut Farah, tidak bicara apa-apa.

DISSOLVE TO:

EXT. TERAS - RUMAH LAMA FARAH - SIANG

Teras Rumah Farah terlihat sepi, hanya ada Motor yang terparkir di sana, sedangkan Mobil tidak ada di sana.

Suasana hening di sekitar rumah, hanya terdengar suara kendaraan dari kejauhan.

INT. KAMAR FARAH - RUMAH LAMA FARAH — SIANG

Kamar Farah yang sepi. Tak ada siapa-siapa di sana.

Diatas Meja, ada Kotak Putih yang terpisah dengan Bagian yang lain, habis di buka. Di sebelahnya ada Jam Tangan Analog Farah, berdampingan.

INT. RUMAH MAKAN - SIANG

Farah dan Fariz duduk di Kedai Kopi, terdapat Piring-piring yang isinya tersisa sedikit. Terlihat Gelas Kopi dan Teh Obeng disebelah Piring-piring itu.

Hanya ada mereka di Rumah Makan itu.

Fariz menghabiskan Teh Obengnya, bersamaan dengan Farah yang melihat sekitar sambil menopang dagu dengan tangannya.

Mereka melihat jalan yang ada di depan Rumah Makan itu, tampak sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas.

INT/EXT. MOBIL/JALAN RAYA - BERGERAK - SIANG

Pohon-pohon Kelapa berdiri di pinggir jalan. Jalanan yang sepi, hanya beberapa kendaraan yang melintas.

Mobil Farah berjalan di antara Pohon-pohon Kelapa dan Hutan-hutan di kanan dan kirinya.

Dari kejauhan terlihat Laut, bersamaan dengan Pasir Putih.

Fariz menyetir mobil, Farah disebelahnya, mereka menikmati suasana hari ini.

Farah menurunkan Kaca Jendela Mobil, menikmati hembusan Angin, ia melihat Fariz, sesaat. Kemudian ia kembali melihat ke luar jendela mobil.

EXT. PINGGIR JALAN - SIANG

Mobil Farah berhenti di pinggir jalan, tak ada yang melintas di jalanan itu.

Farah keluar dari mobil membawa kantong plastik di tangannya, ia mengambil isinya, Air Kelapa dalam Plastik, ia membukanya, kemudian meminumnya, dengan Sedotan.

Tak lama Fariz muncul dari belakang mobil, ia mendekat.

Farah memberikan Air Kelapa satunya ke Fariz, ia menggeleng. Ia melihat sekitar, sebelum akhirnya ia menyebrangi jalan.

Farah hanya melihatnya dan menikmati Air Kelapa, terlihat wajah Farah yang menikmatinya.

EXT. TEMPAT PARKIR - PANTAI TRIKORA - SIANG

Bagasi Belakang Mobil Farah terbuka, Fariz mengambil Dua Kursi Lipat dan Meja Lipat, kemudian ia berjalan menuju pantai.

Tak lama kemudian, Farah muncul dan berdiri di depan bagasi, ia mengambil Tas dan Cooler Box berukuran sedang.

Farah menutup Bagasi belakang mobil, ia berjalan menuju pantai, membawa barang-barangnya.

EXT. PONDOK - PANTAI TRIKORA — SIANG

Terdengar Suara Angin dan Ombak dari kejauhan.

Farah sedang membaca Buku, ia duduk di Kursi Lipat yang berada di depan Pondok, menikmati suasana pantai, ia mengambil Otak-otak dari Kantong Plastik, membukanya dan memakannya. Kemudian Fariz kembali, dengan Tubuh yang basah. Farah melihatnya --

FARAH

Handuk di tas.

Fauzi mengambil Tas dan mulai membukanya, ia mengambil Handuk dan mulai mengeringkan badannya.

FAUZI

Kakak suka otak-otak?

FARAH

Siapa yang gak suka otak-otak Gesek.

Farah melihat Fariz yang sedang mengeringkan badan --

FARAH

Hati-hati.

FARIZ

Kakak tak berenang?

Farah melihat Fauzi, menyipit karena sinar matahari yang terik.

FARAH

Bapak ajarin kamu berenang?

FARIZ

Iya dari Fariz kecik.

Mendengarnya membuat Farah tersenyum kecil, ia melanjutkan membaca buku.

FARAH

Kakak tak bisa berenang ee? Bapak tak ajarkan?

FARAH

Bapak ajarkan Kakak. Kakak yang gak bisa.

Fariz tersenyum keci. Ia mengambil Botol Air dan meminumnya, setelah itu ia berjalan --

FARIZ

Kirain Fariz Kakak bisa semuanya, ada tak bisanya juga.

Fariz berlalu pergi. Mendengarnya membuat Farah melihat ke arah Fariz pergi, tersenyum kecil, kemudian melanjutkan kembali membaca Buku.

CUT TO:

Farah dan Fariz duduk di Kursi Lipat masing-masing, Fariz yang sudah berganti Baju, dalam diam, tenggelam dalam pikiran mereka.

FARIZ

Mamak bilang dia minta maaf.
(jeda)
Kalau Mamak dah punya hidup baru, Fariz pun harus buat yang sama.

FARAH

Kedengarannya gampang kalau bicara, tapi susah buat di lakuin... pasti ada momen kamu gak kuat hadapin semuanya.

FARIZ

Fariz tak tahu kayak mana kakak hadapin semuanya sendiri, tapi Fariz yakin bisa... karena ada yang bantu Fariz.

Farah tersenyum mendengarnya, ia melihat kearah lain. Fariz masih melihat Farah, ia seperti ingin bicara.

FARIZ

Fariz minta maaf.

FARAH

Kakak juga minta maaf. Apapun yang terjadi, kita tetap saudara, kita satu Bapak, kita pakai nama yang sama dibelakang, sampai mati nama Bapak ada... Kakak cuma mau kamu berpikiran terbuka sama hal yang gak pernah kamu lihat sebelumnya. Kakak tahu kamu baru tujuh belas tahun, tapi sekarang hanya kita berdua. Kakak mau kamu bisa hadapin masalah kamu sendiri tanpa salahin keadaan atau orang lain.

Fariz mengangguk pelan.

FARAH

Mungkin nanti ada yang bilang, kakak gak perhatian sama kamu... kamu jangan pernah pikir kayak gitu... mungkin orang lain ada yang kayak gitu, tapi kakak gak. Kakak akan tanggung jawab sama kamu... walaupun Kakak gak sering ke sini liatin kamu, tapi percaya sama Kakak, Kakak ada buat kamu.
(jeda)
Kamu percaya kakak?

Fariz mengangguk.

FARIZ

Fariz boleh ke tempat kakak?

Farah tersenyum, ia mengangguk.

FARAH

Rumah kakak... Rumah kamu juga.

Fariz tersenyum mendengarnya.

FARIZ

Fariz masih penasaran, Kakak buka katering itu cuma lanjutin punya Ibu Kakak?

Ada jeda di antara mereka.

FARAH

Gak, dari awal, Kakak yang buka katering. Karena lihat Kakak, Ibu mau bantu, abis itu Kakak kerja di percetakan Buku, karena Kakak suka Buku. Pas Ibu meninggal, Kakak lanjutin usaha Katering Kakak.

FARIZ

Jadi Kakak buka katering karena Kakak suka Masak?

FARAH

Bukan, karena Kakak suka. Gak ada alasan khusus buat kita suka sama satu hal, kan?. Kalau suka, ya suka.

Fariz tersenyum mendengarnya.

FARAH

Makasih udah belaiin, Kakak. Senang rasanya punya Adik yang belaiin Kakaknya.

FARIZ

Senang punya Kakak yang peduli sama Adiknya.

Mereka tersenyum. . Mereka kembali menikmati suasana pantai. Tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

CUT TO:

Fariz Tertidur di Pondok, sedangkan Farah masih menikmati suasana pantai. Ia minum Kopi buatannya sendiri.

Ia melihat Fariz yang tertidur.

EXT. BIBIR PANTAI - PANTAI TRIKORA - SIANG

Farah berdiri di depan Pantai, melihat Ombak dan Suara Angin yang berhembus, terasa tenang. Dari kejauhan terdengar suara Orang-orang dan kendaraan, kemudian hening kembali.

Farah menikmati suasana Pantai, melihat sekitar.

Farah memperbaiki posisi Smart Watch nya. Sesaat ia melihatnya, datar.

Kemudian ia berjalan menuju Pantai, mencelupkan Kakinya ke Air.

FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar