Bersende Gurau Bersame
4. Bagian 4

EXT. PINGGIR JALAN - PAGI

Farah berbicara kepada salah satu barisan Tukang Ojek.

Kemudian Tukang Ojek itu memberikan Farah Helm dan Farah menaiki motor itu, mereka pergi dari tempat itu.

EXT. JALAN - BERGERAK - PAGI

Farah di atas sepeda motor, ia melihat pemandangan sekitarnya, Bangunan-bangunan dalam model lama.

Suasana Kota, di penuhi dengan Toko-toko dengan berbagai macam jenis.

Kemudian ia melihat ke arah lain. Bersamaan Sepeda motor yang dinaiki Farah perlahan melaju, menyusuri jalan.

EXT. GANG JALAN - BERGERAK - PAGI

Sepeda motor Farah mengurangi kecepatannya. Mereka berbelok memasuki sebuah gang yang menanjak.

Terdengar suara sepeda motor yang mempercepat lajunya karena menaiki jalan yang menanjak.

EXT. GANG JALAN - SIANG

Motor berhenti di pinggir jalan, Farah turun, ia memberikan helm kepada Tukang Ojek dan mengambil dompet di dalam tasnya, ia memberikan selembar uang kepada Tukang Ojek itu.

Farah melihat sekitar, di kelilngi rumah-rumah, jalan yang menanjak, ia berjalan kedepan, perlahan, ia melewati sebuah persimpangan, ia melihatnya, datar.

Farah terus berjalan lurus ke depan, ia berjalan menyusuri jalan itu.

Langkah Farah berhenti, ia melihat sesuatu di depannya, serius.

Terdengar suara klakson yang keras.

EXT/INT. DEPAN RUMAH/MOBIL - SIANG - MASA LALU

Sebuah Mobil Hitam berhenti di depan sebuah Rumah, klakson terdengar dari mobil itu, berkali-kali.

Penghuni Rumah itu keluar, Ibu dan Fauzi, ia berlari mendekati mobil hitam itu.

Kaca mobil di turunkan, Farah berada di Kemudi Mobil, di sebelahnya ada Bapak yang juga melihat mereka, lengkap dengan Topinya.

Ibu mendekat, sedangkan Fauzi membuka belakang pintu mobil, masuk kedalam, berdiri di antara mereka.

FARAH

Farah dah punya SIM sekarang.

Farah memberikan SIM kepada Ibu.

IBU

Nembak apa ikut tes?

BAPAK

Nembak. Farah tak mau ikut tes.

FARAH

Bapak bilang tembak, Farah ikutlah.

Fauzi berpindah tempat ke depan, tempat Bapak.

FARAH

Fauzi, tak boleh macam itu. Kalau mau pindah, turun, masuk dari pintu. Kalau mobilnya jalan, bahaya. Ada apa-apa nanti macam mana.

Fauzi hanya diam, bersalah.

BAPAK

Dengar apa kakak cakap. Tak boleh macam tu lagi.

FAUZI

Maaf, Kak. Fauzi salah.

FARAH

Kalau dikasih tahu dengar, jangan ngelawan, degil.

Ada jeda di antara mereka.

IBU

Kita jalan-jalan, mau tak Dek?

Fauzi melihat Farah, menunggu jawaban.

FARAH

Fauzi mau jalan? Janji sama kakak, tak buat macam tu lagi. Duduk yang betul, kita jalan.

FAUZI

Ibu, kita jalan-jalan, jalan kemana kak? Tepi laut lah.

Semua tersenyum melihat Fauizi.

EXT. DEPAN RUMAH LAMA FARAH - SIANG - MASA KINI

Farah berdiri di seberang jalan, Ia melihat rumah lamanya, dalam keadaan yang berbeda, warna rumahnya sudah berbeda dari yang dulu kita lihat.

Keadaanya juga sudah berbeda, rumah itu tampak sepi, tak ada orang sepertinya. Hanya ada mobil yang terpakir di halaman rumah itu.

Farah berjalan, menjauhi rumah itu.

EXT. TERAS - RUMAH PAK RT - SIANG

Farah mengetok Pintu sebuah Rumah, sambil mengucapkan Salam. Ia melihat sekitar, tampak sepi.

Seseorang membuka pintu, Perempuan, AGUSTINA, 50-an, Istri Pak RT, di panggil Bu RT, melihat Farah, Farah tersenyum kecil.

FARAH

Permisi, Bu. Pak RT ada, Bu?

BU RT

...Iya... ada, ada perlu sama Bapak?

FARAH

Iya, Bu...

Bu RT melihat Farah, seperti mengenalnya.

BU RT

Farah kan? Anak Pak Jamal?

Farah hanya tersenyum kecil, mengangguk.

BU RT

Ya Allah!, Farah, dah lama tak jumpa... dah besar sekarang.

Bu RT memeluk Farah, Farah hanya diam, terkejut. Bu RT melepas pelukan dan melihat Farah dari atas hingga bawah, takjub.

BU RT

Farah cantik ya sekarang, mirip Pak Jamal ada... mirip Bu Sofi pun ada.

Farah hanya bisa tersenyum, tidak tahu harus berkata apa.

BU RT

(menunjuk kursi)
Sebentar, Farah duduk dulu, Ibu panggilkan Bapak.

Dari arah dalam, terdengar suara Bu RT yang memanggil Pak RT dengan keras, hingga keluar.

Farah melihat pemandangan sekitar, melihat rumah Pak RT, kemudian ia duduk di kursi di teras.

Tak lama kemudian, seorang Laki-laki, ABDUL SIDIQ, 50-an, atau di kenal PAK RT, keluar dari rumahnya, melihat Farah, mereka bertemu.

CUT TO:

Farah duduk di teras bersama Pak RT. Bu RT keluar, membawakan Minum dan meletakkan di atas meja, ia duduk di sebelahnya.

PAK RT

Kapan Farah sampai?

FARAH

Tadi pagi, Pak, saya langsung ke sini.

BU RT

Farah apa kabar? sehat? Ibu sehat?

Farah tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu.

FARAH

Saya sehat, Bu... beberapa hari yang lalu seratus hari Ibu.

Ada jeda di antara mereka.

PAK RT

Innalilahiwainnailahirojiun. Bapak turut berduka Farah.

BU RT

Ya Allah... Ibu sakit Farah?

FARAH

Waktu Bapak telepon, itu sehari setelah seratus hari Ibu.

PAK RT

Tak lama Bu Sofi meninggal. Pak Jamal meninggal, masih dalam seratus hari.

Farah tidak menjawab, ia melihat sekitar.

PAK RT

Banyak yang berubah kalau di perhatikan, dah ramai sekarang, tak kayak dulu.

BU RT

Sekarang banyak orang-orang baru yang pindah ke sini, orang-orang lama dah tinggal sikit. Banyak yang dah pindah... meninggal.

FARAH

Sakit Bapak makin parah udah berapa lama, Pak?

PAK RT

Sekitar empat tahun.

Farah hanya mengangguk.

PAK RT

Lihat Farah tanya ke Bapak. Kayaknya Pak Jamal tak cerita.

FARAH

Kami hanya sesekali telepon, tanya kabar. Tidak lebih. Yang rawat Bapak?, Anaknya?

PAK RT

...Iya, Anak Pak Jamal. Bapak jarang lihat keluarga Pak Jamal.

FARAH

Bapak gak terlalu baik hubunganya dengan keluarganya. Itu yang saya tahu.

PAK RT

Begitu begitu, setidaknya mereka datang waktu Pak Jamal meninggal. Bagaimanapun mereka keluarga.

Ada jeda di antara mereka.

FARAH

Tentang... wasiat Bapak, Pak?

PAK RT

Farah datang karena Pak Jamal meninggal. Kita langsung saja, waktu Pak Jamal sakit, dia pernah bilang ke Bapak, minta tolong jadi saksi di wasiat yang Pak Jamal buat.

Farah hanya diam.

PAK RT

Yang tahu tentang wasiat ini hanya Pak Jamal, Bapak, Farah dan Pengacara Pak Jamal.

Ada jeda di antara mereka.

PAK RT

Adik Farah tak tahu.

Farah melihat Pak RT.

FARAH

Maaf merepotkan Bapak.

PAK RT

Pak Jamal sudah banyak bantu kami, Bapak cuma melakukan apa yang dia minta.
(jeda)
Kita langsung kesana.

BU RT

Farah dah makan? makan dulu lah.

Sesaat Farah hanya diam, bingung. Pak RT dan Bu RT menunggunya.

FARAH

Gak usah, Bu. Nanti ngerepotin Ibu.

BU RT

Ehhh... repot apa pulak, Farah kan lagi disini, kita makan sama-sama.

Pak RT melihat Farah, menunggu jawaban Farah. Farah tidak tahu harus menolak apa tidak.

FARAH

Nanti aja, Bu. Farah kesini lagi nanti.

PAK RT

Iya. Abang juga tak yakin masalah ini cepat siap.

Pak RT berdiri dan masuk kedalam rumahnya, sementara Farah dan Bu RT, mereka berbicara.

EXT/INT. PARKIRAN/MOBIL - PAGI - MASA LALU

Farah berdiri di samping Mobil, bersamaan dengan bagian belakang Mobil yang terbuka, di sana ada Bapak yang menurunkan Koper dari Bagasi, membawanya ke tempat Farah berdiri.

Farah melihat Bapak yang bersiap ingin pergi.

BAPAK

Jaga Ibu sama Adek.

Farah hanya mengangguk, kemudian ia menyalami Bapak, bersamaan dengan Bapak yang membawa Kopernya berjalan menuju Pelabuhan.

Sesaat Farah melihat Bapak yang berjalan menjauh, datar. Kemudian ia masuk ke dalam Mobil.

Ketika Farah ingin menghidupkan Mobil, ia melihat Topi Bapak yang berada di Dashboard Mobil, sesaat Farah melihatnya, kemudian melihat ke arah Pelabuhan, datar.

EXT. PELABUHAN - SIANG

Bapak sedang bersama dengan PEREMPUAN, 20-an, terlihat muda dan Badan Kecil. Mereka bermesraan di dalam Pelabuhan, seakan Dunia milik mereka sendiri.

Farah berdiri tak jauh dari mereka, hanya menatap Bapak dan Perempuan itu dengan datar.

Di tangan Farah terdapat Topi, ia memegangnya.

Farah melihat Bapak dan Perempuan yang tertawa bersama, Farah melihat senyuman Bapak yang lebar di wajahnya.

Ia melihat mereka, datar.

CUT TO:

EXT. JALAN TANJUNGPINANG - BERGERAK - PAGI - MASA KINI

Farah berada di belakang Motor, Pak RT yang mengendarainya. Farah hanya melihat datar sekitarnya.

Motor yang di kendarai Pak RT melaju di jalanan.

EXT. DEPAN RUKO NOTARIS - SIANG

Farah dan Pak RT turun dari motor mereka, mereka berhenti di depan sebuah Ruko.

Terdapat papan penanda, tertulis NOTARIS, RAHMAT MUKLIS, SH, MH, lengkap dengan alamat dan nomor telepon.

Farah memperhatikan Papan itu, datar.

Pak RT berjalan masuk ke dalam, tersadar, Farah ikut masuk ke dalam Ruko itu.

INT. RUANG TUNGGU - RUKO NOTARIS - SIANG

Farah dan Pak RT duduk di sebuah Sofa panjang.

Tak lama kemudian, Seorang LAKI-LAKI, masuk dari Pintu Ruko, RAHMAT MUKLIS, 60-an, dengan berat badan yang berlebih.

Pak RT berdiri, di ikuti Farah yang melihat Pak RT, mereka bersamalaman. Pak RT memperkenalkan Farah dan Rahmat Muklis.

Setelah itu, Rahmat Muklis mempersilahkan mereka masuk ke dalam ruang kerja nya.

INT. RUANG KERJA - NOTARIS - SIANG

Farah dan Pak RT duduk di depan sebuah Meja, Rahmat Muklis masuk dari belakang, membawa Amplop Coklat di tangannya, ia duduk di depan mereka berdua.

RAHMAT MUKLIS

Saya turut berduka Farah.

FARAH

Makasih Pak.

Rahmat Muklis meletakkan amplop coklat itu di meja. Farah melihat Amplop Coklat itu.

RAHMAT MUKLIS

Pak Jamal datang sendiri membawa surat wasiat ini ke saya. Beliau yang tulis sendiri. Dia juga bilang, Pak Abdul Sidiq akan menjadi saksi saat dibacakan surat ini, betul begitu?.

Pak RT mengangguk.

RAHMAT MUKLIS

Saya akan buka dan bacakan surat wasiat atas nama Jamal Nurman sekarang.

Rahmat Muklis merobek ujung Amplop Coklat. Ia mengambil sebuah Kertas terlipat dari dalam. Ia membuka lipatan kertas itu, sesaat melihat Farah.

RAHMAT MUKLIS

Saya mulai...

Farah dan Pak RT hanya melihatnya, menunggu untuk di bacakan.

RAHMAT MUKLIS

...Saya Jamal Nurman, menitipkan surat wasiat ini kepada Notaris Rahmat Muklis untuk dibacakan kepada ahli waris saya ketika saya meninggal.
(melihat Farah dan Pak RT)
Dengan ini saya, Jamal Nurman, mneyatakan, bahwa harta Benda saya, bergerak dan tidak, akan saya serahkan seluruhnya kepada Farah Nurman Binti Jamal Nurman, anak perempuan saya dan dia yang akan membagikannya ke saudaranya, seadil-adilnya, dengan masing-masing pihak mendapatkan bagiannya. Notaris Rahmat Muklis akan membantu penyelesaian ini, bersama dengan Pak Abdul Sidiq, sebagai saksi. Demikian surat wasiat ini saya buat... tertanda, Jamal Nurman...

Rahmat Muklis meletakan surat itu di atas meja. Suasana hening ruangan itu, semuanya dalam diam.

Farah hanya diam, ia melihat surat itu di atas meja. Pak RT melihatnya, juga Rahmat Muklis.

RAHMAT MUKLIS

Apa yang Pak Jamal lakukan itu adalah surat wasiat dibawah tangan. Ketika saya tahu apa yang akan Beliau lakukan, saya mencoba mencegahnya, tapi Pak Jamal tetap dengan pendapatnya.

Farah hanya mendengarnya, dalam diam.

RAHMAT MUKLIS

Saya bilang, saya tidak ingin di tuntut dengan ahli waris Bapak, tapi Pak Jamal bilang, tidak akan ada yang menuntut saya. Kamu dan saudara kamu akan melaksanakan wasiat ini dengan benar, seadil-adilnya, begitu kata Beliau.

Farah masih diam. Pak RT melihat Farah. Ia masih melihat Surat itu, sesaat kemudian ia melihat Rahmat Muklis.

RAHMAT MUKLIS

Karena wasiat seperti ini akan banyak tuntut menuntut sesama saudara sendiri, satu dari mereka tidak akan pernah puas dengan bagian yang mereka dapatkan.

Farah hanya diam mendengarnya. Pak RT hanya mengangguk, mengerti.

RAHMAT MUKLIS

Masalah pembagian, Farah harus bicara dengan Saudaranya, dalam hal ini Adiknya. Pak Jamal datang ke saya ketika beliau sakit, saya tidak tahu apa yang ada di pikirannya, sepertinya dia tidak ingin susah-susah membagikan hartanya ke anak-anaknya. Jadi kamu harus bicara dengan saudara kamu tentang ini, sejelas-jelasnya.

Pak RT melihat Farah, begitu juga Rahmat Muklis.

RAHMAT MUKLIS

Saya sarankan lebih baik kalian bicarakan hal ini secepatnya, lebih cepat lebih baik.

Pak RT dan Rahmat Muklis melihat Farah, menunggu jawaban darinya.

FARAH

Saya akan serahkan semua warisan Bapak ke Anaknya.

Farah yakin dengan keputusannya, ia tidak bergeming.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar