Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
6
Tanah Presisi
Self Improvement
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Di pinggir sungai sana, sebidang tanah persegi terlihat gundul. Padahal di area sekitarnya tumbuh rumput dan tanaman liar lainnya. Seorang petani muda dari desa di seberang sungai—Zaky, menyemai beberapa benih tanaman hortikultura. Ada kangkung, tomat, juga sedikit sawi.

“Kurang lebih cukup untuk beberapa benih. Barangkali jika mereka dapat tumbuh dengan baik, aku punya hasil panen tambahan.” ucapnya dengan percaya diri. Dia sebarkan benih itu secara sembarang, lalu diambilnya air sebanyak kapasitas botol yang ada. Disiramnya lahan itu, lalu diberikan doa secara tersirat dalam lisan yang bergumam pelan.

“Ya tuhan, tumbuhkanlah benih-benih ini agar aku bisa punya hasil panen lebih, aamiin.”

Dia tinggalkan lahan itu dan kembali pulang melewati jembatan sungai.

Satu bulan berlalu, dia kembali untuk pertama kalinya setelah menyemainya. Terlihat ada beberapa kangkung yang tumbuh. Namun di beberapa sudut, ada sebuah pemandangan yang janggal. Benih tomat dan sawi yang pernah ditanamnya terlihat menghilang.

“Bukankah ini waktunya tangkai mereka tumbuh?”

Dia berfikir sejenak, mencoba melahirkan berbagai dugaan. Pikirnya, tanah kosong ini tidak mungkin ada manusia yang mengambilnya. Apalagi, tidak ada siapapun saat dulu dia menanamnya.

“Masa kucing? Atau kadal?”  Zaky terus melahirkan berbagai dugaan dalam pikrannya. Tidak ada terbesit manusia yang mengambilnya.

Namun saat sedang melamun tanpa jawaban, sebuah suara pertanyaa dari belakang tiba-tiba terdengar, “Kamu cari benih-benih ini?”

Zaky membalikan badan, lalu sedikit melangkah mundur. Tampang seorang pemuda yang seumurannya itu tersenyum hangat.

“Oh,i-iya. Anda siapa?” tanya Zaky.

Sang pemuda itu menjawab, “Nama saya Raka, seorang pengembala sapi di tepi sungai sana.” Raka lalu menunjuk arah jam 2.

“Oh oke, saya Zaky.”

Raka menjelaskan, “Kamu enggak bisa mengandalkan alam liar disini untuk menghasilkan panen yang besar. Sekitar 2 pekan lalu, aku melihat taburan benih yang banyak disini. Tapi begitu aku tau ini benih tomat, aku langsung memindahkannnya ke tempat biasa aku menyemai tanaman. Maaf ya,”

Mendengarkan penjelasan itu, Zaky merasa heran, “Kenapa enggak bisa mengandalkan alam liar? Bukankah alam disini bisa menjaga yang kita tanam secara organik?”

Raka tersenyum dan menjawab, “Alam dalam benakmu tidak sama dengan realita yang ada. Disini punya celah untuk terjadi pencemaran karena sering dipakai perjalanan manusia lainnya. maka dari itu, tidak bisa hanya mengandalkan alam sekitar. Kita butuh memberikan perawatan lebih intensif agar tanaman menghasilkan sesuai dengan harapan kita.”

Lalu disodorkannya tempat penyemaian tomat dan sawi yang sudah dia rawat. “Ini, aku kembalikan yah.” Terlihat tangkai pohon tomat dan sawi yang sehat dan jauh dari penyakit oleh pengganggu tanaman.

“Terima kasih yah, Raka.”

“Sama-sama. Kedepannya, semoga bisa lebih presisi dalam melakukan budidaya.” Ucap Raka.

“Baik,”

Lalu mereka bersalaman dan pulang ke arah yang berbeda.~

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Rekomendasi