Flash Fiction
Disukai
1
Dilihat
2,080
Nenek Tua Mengerikan
Horor

Dimas adalah seorang pria yang hidup sendiri di sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Malam itu, seperti biasa, ia pergi tidur dengan tenang setelah seharian bekerja sebagai waiters di restoran. Namun, kejadian aneh yang akan mengubah hidupnya terjadi pada suatu malam yang menjadi pengalaman pertama sekaligus terakhirnya.

Ketika jam menunjukkan pukul dua belas malam, Dimas tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, meskipun ruangan dalam kegelapan sepertinya tak ada yang aneh. Namun, rasa tidak nyaman terus menyergapnya. Ia memutuskan untuk memeriksa sekelilingnya dan melirik keluar jendela yang menghadap ke halaman belakang rumahnya.

Pemandangan yang ditemui oleh Dimas benar-benar mengguncangnya. Di bawah cahaya bulan yang samar-samar menerangi halaman rumahnya, ia melihat sosok seorang nenek yang berjalan jongkok menuju jendela kamarnya hingga menghampirinya dan berjongkok tepat di sebelah kasurnya yang hanya menyentuh lantai. Nenek itu terlihat mengerikan dengan rambut putih yang kusut dan mata yang besar dan tajam serta menyeringai hingga taring di kedua sisi mulutnya terlihat. Ia juga mengeluarkan suara mendesis yang menambah kengerian suasana dimana sesekali diikuti oleh suara batuk yang memekik telinga.

Namun, yang membuat ketakutan Dimas semakin mendalam adalah fakta bahwa nenek itu seolah-olah menatapnya dengan mata yang kelihatan tajam, meskipun Dimas tahu dia setengah tidur saat itu dimana matanya separuh terbuka meskipun masih sayup. Nenek itu berjalan perlahan mengelilingi kasur Dimas, seperti seorang hantu yang bergerak tanpa suara.

"Siapa kamu?" Dimas akhirnya berani bertanya dengan gemetar dengan keringat dingin mengucur setelah penglihatannya tidak kabur lagi.

Nenek itu tidak menjawab, tetapi ia terus berjalan mondar mandir hanya dengan berjalan jongkok sambil menyeringai. Wajahnya yang mengerikan tampak semakin dekat.

Dimas merasa ketakutan yang amat sangat. Tubuhnya terasa berat dan lumpuh oleh rasa takut yang melanda. Ia tidak bisa bergerak atau berbicara. Hanya matanya yang bisa bergerak, terpaku pada sosok mengerikan yang terus menatap Dimas tanpa henti.

Nenek itu akhirnya berhenti tepat di hadapan Dimas, dan kini ia menatap Dimas dengan intensitas yang menakutkan. Matanya yang tajam kelihatan menyelidiki setiap jengkal wajah Dimas. Kemudian, dengan suara seram yang membuat bulu kuduk Dimas berdiri, nenek itu mulai berbicara.

"Aku ingin menjemput kamu pulang, cucuku," bisik nenek itu dengan suara serak. Suaranya seperti desiran angin di malam yang sunyi.

Dimas merasa nadi berdegup keras. Bagaimana mungkin nenek itu tahu namanya? Apakah ini mimpi buruk? Tetapi ia merasa terjaga dan terluka ketika mencubit tangannya sendiri.

Nenek itu melanjutkan, "Aku datang untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."

Dimas mencoba memahami apa yang nenek itu bicarakan. "Apa yang kau bicarakan? Siapa kamu?"

Nenek itu tersenyum, tetapi senyumnya hanya menambah ketakutan. "Aku adalah milik bapakmu, dan kau adalah janji bapakmu, kau adalah milikku sekarang."

Ketika nenek itu mencoba memasukkan membelai rambut Dimas dengan tangannya yang pucat dan kukunya yang tajam dan penuh belatung, Dimas merasa dirinya semakin terjepit dalam ketakutan dan semakin sulit bergerak. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dan tak menyadari air mata tiba-tiba saja mengalir membasahi kedua pipinya.

Tiba-tiba, seperti sebuah inspirasi yang muncul dari dalam hatinya, Dimas mengingatkan dirinya tentang kekuatan imannya. Dengan susah payah, ia mulai mengingat ayat suci Al-Quran yang pernah dia hapalkan dan mulai membaca surah-surah pendek seperti Al-Ikhlas, An-Nas, dan Al-Falaq serta surah pendek lainnya dengan suara yang perlahan dan terisak-isak.

Ketika suara Dimas mulai melantun dengan lantang, sesuatu yang ajaib terjadi. Nenek mengerikan itu terdiam sejenak, seolah-olah merasa terganggu oleh bacaan ayat-ayat suci tersebut. Matanya yang tajam tidak lagi menatap Dimas dengan intensitas yang sama. Sebagai gantinya, ia meraih kepalanya dengan kedua tangannya, seakan-akan mencoba untuk menghindari bacaan suci itu.

Dimas terus membaca dengan tekad yang kuat. Ia merasa semakin kuat dan penuh keyakinan dengan setiap ayat yang ia bacakan. Nenek itu pun mulai merasakan kegelisahan, bergerak-gerak dan menggerutu seperti merasakan ketidaknyamanan.

Setelah membaca terus menerus surah-surah pendek Al-Qur'an yang dia hapal, sesuatu yang luar biasa terjadi. Nenek mengerikan itu, dengan perlahan tersenyum, mulai berbalik dan berjalan menjauh dari jendela dengan kaki terbalik, menyeringai dengan gigi tajam yang kelihatan menyeramkan. Tampaknya bacaan ayat-ayat suci itu telah mengusirnya.

Namun, sebelum benar-benar pergi, nenek itu berhenti sejenak, menatap Dimas dengan mata tajam dan berkata, "Kali ini, aku akan pergi sebentar, nak, tetapi jiwamu adalah hutang untukku dan aku tidak akan pernah berhenti mencari. Hatimu tidak akan selalu sekuat ini."

Kemudian, dengan langkah-langkah tersendat-sendat, nenek mengerikan itu melanjutkan perjalanannya menjauh, meninggalkan Dimas dengan perasaan campur aduk dari kelegaan dan rasa takut yang tak terlupakan.

Seiring waktu berlalu, cerita tentang pengalaman Dimas dengan nenek mengerikan itu menjadi perbincangan di lingkungan sekitarnya. Banyak yang tidak percaya, tetapi ada juga yang menganggapnya sebagai mukjizat dan tanda kekuatan iman Dimas.

Dimas sendiri terus menjalani hidupnya dengan tekad yang kuat untuk selalu menjaga imannya. Ia menyadari bahwa dalam kegelapan dan ketakutan, kekuatan iman dan doa bisa menjadi senjata paling ampuh. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menghadapinya dengan penuh keyakinan, seperti yang ia lakukan pada malam itu ketika ia menghadapi sosok nenek mengerikan yang berjalan jongkok dan berbicara.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Rekomendasi