Gloomy Sunday

Mereka memilih duduk di meja paling sudut dalam ruangan itu. Kepulan asap rokok dan aroma alkohol yang keluar dari mulut keduanya saat mereka berbincang dalam canda tawa menyatu di udara, ditambah alunan musik klasik yang sesekali diganti dengan disco menambah kesan bahwa mereka yang berada dalam ruangan itu ialah orang-orang yang butuh hiburan.

Pertemuan yang teramat sederhana. Seorang perempuan kesepian tinggal di apartemen murahan dan seorang lelaki pebisnis yang sekedar mencari waktu untuk rehat sejenak dari sibuknya dunia bisnis (warisan dari orang tua, yang tak pernah diinginkannya) bertemu di sebuah Bar kecil di sudut kota pada minggu pertama musim gugur.

"Haha, sepertinya kau harus menginap di apartemenku, kau terlihat sangat kacau malam ini!!" Ujar Flow, disusul wine terahirnya.

"Sepertinya harus." Jeff beranjak menuju kasir.

Gerimis mulai mengguyur kota. Mereka berdua berlarian kecil meninggalkan Bar, bicara sembarangan. Menghentikan taksi.

***

Flow terbahak-bahak melihat Jeff menirukan gaya supir taksi membangunkan mereka berdua yang ketiduran saat sudah sampai di depan apartemen tadi.

"Jadi kau kesepian?" Jeff tersenyum tampan.

"Dan kau sedang penat?" Flow membelai dagu Jeff. Jeff tak sabaran membuka kancing kemeja putihnya, merampas pakaian Flow, membuangnya sembarangan.

Minggu pertama musim gugur dan akhir pekan yang diselimuti hujan. Ternyata cinta bisa tiba sesedarhana itu, tanpa harus ada kata siapa dan seperti apa. Pekan basah dipenuhi cinta.

***

Pagi minggu. Kepala Flow terasa berat. Ia mencium bibir Jeff di sampingnya. Dingin.

"Jeff? Ada apa?"

Hening.

Aaarrgghhhh!!!! Jeff!!!!

***

Setahun kemudian.

Minggu pertama musim gugur dan akhir pekan yang diselimuti hujan. Flow duduk di jendela apartemennya, ditemani sebotol bir, rokok yang tinggal separuh, lagu Gloomy Sunday dari speakernya, dan air mata. Kematian telah merenggut akar cinta yang barus saja jatuh kepada seorang lelaki berbadan tinggi pilihan hatinya tepat malam minggu setahun lalu. Beruntunglah Flow terbebas dari segala tuduhan. Karena semua diceritakannya kepada pihak berwajib dengan apa adanya. Keterusterangan akan selalu membawa kemudahan, bukan?

Flow tersenyum getir sambil menghisap rokoknya. Malaikat pasti tahu kalau aku jatuh cinta. Kata Jeff, seusai mereka bercinta.

Aku ingin kita menikah. Kalimat indah dari bibir Jeff sebelum ia jatuh tertidur dan mati esok pagi. Hingga minggu selalu menjadi suram.

Senyum getir dan ketidakterimaan tak kan merubah apa pun. Hanya akan menambah penyesalan. Flow tahu itu.

Sunday is gloomy, my hours are slumberless

Dearest, the shadows, i live with are numberless

Flow bernyanyi bersama tangisan. Setiap kali kembali ke Bar, hatinya perih. Setiap akhir pekan yang hujan, hatinya luka tak karuan.

Darling, i hope that my dream never haunted you, my heart is telling you how much i wanted you, gloomy sunday.

Flow bernyanyi lagi, seteguk bir masuk lagi. Ia mematikan lagu itu. Tertegun. Membelai perutnya yang mengandung anak Jeff, seharusnya, jika saja ia tidak banyak minum dan merokok.

"Aku tidak ingin menjadi alasan terciptanya lagu gloomy sunday yang kedua. Atau berita duka tentang seorang wanita malang yang melompat dari jendela apartemennya sendiri." Tertawa.

Flow menutup jendela. Mematikan lampu. Berbaring bersama bayangan Jeff.

Haha, kau wanita kuat yang mampu melewati kesepianmu sendiri. Kata Jeff, saat dulu mereka di bar.

I miss you.

5 disukai 5.5K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction