Jendela Kantor

“Ada apa? Ada apa?”

Ramai-ramai, Para pegawai berbondong-bondong mengerumuni jendela. Sesuatu terjadi lagi di luar jendela kantor.

Bisikan – bisikan para pegawai yang berkerumun di jendela, bisa terdengar ke meja salah satu pegawai paruh baya yang duduk di dekat jendela. Namun pegawai itu hanya bisa duduk sambil mencuri dengar karena dia masih harus menyelesaikan tugasnya.

Ada banyak hal-hal yang bisa dilihat dari jendela kantor itu dan tidak sedikit yang sangat layak untuk disaksikan. Sehingga tidak heran para pegawai sering berbondong-bondong menyaksikan kejadian di luar jendela kantor.

“Ah! Ayo fokus!” Jerit pegawai paruh baya itu. Tugasnya harus selesai sebelum jam pulang kantor jika dia tidak mau terjebak lembur seperti tempo hari.

Pegawai itu berusaha terus bekerja meskipun bisikan - bisikan pegawai lain terus menerobos masuk ke dalam gendang telinganya. Rasa penasarannya akhirnya semakin tidak bisa terbendung.

Demi meredam rasa penasarannya, Pegawai itu menyusun rencana. Dia akan pergi melihat kejadian yang terjadi di luar jendela begitu tugas yang ia kerjakan selesai. Tapi…

Kapan tugasnya selesai?

Bagaimana begitu dia menyelesaikan tugasnya, pegawai yang lain sudah kembali ke mejanya masing – masing? Bukan kah itu artinya dia melewatkan kesempatan membicarakan hal yang terjadi di luar jendela dengan yang lain?

Pegawai itu berhenti mengetik. Dia ingin melihat apa yang terjadi di luar. Namun jika atasannya kembali memergokinya meninggalkan meja, Surat Peringatan sudah pasti akan kembali melayang.

Sebenarnya pegawai lain juga sering meninggalkan meja, tapi mereka gesit kembali ke mejanya masing – masing. Tidak seperti sang pegawai yang gerakannya kurang cekatan.

Pegawai itu hanya bisa memandang ke arah kerumunan pegawai yang mengerumuni jendela, berharap bisa mendapat sedikit informasi soal apa yang terjadi di luar sana. Namun, betapa kagetnya dia ketika melihat sang atasan juga berada di dalam kerumunan pegawai-pegawai di depan jendela.

kedua tangan pegawai itu semakin menjauh dari papan ketik. Matanya semakin terpaku ke jendela. Otaknya berputar keras. Dia ingin melihat, tapi dia juga tidak mau kehilangan pekerjaannya.

Akhirnya, pegawai itu memutuskan untuk mengira – ngira apa yang ada dibalik jendela tersebut.

Apakah gadis cantik yang belahan dadanya terlihat dari jendela kantor seperti tempo hari? Atau kecelakaan motor seperti yang terjadi minggu kemarin? Oh! Apa perkelahian seru yang bisa dijadikan taruhan seperti kemarin senin?

Pikiran sang pegawai semakin melayang membayangkan kemungkinan-kemungkinan hal yang terjadi. Namun, dia segera menggeleng dengan semangat.

“Tidak ada yang belum pernah ku lihat dari jendela itu.” pikirnya.

Sang Pegawai pun kembali meletakan kedua tangannya di atas papan ketik.

“Gila! Baru pertama kali gua liat yang beginian.”

Celetukan asal itu langsung menghentikan tangan Sang Pegawai. Dia segera memutar kepalanya ke arah pegawai-pegawai lain di jendela sambil berpikir

“APA YANG KALIAN LIHAT?!”

Pegawai itu kembali tidak bisa mengetik. Para pegawai lain dan atasannya masih berdiri di depan jendela, seru menyaksikan sesuatu. Suara obrolan-obrolan kecil masih terdengar dari para pegawai yang menyaksikan. Belum ada satupun yang kembali ke meja kerjanya.

Sang Pegawai pun memutuskan bangkit dari mejanya dan mulai berjalan ke arah jendela.

“Toh aku tak bisa konsentrasi jika penasaran terus.” Pikirnya.

3 disukai 2 komentar 3.5K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@arielseraphino : Wah... Rasanya tidak beres ya? Tadinya sya bermaksud untuk open-ending. Tapi terima kasih masukannya.
Waduh, kok rasanya tidak selesai ya ceritanya. Huhuhu sayang sekali.
Saran Flash Fiction