Flash Fiction
Disukai
11
Dilihat
12,259
Cinta di Negeri 1001 Malam
Drama

Baghdad 2006.

"Apa ini penerbangan pertamamu ke Baghdad Zee?"

Pramugari asal Indonesia itu mengangguk.

"Tolong jangan menatap cleaner nanti ya."

"Saya tidak mengerti Sir.”

"Kamu akan tahu nanti.”

Ketika landing dan cleaner masuk ke pesawat, Zee mulai mengerti apa yang dikatakan atasannya tadi. Dan itu membuat hatinya terenyuh. Para cleaner adalah anak-anak dan wanita tua yang memiliki luka atau cacat permanen, tanda mata dari perang yang berlangsung di negerinya.

Seorang nenek yang kehilangan satu matanya sedang mengumpulkan sampah. Ia menggunakan penutup mata kayu. Ia berbalik dan berbicara bahasa Kurdi. 

Karena tidak mengerti Zee bermaksud mencari atasannya.

"Anda butuh sesuatu? Itu artinya Madam.” 

Zee menoleh. Seorang anak kecil sedang tersenyum kepadanya.

"Kamu berbahasa Inggris?" 

"Sedikit." 

"Siapa namamu?" 

"Ali."

"Saya Zeevanah." Zee mengulurkan tangannya, ketika itu ia menyadari tangan kanan Ali sudah diamputasi."

"Terima kasih Ali.”

"Sama-sama, sekarang saya harus kembali bekerja Madam." Ali tersenyum dan berbalik pergi.

🛩️🛩️🛩️

"Apa kamu masih merasa sedih Zee?"

"Saya malu Sir. Saya tidak pernah bersyukur dengan apa yang saya punya. Coba lihat Ali, anak itu masih kecil dan ia telah menanggung beban hidup yang sangat berat." 

"Don't be so hard to yourself Zee."

"Apa ada yang bisa kita lakukan?"

"Kita bisa menyumbang pakaian atau uang Zee."

"Bisa Saya kembali bulan depan Mr. Diab, saya sangat ingin berbagi."

"Ok saya akan coba bantu Zee."

🛩️🛩️🛩️

Sesuai janji Mr. Diab membantu Zee untuk terbang lagi ke Baghdad.

"Ini untukmu Ali." Zee memberikan 100 dollar.

Mata Ali bertanya-tanya.

"Belilah sesuatu."

"Tapi Madam saya tidak berhak menerimanya, saya masih sehat untuk bekerja, orangtua saya pasti akan kecewa."

"Maafkan... Saya tidak bermaksud, tapi apa orangtuamu bekerja?"

"Mereka terbunuh ketika rumah kami dibom. Hanya nenek dan saya yang selamat."

"Oh Ali..." 

"Itu takdir Madam, masih banyak orang yang tidak beruntung. Saya masih bisa bekerja, nenek masih bisa makan, saya bersyukur."

"Kamu adalah anak yang baik Ali, sungguh bangga kedua orangtuamu di surga."

Ali tersenyum, "Jika ingin membantu, Madam bisa memberikan pakaian dan obat-obatan. Dengan senang hati saya akan memberikan kepada mereka yang membutuhkan di sini."

"Saya akan memberikan itu semua. Salam untuk nenekmu Ali, katakan bahwa cucunya sangat membanggakan keluarga."

🛩️🛩️🛩️

Setelah menunggu satu bulan akhirnya Zee dapat memberikan hadiah kepada Ali.

Tidak sabar Zee menunggu semua cleaner naik ke pesawat. Satu persatu cleaner disapanya ramah.

"Kemana Ali?" Zee bertanya-tanya, karena biasanya Ali berada di barisan paling depan.

Zee mencari Mr. Diab untuk bertanya. Tetapi tidak ada jawaban. Sampai nenek berpenutup mata, menepuk pundak Zee dan memeluknya. 

"Ada berita buruk yang nenek itu bilang Zee."

"Tidak... Semoga bukan..."

"Ini takdir Zee, Ali telah meninggal. Ketika terjadi pemboman Ali dan neneknya tidak dapat menghindar."

"Tuhan mengapa Engkau memanggilnya begitu cepat?"

"Zee... Ali tidak ingin kita menangisi kepergiannya, biarkan kenangan indah bersamanya tetap hidup bersama semangat kita untuk mencintai sesama."

"Maafkan, Zee hanya merasa tidak siap kehilangan salah satu manusia terbaik diantara kejamnya peperangan di sini. Zee akan berusaha menjadi manusia yang lebih baik sehingga semangat hidup Ali tetap hidup bersama Zee."

"Aku belajar arti keikhlasan dari seorang anak laki-laki bernama Ali" -Zeevanah.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
So sad
Sedih sekali endingnya apa ini true story? Klo iya bgtu mulia hati anak ini
Ali sedihnya huhuhu ceritanya sangat menyentuh, Ali anak kecil yang lebih bijak dari orang dewasa yang berperang dan membunuh org org gak berdosa. Semoga cerita ini menang agar banyak yg lebih baca lg ceritanya dan mengambil nilai positifnya