Tidak Bisa

Omo* don’t do that shit again,” umpat Helen di tepi balkon kelasnya.

“Kenapa? Siapa yang cari masalah?” seorang pria tiba-tiba berdiri di samping Helen dan bertanya dengan lembut.

Helen mendengus.

“Dia lagi?” Pria itu kembali bertanya, tampak sabar dengan ekspresi Helen yang ketus.

“Pasti dia, sih. Mana mungkin kamu,” jawab Helen akhirnya.

“Makanya sama aku aja. Kenapa harus cari yang lain?”

“Dia beda, Jack.”

“Ya, kamu selalu bilang begitu meskipun aku juga sudah tahu. Memang apa salahnya kalau kamu hanya bicara denganku?” Intonasi suara Jack menurun. “Kamu suka dia?” lanjutnya.

Helen menoleh, “Enggak.”

“Kamu juga selalu jawab begitu setiap aku tanya.”

“Stop, Jack. Kalaupun iya, aku enggak akan bisa.”

“Memang enggak bisa,” sahut Jack cepat, menuai tatapan tajam dari Helen.

Belum sempat Jack menjawab tatapan itu, Helen tiba-tiba menoleh ke arah pintu kelas. Terlihat di sana seorang pria dengan jaket kulit dan tas yang hanya ia angkut di pundak kanan keluar dari kelas dan menuruni tangga. Helen buru-buru mengikutinya.

“Kevin, tunggu! Kevin!” seru Helen sambil mengimbangi langkah Kevin yang terasa semakin lebar dan cepat.

Kevin menuju sebuah gudang yang tak terpakai di sekolah itu. Padahal, Helen yakin itu bukan tujuan awalnya.

Ia tiba-tiba berhenti di depan gudang itu. Sepi, tidak ada siapapun. Tanpa membalikkan badan, ia berkata, “Helen, sebaiknya sudahi saja. Sebelum bertemu kamu, aku sudah ingin berhenti menjalani hubungan seperti ini. Hanya saja, aku goyah karena kamu.”

Helen ingin menjawab, tapi Kevin menyela, “Apa yang kamu harapkan nantinya? Sebagai sahabat tidak akan baik, apalagi sebagai pasangan. Sudah cukup aku dianggap aneh oleh teman-temanku di SMP. Aku bahkan tidak mau temanku yang sekarang tahu, bahwa aku bisa melihat hantu.”

*Omo = (Korean) astaga

1 disukai 1 komentar 4.2K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Wah seneng banget sih
Saran Flash Fiction