Tahun yang baru dalam lembaran hidupku. Sejarah baru akan tertulis dalam catatan kecil yang kusebut buku diary. Entah sad ending atau happy ending, tapi yang jelas pasti akan ada akhirnya.
Seseorang minggu lalu baru saja menemui ku. Setelah perkenalan panjang berbulan-bulan dalam dunia maya, akhirnya hari itu aku bisa menatap matanya. Beralih dari tatapan dengan layar ponsel, jujur ku akui senyumnya lebih manis dari stiker emoji manapun.
Aku tak tahu dia merasakan hal apa saat pertama kali bertemu denganku. Aku juga tak tahu apa yang ada dalam pikirnya saat menjumpai wanita bayangan yang dikenalnya hampir satu tahun ini. Tapi, terlihat jelas ia mencoba menaruh perhatian penuhnya untukku. Memberikan wujud sikap pedulinya padaku. Bahkan pada hal-hal kecil, seperti...
"Fi, jangan lupa berdoa ya sebelum menyantap makananmu," ucapnya lirih sambil menatapku.
"I-iya," jawabku terpaku.
Begitu sampai tiba pada hal-hal kecil lainnya.
Dia bukan hanya perhatian ku rasa. Tapi dia juga serius. Aku juga bertemu dengannya pada waktu yang ku pikir tepat. Sebab, aku dan dia sama-sama sendiri. Satu yang membuatku merasa aneh sampai detik ini. Dengan semua yang kulakukan bersamanya, aku hanya merasa nyaman. Belum ada kata cinta yang hadir meski seharusnya semua alasan itu sudah menghadirkan cinta. Aku juga menjalani kehidupanku sehari-hari baik komunikasi ataupun aktivitas lain dengannya hanya sebatas nyaman saja. Belum karna ada sepaut rasa di pelupuk hati yang orang-orang sering sebut cinta.
Waktu berjalan dan terus menerus menggiringku pada hari-hari yang hampa. Tepat 3 tahun aku mengenalnya dan kami dekat tanpa ada status apapun. Bukan tak pernah menyatakan, melainkan aku yang belum memberi kesempatan. Dia pernah menyatakan perasaannya tepat di tahun kedua kedekatan kami. Tapi aku menepisnya dengan kalimat "Aku belum mau pacaran, Raf." Terdengar agak menyebalkan, tapi itu lebih baik menurutku daripada aku harus menjawabnya dengan manis namun berpura-pura dengan rasa yang belum juga ku temukan dalam lubuk hatiku.
Sejak hari itu, hubungan kami tetap membaik. Dia tetap memperhatikan segala hal dalam hidupku. Tapi sayangnya, aku tidak lagi memiliki alasan untuk bertahan dan membiarkan dia terus menunggu perasaanku. Satu per satu pesannya tak lagi ku balas cepat. Bahkan beberapa obrolan hanya ku biarkan berakhir pada balasan "wkwk" lalu terbaca berhari-hari tanpa terbalas lagi.
Sampai suatu hari tak sengaja ku temukan story WhatsApp dia yang bertuliskan...
"Sudah dibuat menunggu, tergantung, lalu terbuang sia-sia. Beginikah alur permainanmu, wahai Ratu Ghosting?"