Kembali

Masih tak bisa kupercaya kalau aku kembali. Bahkan rekan kerjaku terperangah melihatku berada di sebelahnya siang ini.

"Biasanya, kalian yang pergi takkan pernah kembali," gumamnya dengan masih diselimuti rasa takjub.

Aku hanya tersenyum miris. Apa yang ia katakan memang benar.

Tugas yang kuemban sangat penting di tempatku bekerja. Tapi itu tidak menjamin aku akan selalu dipertahankan di sini. Bahkan posisiku ini sangat mudah digantikan dengan yang lain. Sedih, ya? Ditambah lagi bosku tidak berusaha menahanku saat waktu itu ada orang lain yang ingin mengambilku. Sepertinya dia lebih suka jalan damai dengan merelakanku pergi dan segera mencari pengganti diriku.

Itulah kenapa sekarang aku menatapnya canggung. Dia berpenampilan identik denganku, mungkin karena kami berasal dari tempat yang sama.

"Salah satu dari kita akan disingkirkan. Dia tak butuh dua dari kita untuk pekerjaan ini sehari-hari," ujarnya membahas bos kami.

"Jangan skeptis begitu, bisa saja dia menggunakan kalian berdua bersamaan," hibur rekan kerjaku. Ah, enaknya menjadi dia. Cukup jarang bekerja dan selalu tinggal sampai masa baktinya habis. Kami dekat karena tugasnya mengoreksi kesalahan kerja yang bosku berikan padaku.

Kami tak sempat mengobrol lebih banyak karena selanjutnya bosku langsung menempatkanku di tempat lain. Di belakang plat nama bertuliskan "CUSTOMER SERVICE"

Sepertinya aku yang tersingkirkan dari pekerjaan itu. Tapi aku senang bisa kembali.

3 disukai 4.9K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction