Macan Kumbang

Taring-taring melebar dari mulut macan kumbang di sela-sela tanaman cabai yang sedang disemprot ayahku. Ayahku tak bergerak.

Hewan berbulu hitam itu menggerakkan kaki depannya. Ayahku mengacungkan penyemprot pupuk padanya. Kucing besar itu menurunkan tubuhnya dan cakar runcingnya kian tampak. Saat ayahku menghirup napas, macan kumbang melompat ke arahnya. Ayahku menyemprot ke wajah macan. Si hewan memejamkan mata sambil menerkam tangki penuh pupuk cair yang masih digendong ayahku. Ayah melepas tangki lalu lari menjauh.

Dia mau mengambil sabit yang berada di jalan untuk kembali ke kampung. Seketika muncul macan kumbang itu di jalan keluar ladang cabai yang pagarnya sudah rusak. Ayah maju mengambil sabit sementara si hewan besar melompat ke arahnya. Sabit diambil dan Ayah menyusup ke jalan lain lewat atas mulsa antar batang tanaman cabai.

Namun kakinya berhasil ditangkap kaki macan, ayahku berteriak bersama darah yang mengucur di kakinya. Lalu kakinya bisa lolos dan Ayah berlari tergopoh.

Dari belakang, macan kumbang melompat lalu mencakar punggung Ayah. Mereka jatuh di tanah. Kemudian si hewan buas mengangkat cakarnya lagi dan Ayah mengayunkan sabit ke arah hewan itu.

Darah memuncrat semerah cabai yang siap dipanen.

Ayah dan macan kumbang saling menatap. Lalu muncul tiga anak macan kumbang dan mendatangi induknya. Pada akhirnya, mereka memandangi Ayah.

11 disukai 4 komentar 5.8K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Dimangsa kah? Serem. 😱
Hmmm... Kasihan si ayah.
@laylla2 : Hayo... Kira-kira bagaimana?
Waduuuuuh. Diterkam berjama'ah nggak tuh??
Saran Flash Fiction