Setelah keluar dari penjara, lelaki itu melompat dari jembatan. Jauh di bawah jembatan, sungai mengalir deras.
Lelaki itu memejamkan mata. Angin malam menerpa wajahnya dan menggoyang-goyangkan rambut ikalnya.
Lelaki itu meluncur di udara seperti seekor burung. Bukan seperti seekor burung, melainkan dia memang betul-betul berubah menjadi seekor burung. Dia terbang di udara dengan kepakan sayapnya yang anggun.
Lelaki yang telah menjadi seekor burung itu terbang menjauhi jembatan dan meluncur menuju rumahnya.
Sebenarnya lelaki itu sudah tidak ingin bertemu dengan anak dan istrinya lagi. Dia sudah tidak ingin bertemu siapa-siapa lagi. "Tidak akan ada yang sudi menerima kehadiranku lagi," ujarnya dalam hati.
Namun, lelaki itu tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Sepasang sayapnya mengepak sendiri. Membawa dirinya terbang ke rumah.
"Aku tidak mau pulang!" teriaknya. "Aku tidak mau pulang!"
Sepasang sayapnya terus mengepak membawa dirinya pulang.
Beberapa waktu kemudian dia pun sampai di atas rumahnya, berputar-putar sebentar di udara, kemudian meluncur ke bawah dan hinggap di jendela kamar anaknya.
Dari jendela kamar itu dia melihat anaknya sedang dibacakan buku oleh istrinya.
"Jadi, lelaki itu berubah menjadi burung, Bunda?" tanya anaknya.
Istrinya tersenyum dan menjawab, "Ya, lelaki itu berubah menjadi burung dan terbang ke rumahnya karena rindu dengan keluarganya."[]