Disukai
0
Dilihat
1024
PROJECT V ~Epilogue~
Aksi

EPILOGUE

 

Pada malam harinya di kantor baruku aku mempersiapkan segalanya untuk langkah berikutnya dan disaat itu pula Alfred datang menemuiku.

“Kau masih disini saja sudah beberapa hari kau selalu memandangi meja kerjamu itu, kau harus istirahat Dimitri,” ucap Alfred.

“Aku tidak bisa istirahat Alfred ini adalah momentku untuk bersinar, oh iya kau tidak lupa untuk menyampaikan pesanku ke pasukanku yang berada di garis depan kan?” balasku.

“ Aku sudah menyampaikan kepada mereka untuk mencaro “oracle” dan untuk tidak menyakitinya sama sekali,” balas Alfred.

“Bagus jika apa yang di manuskrip pemberian kakek tua ini benar maka oracle adalah jalanku menuju kemenangan,” ucapku.

“Kemenangan apa yang kali ini kau incar sahabatku? Dan apakah ini layak dengan apa yang kita lakukan? Maksudku orang Javan mereka tidak bersalah kan? Kau tahu kenyataan sebenarnya bahwa pihak kekaisaranlah yang merupakan dalang serangan bom di mansion Dmitrovic," ucap Alfred.

“Maaf sahabatku aku masih belum bisa memberitahumu tentang tujuanku karena aku masih belum bisa memastikan bahwa itu nyata atau tidak dan aku rela untuk melakukan apapun demi membuktikan kebenaranya bahkan jika itu berarti aku harus bersekutu dengan kekaisaran,” balasku yang kini berdalih dari Alfred.

“Alfred sahabatku kau seharusnya sudah tahu bagaimana perasaanku. Aku adalah orang yang tidak egois, aku selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain daripada diriku sendiri. namun hal tersebut hanya membawa kesedihan kepadaku. Seandainya saja aku bersikap egois dan memaksa Emile untuk kabur bersamaku mungkin saja ia tidak perlu mati sia-sia, bahkan seandainya saja dulu waktu penerimaan anggota unit 731 aku tidak memedulikan perintah dari Dmitrovic dan melanjutkan lamaranku kepada Emile mungkin saja ia tidak akan berakhir bersama Dmitrovic. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik dari sekarang di dalam pikiranku dan semua itu hanya menjadi kemungkinan karena aku tidak bersikap egois. Namun kini aku ingin sekali saja bersikap egois dan berharap yang terbaik. Alfred kau adalah sahabat terlama kumiliki jadi kuharap kau mau membantuku meraih impianku ini,” lanjutku.

Alfred hanya mengangguk namun kini degan senyuman pertanda bahwa keraguannya telah hilang dan ia siap menyupportku dengan sepenuh hatinya dan saat itu aku tahu persahabatan kami semakin menjadi erat lagipula tinggal itu saja yang aku punya.

Keesokan Harinya

Hari ini aku bersiap untuk terjun ke garis depan yaitu ke Javan. Pasukan utama unit 731 sebenarnya sudah berhasil masuk Javan dan berhasil menguasainya kemarin. Tapi aku tetap berangkat ke Javan karena tujuan utamaku bukanlah untuk menguasai Javan tapi demi mencari oracle. Menurut manuscript orang-orang di Javan memiliki seseorang yang diagungkan sebagai oracle. Oracle dipercaya sebagai perantara antara tuhan dan manusia, dan peran ini tak bisa diberikan ke sembarang orang. Peran oracle ini diturunkan melalui garis keturunan dan tidak hanya secara simbolik pewarisan peran ini juga disertai dengan pewarisan ilmu dan pengetahuan dari pendahulunya, jadi menangkapnya hidup-hidup adalah prioritas utamaku.

Di dalam perjalanan aku mendapatkan kabar bahwa pasukan utama telah berhasil menangkap oracle meskipun pada akhirnya mereka terpaksa harus membunuh suami dan kedua anak dari oracle tersebut. Oracle adalah orang yang memiliki pengetahuan dari zaman dahulu bahkan dari zaman sebelum Rurik berkuasa, memikirkannya saja membuatku bersemangat dan tanpa kusadari senyum sinis muncul di wajahku. Oracle senang bertemu denganmu.

Ketika rombongan kami tiba di Javan kami langsung diarahkan menuju kamp tempat dimana oracle ditahan. Di dalam kamp aku melihat seorng wanita yang diborgol nampak tak berdaya. Untuk pertama kalinya aku bertemu dengannya, dia adalah seorang wanita cantik berambut emas sebuah warna rambut yang jarang ditemui dari seorang javan. Matanya hijau sehijau batu permata dan nampakdari sorot matanya yang menebarkan aura kebencian sama sepertiku.

“Aku adalah Dimitri pemimpin dari unit 731, kau pasti oracle kan? Siapa namamu?” tanyaku dengan tenang kepadanya.

Namun ia hanya diam dan menatapku dengan sinis. Akupun mengulangi pertanyaanku sampai tiga kali dan tiga kali pula aku mendapatkan respon yang sama. Sepertinya oracle di depanku ini tidak suka bermain manis pikirku kala itu. Jadi sebelum aku bertanya untuk keempat kalinya aku menamparnya dan mengancamnya bahwa selanjutnya bakal terasa lebih menyakitkan. Namun lagi-lagi ia hanya menatapku dengan sinis seolah tak takut dengan siksaan yang bakal menantinya.

Akupun tak habis akal, kali ini daripada mengancamnya secara langsung aku memilih untuk mengancam rakyat Javan yang sangat ia cintai itu. Aku mengancam kalau ia tidak patuh maka setiap satu jamnya satu warga Javan akan dieksekusi. Ia masih tak bergeming seolah-olah ia tahu kalau aku tidak akan melakukannya. Kala itu di dalam ruangan selain terdapat oracle juga terdapat bebrapa pengikut wanitanya. Melihat respon dari oracle akupun langsung menyeret salah satu pengikutnya dan mengeksekusinya secara langsung dengan pistol yang saat ini kupegang tepat di hadapan oracle. Oracle dan semua orang kaget dengan tindakanku tapi Alfred yang menemaniku jauh lebih kaget karena ia sadar bahwa aku telah berubah menjadi orang yang sangat berbeda.

Melihat gertakanku yang bukan hanya gertakana saja membuat oracle akhirnya luluh dan berbicara.

“Kara … namaku adalah Kara, tolong berhenti membantai kaum kami,” Ucapnya dengan gemetar.

“Ternyata kau bisa bicara juga, seharusnya kau bicara dari tadi jadi pengikutmu yang setia itu tak perlu mati sia-sia,” balasku dengan sedikit kesal.

“Kumohon tuan aku masih bisa merasakan sedikit kebaikan dari hatimu jadi tolong hentikan semua ini,” ucap Kara masih dalam kondisi gemetar.

“Kebaikan hati? Kau mungkin salah baca orang karena sekarang yang ada di dalam diriku hanyalah rasa benci dan mungkin sedikit rasa untuk balas dendam,” balasku.

Kara hanya terdiam namun tubuhnya nampak masih gemetar.

“Kau tahu Kara, aku punya banyak pertanyaan untukmu jadi siapkan dirimu karena kita akan sering berdua saja,” ucapku kepada Kara.

Akupun melihat kearah pasukanku yang masih kaget dengan apa yang baru saja mereka lihat. Akupun bertanya status operasi dan mereka menjawab bahwa mereka sudah mengamankan beberapa anggota Manuk Elang meskipun banyak warga yang marah dan memberontak ketika mengetahui oracle mereka ditangkap.

“Beri ultimatum kepada warga Javan untuk segera meninggalkan tempat ini, barang siapa yang meninggalkan tempat ini sebelum besok pagi maka akan diampuni sementara mereka yang masih bertahan dan berusaha untuk memberontak, habisi mereka. Kalian akan kembali ke Krom seusai misi kalian selesai,” ucapku kepada pasukan.

Banyak sekali orang-orang yang kaget dengan perintahku. Seorang atasan dan teman yang baik hati dan tidak egois kini seolah-olah telah terbunuh dan tinggal menyisakan iblis berbaju manusia. Namun karena hierarki mau tidak mau mereka mengikuti perintahku.

Akupun berbicara kepada Alfred untuk kembali ke Krom nanti malam setelah makan malam bersama Kara sang oracle. Alfredpun setuju dengan ideku dan menyiapkan segal sesuatunya. Pada malam harinya sesuai rencana aku dan Alfred kembali ke Krom namun kali ini kami membawa orang baru yaitu Kara sang oracle. Kara masih sama ketika siang hari dimana ia masih diam dan gemetar karena ketakutan. Kami tiba di Krom pada sekitar pukul 22.00, Alfred bertanya kepadaku tentang tempat tiggal Kara ketika di Krom. Akupun hanya tersenyum kea rah Alfred dan mengatakan bahwa Kara akan tinggal bersamaku. Alfred kaget mendengar hal tersebut dan bertanya apa tujuannya sebenarnya yang akan kulakukan bersama Kara. Lagi-lagi aku hanya tersenyum ke arahnya dan berkata “Sebentar lagi kau akan mengetahuinya wahai sahabatku.”

Akupun langsung membawa Kara ke rumahku dan khususnya kamarku. Di dalam kamarku tersebut aku mendorong kara menuju ke ranjang yang selama ini kupakai.

“Nah Kara aku tidak sabar untuk mendengar cerita darimu hahahahaahaha.”

9 Bulan Kemudian

Di dalam fasilitas rahasia milik militer nampak Kara yang kini perutnya terlihat membesar dan benar Kara sedang mengandung bayi. Hal itulah yang membuatnya berada di fasilitas ini, Kara akan melahirkan bayinya. Proses persalinan berjalan lancar namun terlihat wajah dari Kara yang mencoba untuk menahan rasa sakit ketika melahirkan. Beberapa saat kemudian lahirlah seorang bayi wanita berambut emas layaknya sang ibunya yaitu Kara. Kara yang masih menahan rasa sakit meminta dokter untuk membiarkannya memeluk putrina tersebut. Namun ketika dokter hendak menyerahkan bayi tersebut kepada kara, suara dobrakan pintu terdengar dan seorang pria masuk. Seorang pria yang kita kenal sebagai orang yang baik hati dan yang rela membiarkan orang yang paling ia cinta untuk bahagia dengan orang lain, yah orang tersebut adalah pahlawan dalam cerita kali ini yaitu Dimitri.

Dimitri menyuruh dokter untuk tidak menyerahkan anak tersebut kepada Kara dan menyuruh mereka untuk menyerahkannya kepadanya. Ia pun menggendong bayi tersebut di depan Kara yang kini nampak sedih setelah melihat Dimitri.

“Bayi perempuan dari keturunan murni, yap kau adalah kunciku untuk mewujudkan impianku wahai anakku. Aku tak sabar untuk menunggumu hingga berumur 17 tahun dan menuntun ayah menuju tanah yang dijanjikan wahai EMILIA putriku.”

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi