Langit pagi di sebelah selatan Korea terlihat cerah, Namun itu hanyalah ketenangan sebelum sebuah badai akan tiba karena sebentar lagi, Gong-gong perang akan berbunyi dan armada kapal Jepang akan datang dan menyerang Korea. Di belakang kabut kabut tersebut sudah mulai terlihat Armada militer Jepang, Di sisi Jepang ada terkiranya ratusan kapal tempur sedangkan dengan sisi Korea hanya memiliki 58 kapal saja.
Di atas kapal terbesar, bernama 'Geobukseon' kapal kura-kura dengan lambung tertutup baja dan moncong naga di haluannya,berdiri seorang pria berperawakan tegap. Wajahnya terlihat keras, matanya tajam menatap ke arah cakrawala. Dialah Laksamana Yi Sun Sin yang dikenal sebagai Komandan Laut Terhebat di Korea, seorang pemimpin yang lahir dari keteguhan dan kecerdasan luar biasa.
Beberapa bulan sebelum kejadian itu terjadi, tanah Korea diguncang oleh badai besar. Jepang, di bawah pimpinan Shogun pada saat itu 'Toyotomi Hideyoshi', melancarkan invasi untuk menaklukkan pesisir Korea. Pasukan sangat kuat di darat, menaklukkan kota demi kota demi kota. Namun, Yi Sun-sin tahu bahwa tak semua kemenangan hanya ditentukan di daratan. Menggunakan kecerdasan Yi Sun Sin Ia adalah komandan yang sangat mahir di lautan. Jika laut jatuh ke tangan musuh, maka negeri ini akan hancur.
“Aku berjanji kepada kalian semua, bahwa selama aku masih bernapas.” katanya pada suatu malam di depan para perwiranya, “tak ada kapal Jepang yang akan menguasai Laut Selatan Korea.”
***
Kabar datang bahwa armada kapal Jepang bergerak menuju Pulau Hansan.Mereka berniat untuk menutup jalur suplai dan menguasai titik strategis di selatan Korea. Yi Sun-sin segera mengumpulkan seluruh armada Joseon. Ia menatap peta laut yang terbentang di meja kayu—tangan kanannya menggambar garis di sekitar pulau.
“Di sini,” ujarnya sambil menunjuk perairan sempit di antara pulau-pulau kecil. "Aku dan dua puluh komandan lain akan memancing mereka masuk. Begitu mereka berada di tengah, kita akan mengelilingi mereka dari segala arah.”
Salah satu perwira muda milik Yi Sun Sin, 'Kim Young-nam' sudah tahu rencana yang akan dilakukan tetapi masih belum yakin “Laksamana, mereka lebih banyak dari kita. Apa kita tidak terlalu berani?”
Yi Sun-sin tersenyum tipis. “Keberanian tanpa rencana hanya kebodohan. Tetapi rencana tanpa keberanian hanyalah sebuah Imajinasi. Jadi percaya dan berserulah awak ku bahwa kita akan menang!”
Formasi yang ia ciptakan disebut 'Hakikjin', formasi sayap bangau. Kapal-kapal Joseon akan membentuk setengah lingkaran, memusatkan tembakan ke titik tengah selagi Laksamana Yi dan Komandan komandan lain memancing mereka, lalu kapal dari tengah akan terbuka untuk memberi jalan kepada 21 komandan dan bergabung ke dalam formasi,sementara musuh yang masuk tak akan sempat berbalik untuk keselamatan. Strategi ini sangat berisiko tinggi, namun kapal Geobukseon ini dibuat sengaja untuk tahan serangan lebih lama dengan samping samping kapal menyerang dengan meriam dengan peluru yang berat untuk melambatkan Kapal-Kapal Jepang.
Formasi ini sangat cocok dengan sempitnya wilayah diantara pulau sehingga jika banyak kapal Jepang yang terpancing maka mereka akan merasakan kehancuran yang sangat parah.Sehingga jika strategi ini berhasil maka Jepang akan kehilangan banyak armada dengan 'cost' yang lebih sedikit.
Pagi itu, kabut tebal menutupi laut seperti takdir sengaja menyembunyikan masing masing kapal dari pengelihatan. Kapal-kapal Korea berlayar pelan, seolah hanya melakukan pelayaran untuk memancing. Para pelaut memoles meriam, menyiapkan panah api dan peluru meriam, dan mengencangkan tali layar. Di kejauhan, suara genderang samar-samar mulai terdengar,suara baja yang memotong air datang dari arah tenggara.
“Armada Jepang telah terlihat!” teriak pengintai dari tiang utama. “Lebih dari sembilan puluh kapal!”
Yi Sun-sin tidak terkejut. Ia sudah mempersiapkan segalanya untuk pertarungan ini. “Maka, marilah mulai pertarungan ini.” ujarnya tenang. “Kita akan membuat mereka percaya bahwa Armada Korea sedang mundur karena angka mereka.”
Kapal-kapal Korea kemudian pura-pura melarikan diri ke arah teluk yang sempit. Jepang, yang mulai meremehkan Korea dan arogan karena kemenangan sebelumnya di darat, tidak menyadari bahwa mereka sudah terjebak oleh umpan itu. Mereka mengejar dengan teriakan perang menggema di udara. Dari atas Geobukseon, Yi Sun-sin memandangi mereka dan matanya penuh dengan percaya diri.
“Sekarang mereka telah masuk ke perangkap,” katanya. “Waktunya untuk formasi sayap bangau yang telah lama ditunggu dilaksanakan.”
Namun jalan tidak selalu berjalan mulus armada Jepang mulai mempercepat dan mengejar Kapal Yi Sun Sin, karena kapal Yi sun sin masih jauh dengan formasi dan salah satu kapal sudah berada di samping, maka Yi Sun Sin terpaksa harus menembak "TEMBAK" dalam sekejap meriam meriam terdengar sangat keras dan dan Kapal Jepang tersebut harus tenggelam karena meriam tersebut memasukkan air ke dalam Kapal. Yi Sun Sin tidak diam saja dan melaju cepat ke formasi sampai akhirnya-
*KOMANDO SUDAH DATANG, FORMASI LAKSANAKAN*
Teriakan komando yang keras mengguncang udara ini diulang sampai seluruh bendera di kapal telah berubah ini menandakan bahwa semua kapal telah mendapat perintah. Dalam sekejap, kapal-kapal Korea berputar arah membentuk setengah lingkaran sempurna. Formasi Hakikjin terbentuk seperti sayap bangau yang menutup mangsanya-Jepang dan akibat naifnya Militer Jepang, Dari setiap sisi, meriam Korea mulai menyalak api dan asap menyapu laut yang telah lama tidak tenang. Namun Tentara Jepang tidak hanya diam saja mereka mencoba untuk melawan balik dengan meriam dan panah berapi namun sudah telat.
Ledakan demi ledakan terdengar. Bola-bola besi menghantam kapal Jepang, menghancurkan geladak dan menyalakan kobaran api. Suara kayu pecah, jeritan prajurit, dan gemuruh ombak berpadu menjadi simfoni perang yang mengerikan.
Yi Sun-sin berdiri tegak di atas geladak Geobukseon. Wajahnya tenang, namun pikiranya lebih didepan untuk tidak meremehkan musuh. Ia mengangkat pedangnya tinggi. “Tembakkan semua meriam! Jangan beri mereka ruang untuk bernapas!”
Dari mulut sang komandan di atas kapal, bola api diluncurkan. Api mulai menyebar di atas air, mengenai kapal utama Jepang yang membawa komandan mereka. Ledakan besar terdengar, diikuti teriakan untuk menyelamatkan komando. Sementara itu, kapal-kapal Joseon terus menembak tanpa henti, menjaga jarak agar tidak terjebak di antara kapal musuh.
Di tengah kekacauan, seorang perwira Jepang berusaha mendekatkan kapalnya untuk menabrak Geobukseon. Namun ia tidak sempat mendekat, kapal itu disambar bola meriam dan hancur berkeping keping. Air laut yang berwarna biru berubah menjadi lautan api yang merah, sementara kabut asap yang tebal menyelimuti Lautan di antara Pulau Pulau Hansan.Setelah seluruh meriam dari armada Korea habis, Yi sun sin pun menghitung, berapa kapal yang telah jatuh di tangan Jepang, dan jawabanya, Tidak Ada.
Yi Sun-sin pun berseru, “Lihatlah para prajuritku! Lihatlah bagaimana para penjajah jatuh menjadi makanan Ikan! Lihatlah bagaimana kita telah menang Telak!.”