Disukai
0
Dilihat
4,004
Menjelajahi Teror Di Rumah Sakit Angker
Horor

Dengan hati-hati, mereka memasuki rumah sakit yang terlihat seram dan terbengkalai. Suasana di dalamnya terasa dingin dan hening. Mereka berjalan menyusuri lorong-lorong yang gelap dengan hati-hati, sambil mengaktifkan lampu senter mereka.

"Aku merinding, rasanya ada yang mengawasi kita," bisik Sinta sambil menarik lengan Boby.

"Tenang, Sinta. Kita di sini untuk mencari penampakan, bukan? Kita harus tetap waspada tapi jangan biarkan ketakutan menguasai kita," jawab Boby sambil mencoba menenangkan Sinta.

Tiba-tiba, suara tangisan terdengar dari kejauhan. Semua orang menghentikan langkah mereka dan saling menatap.

"Kalian dengar itu?" tanya Yuda dengan suara gemetar. "Suara tangisan dari kejauhan. Rumah sakit ini benar-benar angker."

Arif mulai merasa cemas, namun berusaha tetap tenang. "Aku tidak tahu, tapi mari kita ikuti suara itu. Mungkin kita bisa menemukan jawabannya."

"Kita pulang saja. Aku takut!" Yuda, temannya yang berkaca mata itu wajahnya sudah mulai pucat.

Boby menghela napas gusar. "Kau ini lelaki. Jangan takut kepada hal-hal seperti ini," ucapnya dengan angkuhnya.

Mereka mengikuti suara tangisan itu dan semakin mendekati sebuah ruangan yang terbuka. Ketika mereka memasuki ruangan tersebut, mereka melihat seorang wanita mengenakan gaun putih, berdiri di tengah ruangan dengan wajah yang pucat dan mata yang kosong.

"Itu dia hantunya!" bisik Yuda dengan suara gemetar. Ia bersembunyi di balik punggung Arif.

"Kita harus tetap tenang. Mungkin ini hanya efek dari imajinasi kita," ujar Amel dengan suara mantap.

Namun, suasana semakin mencekam saat benda-benda mulai dilempar ke arah mereka. Mereka berusaha menghindar dan berlindung di balik pintu besar dan juga meja.

"Ini sudah terlalu seram! Kita harus keluar dari sini!" teriak Sinta ketakutan.

Hantu itu semakin menjadi-jadi. Mereka tak bisa berlindung dari apapun. Demi menyelamatkan nyawa mereka, akhirnya mereka pergi dari ruangan tersebut.

Mereka menelusuri rumah sakit terbengkalai itu. Dengan sangat hati-hati, mereka terus mengucapkan kata "permisi" dan meminta izin pada mereka untuk melakukan vlog. Mereka pun menemukan beberapa kejanggalan selama pengambilan video berlangsung. Terkadang segala cobaan harus mereka lewati seperti tiba-tiba saja mereka diganggu kembali. Yuda tiba-tiba saja merasakan berat di bagian pundaknya seperti membopong seseorang di punggungnya. Namun itu tak berlangsung lama, hanya beberapa detik saja, rasa berat di pundaknya hilang.

"Apa itu tadi?" tanya Yuda seketika merasakan bulu kuduknya berdiri. Mereka pun merasakan hal yang sama. Merinding dan sekilas tercium aroma busuk begitu menyengat.

"Mungkin tadi itu Tuyul atau Pocong?" jawab Boby mengira-ngira.

"Ih ... apaan sih! Tidak ada apa-apa disini," protes Sinta berusaha positive thinking untuk menghilangkan rasa takutnya.

"Kita belum dapat penampakannya nih!" keluh Boby yang sedari tadi merasa pegal memegang camera.

"Lebih baik kita pulang saja," rengek Sinta.

"Jangan pulang dulu. Perjalanan kita masih jauh. Banyak ruangan yang belum ditelusuri," ucap Amel membuat gadis itu terperangah. "Hah!"

"Kalian kenapa tiba-tiba jadi penakut seperti ini? Konten kita kan menjelajahi tempat horor. Kenapa harus takut?" ucap Boby terheran-heran.

"Yah ... yang kemarin biasa saja. Maksudnya, tidak terlalu mencekam seperti tempat ini. Aku benar-benar tidak kuat berada disini," jawab Sinta terlihat lesu.

"Tahan dulu. Kita datang bersama-sama dan kita juga harus keluar dari tempat ini sama-sama pula. Kita tidak boleh menyerah!" tegas Arif dianggukkan Boby. "Nah ... itu baru namanya semangat!"

Setelah beberapa ruangan mereka masuki, mereka merasa aman-aman saja. Entah karena beberapa penghuni tidak merasa keberatan dengan keberadaan manusia? Atau karena mereka tak terlalu merasa terganggu? Entahlah ... Tapi, tak semua senang dengan keberadaan makhluk yang berbeda dengan mereka. Seperti hantu yang mereka jumpai dengan jelas untuk pertama kalinya.

Tiba-tiba saja mereka melihat sebuah kursi roda datang menghampiri mereka dengan secepat kilat. Mereka kira mereka akan mendapat kedamaian setelah ditampakkan hantu wanita di ruangan tadi. Ternyata, teror terus berlanjut. Wajar saja, rumah sakit ini sudah terbengkalai selama puluhan tahun. Sudah dapat dipastikan rumah sakit itu angker!

"Ah ... Ibu!" rengek Sinta seraya menangis.

"Astagfirullah ya Allah!" Arif mengelus-elus dadanya yang bidang. Ia sangat terkejut dan begitu pula dengan teman-temannya yang lain.

"Ya Tuhan!" Amel hanya menggelengkan kepala.

"Wah ... kurang ajar!" umpat Yuda sangat syok.

"Aduh! Ini kursi roda hampir membuat jantungku hampir mau copot!" dengus Boby sembari mengatur napasnya.

"Aku mau pulang!" teriak Sinta tak tahan dengan semua teror di rumah sakit besar itu.

Boby lama kelamaan geram pada temannya yang dianggap pengecut. "Sinta ... kalau penakut, seharusnya tadi kamu tidak usah ikut."

"Kalau Sinta tidak ikut, kita tidak kompak," seru Yuda.

Seketika Sinta terdiam sejenak. "Tapi ... setelah aku pikir-pikir, jumlah kita ganjil."

"Lalu, apa hubungannya?" tanya Amel, bingung.

"Tidak ada hubungannya! Biasanya kita juga selalu berlima," protes Boby sedikit membentak supaya mereka tak berpikir macam-macam.

"Ya sudah. Kalau kalian tidak mau pulang, aku akan pulang sendiri!" Sinta seraya pergi, namun ditahan oleh Amel.

"Tunggu, aku melihat sesuatu di sana," ujar Amel sambil menunjuk ke sudut ruangan.

Mereka semua melihat selembar kertas yang tergeletak di lantai. Amel mengambilnya dan membacanya dengan hati-hati.

"Ini adalah surat pasien bernama Michelle. Dia adalah seorang wanita pengidap bipolar," ucap Amel sambil memperlihatkan surat tersebut kepada teman-temannya.

"Ya Tuhan! Kasihan sekali dia." ujar Yuda dengan suara parau, mata berkaca-kaca.

"Jangan-jangan, dia putus asa, dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dan arwahnya gentayangan di rumah sakit ini?" bisik Yuda merasa takut.

Amel mulai cemas. Ia bergidik merinding. "Jangan menakut-nakuti seperti itu."

Sinta tiba-tiba berubah perilaku. Ia menatap teman-temannya dengan tatapan kosong dan tiba-tiba menyerang mereka.

"Sinta! Apa yang terjadi denganmu?" teriak Arif sambil mencoba menahan Sinta.

"Kalian harus pergi dari sini! Jangan mengganggu ketenanganku!" usir Sinta dengan suara yang berbeda.

Arif mencoba untuk berbicara dengan Sinta, mencoba untuk memahami apa yang sedang terjadi.

"Tenanglah, Sinta. Ceritakan padaku apa yang terjadi," ucap Arif dengan suara lembut.

"Y-ya. Kau bisa menceritakannya pada kami," imbuh Amel sedikit merasa takut, ia bersembunyi dibalik tubuh Boby yang gempal.

Arif mencoba berinteraksi dengan hati-hati dan sedikit menjauh darinya. "Pertama-tama, sebelumnya kami minta maaf kalau kedatangan kami sudah mengganggu ketenanganmu. Kami tidak bermaksud untuk ...." Arwah Michelle langsung memotong pembicaraan, ia berteriak, "Pergilah kalian dari sini! Aaarrgghhh!"

"Tenang, tenang. Kami disini berniat membantumu. K-kami akan mendengarkan ceritamu dan kami ingin menolongmu," bujuk Amel membuat kedua mata Boby membulat. Tampaknya pria itu terkejut dengan keputusan Amel.

"Bob, lebih baik matikan cameranya. Aku merasa, ini akan mengganggu privasinya," bisik Amel kepada Boby yang sedari tadi menyalakan camera.

"Tapi, Mel. Kita kan sedang membuat konten? Kalau dimatikan, kita tidak dapat videonya dong?" protes Boby membuat arwah Michelle menjadi temperamental. Arwah yang merasuki tubuh Sinta sontak mengerang lalu mendorong tubuh Boby yang besar hingga terjatuh, kemudian mencekik lehernya.

Mereka berusaha untuk menarik tubuh Sinta agar gadis itu terlepas darinya. Upaya mereka pun berhasil. Arwah Michelle mengamuk hingga membuat mereka kewalahan dan panik.

Tapi segala daya dan upaya, mereka lakukan agar arwah Michelle bisa tenang. "Tenanglah, Michelle. Tenang. Kami berjanji tidak akan menyebar video ini. Jika kamu tidak suka, kami akan menghapusnya."

Akhirnya, setelah sekitar beberapa menit, arwah wanita itu bisa tenang juga. Perlahan dan dengan lemah lembut, Arif kembali mencoba membujuknya. "Michelle, sekarang, anggap saja kami ini adalah temanmu." Boby sontak menggeleng tidak setuju.

"Kau bebas menceritakan semua masalahmu kepada kami. Kami berjanji, kami akan menghormatimu dengan menyimpan rahasia itu rapat-rapat. Kami dengan tulus, berniat menolongmu."

Arwah Michelle mulai menangis. Dengan suara terguncang, berkata, "Dulu, aku mengalami kejadian yang mengerikan. Aku pernah diperkosa oleh beberapa lelaki." Mendengarnya, mereka merasa kasihan dan ingin memberikan dukungan. Teman-temannya terdiam mendengarkan cerita mengenaskan tersebut.

"Kita harus membantu Michelle. Kita harus mencari tahu siapa pelaku-pelaku itu dan melaporkannya ke polisi," ujar Yuda dengan suara tegas.

Mereka semua setuju dengan rencana tersebut. Meskipun takut, mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu Michelle dan memberikan keadilan baginya.

Dengan hati-hati, mereka keluar dari rumah sakit angker tersebut. Mereka berjanji untuk kembali dan membantu arwah-arwah lain yang mungkin membutuhkan bantuan mereka. Meskipun cerita ini seram dan menegangkan, mereka merasa bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang baik dan memberikan harapan bagi arwah yang tidak tenang.

Mereka melanjutkan petualangan mereka dengan semangat baru, siap untuk menghadapi apapun yang menanti mereka di masa depan. Keberanian dan persahabatan mereka menjadi pilar yang kuat dalam menghadapi kegelapan dan ketakutan. Bersama-sama, mereka membuktikan bahwa cinta dan kebaikan selalu dapat mengalahkan kejahatan.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar