Disukai
0
Dilihat
16
Desa Jati (part 1)
Misteri

Hari mulai gelap.

Jam menunjukkan tepat pukul 9 malam. Tampak sebuah toko roti masih buka di pinggir jalanan kota yang mulai sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang masih melintas disana.

Seorang pria dengan pakaian serba hitam berjalan masuk kedalam toko roti. Dia menghampiri salah satu pegawai toko disana, Boni.

Tanpa ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya, dia langsung mengeluarkan secarik kertas dan menaruhnya di atas meja pesanan.

Wajahnya yang sangat datar tanpa ada ekspresi sedikitpun membuat Boni bingung dan menatap heran kearahnya.

"Silahkan, mau beli yang mana?" Tanya Boni dengan sangat sopan.

Orang itu hanya diam lalu pergi.

Hal ini membuat Boni semakin bingung. Dia lantas mengambil secarik kertas milik pria itu dan membaca tulisan di dalamnya.

Tertulis beberapa roti yang ingin dia pesan secara lengkap, beserta alamat rumahnya yang berada di desa Jati. Perasaan Boni sedikit lega setelah tau isi tulisan itu. Dia segera menyiapkan pesanan pria misterius itu.

Berselang beberapa detik kemudian, Rena dan Toni(Rekan kerja Boni) kembali setelah keluar untuk membeli minuman sejak tadi.

"Lama amat, beli dimana? Di jepang?" Boni nampak sedikit kesal.

"Sorry sorry, agak antri tadi. Maaf ya... Nih, gue beliin minuman buat lo." Kemudian memberikan sebuah minuman ke Boni.

"Mana ada antri jam segini. Mulai ngaco nih anak." Lalu Boni meminum minuman itu.

10 menit berlalu...

Boni selesai menyiapkan pesanan.

Dia kembali membaca isi kertas itu untuk memastikan semua pesanan sudah sesuai.

"Oke siap. Ren, Ton. Gue mau anterin pesenan, ada yang mau ikut gak?" Tanya Boni sembari bersiap-siap.

"Anterin bareng-bareng aja, sekalian tutup toko. Udah jam berapa tuh lihat." Toni menunjuk kearah jam dinding.

"Terus motor kita gimana? Ditinggal?" Tanya Rena.

"Iya nggak papa, tenang aja. Orang cuma nganterin bentar doang. Palingan deket-deket sini." Toni coba meyakinkan Rena dan Toni.

Mereka setuju, dan kemudian berkemas sembari menutup toko.

Setelah semua siap, mereka berangkat menggunakan mobil milik toko.

...

30 menit sudah mereka menempuh perjalanan.

Boni tiba-tiba saja teringat wajah pria misterius itu. Seakan ada yang aneh dan mengganjal pikirannya.

Dia lantas menceritakan hal ini ke Toni dan Rena dengan wajah serius.

Namun, tanggapan Rena dan Toni tak seperti yang diharapkan Boni. Mereka justru merasa Boni terlalu berlebihan dalam menilai seseorang.

Mendengar hal itu, Boni mulai berfikir omongan Rena dan Toni ada benarnya. Dia pun coba menghilangkan prasangka buruk itu dan berfokus untuk mengantar pesanan sampai tujuan.

1 jam berlalu...

Mereka masih berada dijalanan yang tak tau dimana tepatnya. Desa Jati belum juga mereka temukan.

Boni, Toni dan Rena mulai lelah dan mengantuk.

"Bon, arahnya bener kan?? Kok nggak nyampek-nyampek sih." Rena sudah tak semangat lagi mengantar pesanan ini.

"Bener. Gue udah tanya ke orang tadi. Katanya desa Jati kearah sini. Nggak mungkin dia bohong. Ngapain juga." Jelas Boni ke Rena.

Mereka terus melanjutkan perjalanan.

Tak lama setelah itu, terlihat sebuah gapura besar berwarna hitam pekat dengan tulisan Desa Jati berwarna putih yang terukir di tengahnya. Tampak tulisan itu mulai pudar.

Boni, Toni dan Rena merasa sangat lega pencarian mereka akhirnya berhasil.

Namun, rasa lega itu seketika hilang saat mereka melihat desa Jati yang sangat sepi dan gelap. Tak ada rumah satupun disana. Hanya ada pepohonan yang lebat di kanan maupun kiri. Layaknya desa tak berpenghuni.

Toni menghentikan mobil sejenak tepat di depan gapura. Dia mulai ragu dan sedikit takut. Akan tetapi, dia juga berfikir harus segera mengantar pesanan ini.

"Gimana? Lanjut gak?" Toni berharap tak jadi masuk kedalam desa Jati.

"Yaa, masuk lah. Kita harus anterin nih pesenan." Boni sedikit tidak yakin.

Mereka lanjut memasuki desa Jati. Toni menyalakan lampu sorot mobil, karena memang jalanan benar-benar sangat gelap. Tanpa ada lampu penerangan satu pun di pinggir jalan.

Boni terlihat cukup serius mengamati desa Jati dari dalam kaca mobil. Tampak dari wajahnya saat ini. Seakan tak percaya ada orang yang tinggal disini.

Sementara Rena memilih untuk memejamkan matanya dan berharap segera keluar dari sini.

Toni menjalankan mobil dengan pelan dan sangat berhati-hati.

"Bon, lu beneran ini dapet pesenan di tempat kayak gini?? Gelap gini lo tempatnya. Mana ada yang mau tinggal disini." Toni semakin takut.

"Iya beneran. Orang udah gue baca tadi kertasnya. Kita cari aja dulu. Siapa tau di depan ada rumah warga." Boni masih berfikir positif.

Mereka terus menelusuri desa Jati dan mengamati setiap jalan yang mereka lewati.

1 jam berlalu...

Mereka belum bisa menemukan alamat pria misterius itu.

Rena dan Toni sudah tak ingin masuk lebih jauh lagi ke dalam desa. Tetapi Boni masih tetap yakin kalau ada orang di tempat ini.

Tak ada pilihan lain bagi Toni dan Rena selain mengikuti perkataan Boni. Mereka pun masuk semakin dalam ke desa Jati.

Jalanan mulai rusak. Pepohonan semakin lebat. Dan mereka masih belum melihat satu rumah pun. Perasaan Rena semakin tak enak, dan jantungnya mulai berdegup agak kencang karena rasa takut yang sudah tak terbendung.

"Bon, balik aja ya... Takut gue." Rena coba membujuk Boni.

"Iya Bon. Bahaya kalo kita disini terus. Udah nggak wajar nih tempat." Toni membantu Rena untuk membujuk Boni agar mau balik ke toko.

"Yaudah bentar. Berhenti sini dulu. Gue harus pastiin." Boni bersiap turun.

Toni menghentikan mobil. Dia dan Rena bingung dengan maksud Boni.

Boni turun dari mobil dan coba mengamati area desa Jati dengan teliti. Berharap melihat rumah ataupun seseorang. Toni dan Rena memberanikan diri ikut turun dan menghampiri Boni.

Merasa tak ada tanda-tanda rumah ataupun orang, Boni mengambil keputusan untuk pergi dari desa Jati. Toni dan Rena sangat lega. Mereka cepat-cepat masuk kedalam mobil.

Namun, Boni tiba-tiba menghentikan langkah kakinya tepat disamping mobil. Dia melihat seseorang dari kejauhan yang tersorot lampu mobil. Boni tampak senang terlihat dari senyuman diwajahnya.

"Tuh kan, bener gue ini alamatnya." Ucap Boni.

Rena dan Toni sudah tak sabar ingin cepat-cepat kembali ke toko.

"Bon, ngapain masih disitu?? Cepet masuk!" Rena sudah berada didalam mobil.

"Bentar dulu. Itu orangnya udah ketemu." Boni menunjuk ke orang itu.

Toni dan Rena melihat orang itu. Boni berjalan mendekati pria misterius dengan penuh semangat.

Sementara Toni dan Rena masih ragu dengan keberadaan pria itu. Mereka memilih menunggu di depan mobil sambil berjaga-jaga.

Boni semakin dekat dengan pria itu. Wajahnya yang penuh semangat langsung berubah seketika saat dia melihat pria itu membawa kapak ditangannya.

Boni segera menghentikan langkah kakinya, dan dia terdiam sesaat. Lalu dia berbalik arah dan berlari menghampiri Toni dan Rena. Pria itu mulai beranjak dari tempatnya dan berjalan cepat ke arah Boni.

Boni melambaikan tangan ke Toni dan Rena, memberi isyarat untuk segera masuk kedalam mobil. Toni dan Rena tak mengetahui maksud Boni.

"Kenapa itu si Boni..." Toni masih belum menyadarinya.

"Ada yang ketinggalan kali?" Pikir Rena.

Boni semakin dekat ke Toni dan Rena. Dia berteriak menyuruh 2 temannya itu segera masuk mobil. Mendengar Boni berkata seperti itu, Toni dan Rena mulai panik dan buru-buru masuk kedalam mobil.

Begitupun dengan Boni yang langsung masuk kedalam mobil. Raut wajahnya sangat ketakutan, seakan ada sesuatu yang sangat menyeramkan baru saja dia lihat.

"Bon, kenapa!?" Tanya Toni yang masih panik.

"Kita pergi dari sini! Cepet!" Ucap Boni yang tak bisa menjelaskan ke Toni dan Rena. Nafasnya terengah-engah.

Dengan perasaan panik, Toni memutar balik mobil lalu menancap pedal gas untuk bisa segera keluar dari Desa Jati.

Tak berselang lama, roda mobil seperti terkena sesuatu yang membuatnya tiba-tiba kempis. Mobil seketika oleng tak bisa dikendalikan oleh Toni. Kepanikan semakin menjadi-jadi didalam mobil. Mereka terguncang cukup keras, sebab memang jalanan desa Jati tidak rata. Hingga akhirnya mobil menabrak sebuah pohon besar yang menghentikan lajunya.

Bagian depan mobil rusak parah. Toni, Rena dan Boni pingsan didalamnya akibat benturan. Boni kemudian sadar. Dia perlahan mencoba membuka matanya, dan melihat Toni maupun Rena terluka tak sadarkan diri.

"Toni, Rena. Bangun... Hei! Bangun!" Berusaha menyadarkan 2 temannya, sementara kakinya masih terjepit kursi.

Disaat yang bersamaan, pria pembawa kapak itu kembali muncul dari balik sebuah pohon dekat mobil.

Boni yang melihatnya seketika terkejut. Dia mulai panik terus coba membangunkan Toni maupun Rena sembari berusaha mengeluarkan kakinya.

"Toni! Hei. Rena..." Terus menarik kakinya. Meski terasa sakit.

Sementara pria misterius itu perlahan mendekat. Mengayun-ngayunkan kapaknya, dan siap menyerang Boni, Toni dan Rena kapanpun.

Pria itu kemudian berhenti.

Dia nampak menatap Boni, Rena dan Toni dari jarak yang cukup dekat. Entah apa yang tengah dilakukannya.

Saat keadaan sudah semakin gawat, kaki Boni berhasil lepas. Dia segera keluar dari mobil dan berlari sekencang-kencangnya dengan kaki yang masih terluka.

Dari arah belakang, pria misterius itu tampak mulai bergerak.

Dia mengejar Boni dengan cara membabibuta.

Aksi kejar-kejaran terjadi begitu menegangkan. Boni berusaha mati-matian untuk mencari pertolongan.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Rekomendasi